Demi Mahir Ngrasani, ‘Bu Tejo’ Belajar di Pasar
loading...
A
A
A
Siti Fauziah Saekhoni, pemeran Bu Tejo pun sangat kaget ketika mengetahui film yang dibintanginya menjadi terkenal. Awalnya, Ozie, panggilan akrabnya, sempat menganggap sepele kabar viralnya film tersebut. "Bener saya nggak nyangka itu. Saat pertama saya dikasih tahu suami, saya masih mencuci piring di dapur," ucapnya perempuan berusia 31 tahun itu. (Baca juga: Kasus Virus Corona Global Tembus 23 Juta)
Ozie pun sempat was-was akibat cuplikan dialognya yang ceplas-ceplos seperti “Nek dadi wong ki mbok sing solutif” banyak dikutip publik. Sebagian bahkan menjadikan kalimat itu menjadi meme. "Terus terang saya deg-degan. Banyak yang menggunakan meme omongan saya. Ada yang salah nggak ya, jangan-jangan saya di-bully," ujar perempuan yang memilih drop out (DO) dari kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) demi mengembangkan seni peran itu.
Dia mengaku kalimat yang membuat gemas penonton tersebut sebenarnya hasil improvisasi saat syuting. Kalimat-kalimat itu sama sekali tak tertuang dalam skenario awal. Selain Nek dadi wong ki mbok sing solutif, kalimat improvisasi lainnya adalah “tak andakke dulurku piye he. Podo-podo polisi bintange jejer-jejer limo.
Dalam syuting film ini, Ozie mengaku menghabiskan waktu sekitar dua pekan, yakni mulai dari membaca naskah hingga mengambil gambar dengan lokasi di Desa Terong, Dlingo maupun Kota Bantul dan Sleman.
Awalnya, Ozie bukan dipercaya jadi pemeran utama menjadi Bu Tejo. Namun karena pemeran awal yang dipilih terkendala untuk aktivitas naik turun truk, maka dia akhirnya diminta untuk menggantikan.
Untuk bisa memerankan tokoh yang bisa membikin gemas orang tersebut, Ozie mengaku belajar dari kehidupan ibu-ibu di pasar. Ketika berbelanka ke pasar, Ozie mengaku sengaja lama berkeliling demi melihat dan mendengarkan langsung gaya ibu-ibu saat ngrasani. (Lihat videonya: Bayren ke Final Liga Champions, Optimis Raih Treble Winner)
Tak hanya itu, Ozie pun banyak belajar logat bahasa Jawa warga desa Dlingo. “Memang ada kesulitan ketika harus dialog di atas truk sambil kendaraan berjalan. Termasuk mengatur ibu-ibu yang akan berbicara agar suaranya di bawah dirinya sebagai pemeran utama," tandasnya.
Ozie tak menyangka, di film keenam inilah dia menjadi bintang utama. Pada film-film sebelumnya, dia memang sering menjadi pemeran pembantu termasuk bersama sutradara kondang Hanung Bramantyo. "Di film ini terus terang saya lebih santai mungkin karena sutradara lebih muda ya jadi lebih cair," beber Ozi.
Pada 2015 silam, Ozie pun pernah ikut dalam Mencari Hilal garapan sutradara Ismael Basbeth. Ke depan, Ozie sangat berharap bisa bermain film garapan sutradara Joko Anwar. (Suharjono)
Ozie pun sempat was-was akibat cuplikan dialognya yang ceplas-ceplos seperti “Nek dadi wong ki mbok sing solutif” banyak dikutip publik. Sebagian bahkan menjadikan kalimat itu menjadi meme. "Terus terang saya deg-degan. Banyak yang menggunakan meme omongan saya. Ada yang salah nggak ya, jangan-jangan saya di-bully," ujar perempuan yang memilih drop out (DO) dari kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) demi mengembangkan seni peran itu.
Dia mengaku kalimat yang membuat gemas penonton tersebut sebenarnya hasil improvisasi saat syuting. Kalimat-kalimat itu sama sekali tak tertuang dalam skenario awal. Selain Nek dadi wong ki mbok sing solutif, kalimat improvisasi lainnya adalah “tak andakke dulurku piye he. Podo-podo polisi bintange jejer-jejer limo.
Dalam syuting film ini, Ozie mengaku menghabiskan waktu sekitar dua pekan, yakni mulai dari membaca naskah hingga mengambil gambar dengan lokasi di Desa Terong, Dlingo maupun Kota Bantul dan Sleman.
Awalnya, Ozie bukan dipercaya jadi pemeran utama menjadi Bu Tejo. Namun karena pemeran awal yang dipilih terkendala untuk aktivitas naik turun truk, maka dia akhirnya diminta untuk menggantikan.
Untuk bisa memerankan tokoh yang bisa membikin gemas orang tersebut, Ozie mengaku belajar dari kehidupan ibu-ibu di pasar. Ketika berbelanka ke pasar, Ozie mengaku sengaja lama berkeliling demi melihat dan mendengarkan langsung gaya ibu-ibu saat ngrasani. (Lihat videonya: Bayren ke Final Liga Champions, Optimis Raih Treble Winner)
Tak hanya itu, Ozie pun banyak belajar logat bahasa Jawa warga desa Dlingo. “Memang ada kesulitan ketika harus dialog di atas truk sambil kendaraan berjalan. Termasuk mengatur ibu-ibu yang akan berbicara agar suaranya di bawah dirinya sebagai pemeran utama," tandasnya.
Ozie tak menyangka, di film keenam inilah dia menjadi bintang utama. Pada film-film sebelumnya, dia memang sering menjadi pemeran pembantu termasuk bersama sutradara kondang Hanung Bramantyo. "Di film ini terus terang saya lebih santai mungkin karena sutradara lebih muda ya jadi lebih cair," beber Ozi.
Pada 2015 silam, Ozie pun pernah ikut dalam Mencari Hilal garapan sutradara Ismael Basbeth. Ke depan, Ozie sangat berharap bisa bermain film garapan sutradara Joko Anwar. (Suharjono)
(ysw)