Jaga Kesehatan Anak, Imunisasi Tetap Jadi Prioritas Utama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kurangnya pemahaman yang benar mengenai imunisasi membuat banyak orang tua tidak memberikan vaksin pada anaknya. Salah satu alasannya adalah tubuh anak memiliki kekebalan melawan kuman secara alami.
Cara tradisional seperti memberikan madu, atau bahan herbal lainnya banyak dipilih orang tua untuk menjaga daya tahan tubuh anak dari segala penyakit. Namun, mengonsumsi ramuan herbal saja tidak cukup melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cissy Kartasasmita, pembentukan daya tahan tubuh dengan menggunakan bahan alami tidak cukup untuk menjamin anak bisa terhindar dari infeksi dan wabah penyakit. Sebab, kemampuan kuman dan bakteri dari lingkungan untuk menyerang lebih besar. (Baca: Unik, Imunisasi di Puskesmas Ini Bayar Pakai Sampah)
Kuman itu dapat menyerang kapan pun, khususnya ketika daya tahan tubuh ?anak sedang menurun. "Tubuh anak akan sulit melawan kuman kalau belum pernah diimunisasi sehingga rentan terserang penyakit," katanya.
Semakin banyak anak yang diimunisasi, semakin jarang pula penyakit itu ditemukan. Pemberian vaksin mayoritas melalui jarum suntik. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit dan sedikit luka sementara di bagian tubuh yang disuntik. Efek samping yang ditimbulkan seperti demam, rewel, atau alergi.
Efek samping yang terjadi pada anak setelah imunisasi justru melatih kekebalan tubuh anak saat menghadapi kuman atau bakteri dari lingkungan. Yang harus diingat, imunisasi aman diberikan dan tanpa efek samping jika anak dalam kondisi sehat.
Meski begitu, menghindari vaksin juga tidak aman. Misalnya saja penyakit polio yang bisa menyebabkan kelumpuhan permanen dan hingga kini belum dapat disembuhkan. Adanya vaksin polio telah berhasil menurunkan 99% kasus polio di seluruh dunia. Dari 125 negara, kini tinggal dua negara yang belum bebas polio, yaitu Pakistan dan Afganistan.
"Dari kasus polio saja sudah bisa dilihat bahwa tubuh manusia tetap harus mendapatkan tambahan vaksin dari luar tubuhnya," ujar dokter spesialis anak, dr Caessar Pronocitro SpA.
Memang tidak dapat dipungkiri masih banyak informasi yang selalu mengaitkan vaksin dengan masalah kesehatan seperti demam, kelumpuhan, dan autisme. Bahkan, beberapa di antaranya mengaitkan vaksin dengan masalah agama serta budaya. Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak melakukan vaksin dan lebih memilih cara tradisional untuk mengganti vaksin. (Baca juga: Kasus Virus Corona Global Tembus 23 Juta)
"Tubuh kita memiliki dua sistem kekebalan tubuh. Ada sistem kekebalan umum dan sistem kekebalan spesifik. Untuk kekebalan umum, bisa kita dapatkan dengan cara makan makanan yang bergizi, jika balita bisa dari ASI (air susu ibu), istirahat yang cukup, olahraga, dan upaya lainnya. Ada pun untuk kekebalan tubuh secara spesifik hanya bisa didapatkan melalui vaksinasi," jelas dr Caessar.
Dia menambahkan, sebenarnya secara alami tubuh kita sudah memiliki sistem imun yang bertugas untuk mendeteksi dan mengeliminasi patogen seperti virus yang masuk ke dalam tubuh. Namun sistem imun ini tentunya harus didukung melalui asupan yang lengkap seperti vitamin.
Selain vitamin, makan makanan dengan gizi seimbang bisa membantu meningkatkan imunitas secara alami. Sebab, imunitas dan makanan memiliki hubungan yang erat. Pola makan gizi seimbang dari makronutrien, seperti karbohidrat, protein, dan lemak serta makronutrien yang ada di dalam vitamin dan mineral.
Selain itu, mengonsumsi makanan sehat dapat meningkatkan saluran cerna yang sehat. "70% imun kita dipengaruhi oleh saluran cerna. Kalau kita bisa buang air besar setiap hari, itu menandakan keseimbangan bakteri baik di dalam saluran cerna kita, kalau bakteri baik mudah-mudahan imunitas juga baik," ujar dokter spesialis gizi klinik, RS Pondok Indah, dr Diana Felicia Suganda, M. Kes. SpGK.
Makanan seimbang juga harus sesuai takarannya antara karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam satu piring nasi harus berisi sepertiga karbohidrat, sepertiga sayuran, dan sisanya dilengkapi oleh lauk-pauk yang terdiri dari protein hewani serta buah-buahan. (Baca juga: Tak Ingin Solo jadi Ajang Coba-coba, PKS Siapkan Lawan Gibran)
"Tidak bisa hanya satu makanan saja yang superfood tapi juga harus dilengkapi semua dengan komposisi yang seimbang. Jadi enggak bisa protein saja tanpa karbohidrat, atau perbanyak sayur saja tidak ada proteinnya. Semua harus lengkap untuk membentuk usus yang sehat sehingga imunitas meningkat," tutur dr Diana.
Selain itu, untuk bisa bertahan dalam era normal baru, imunitas anak harus benar-benar dijaga dan kebiasaan makan dengan pola gizi seimbang harus lebih disiplin. "Sekarang new normal, mempengaruhi imunitas enggak? Ya jelas, kita akan membuat kebiasaan baru. Kebiasaan barunya apa, kita lebih jaga makan, kesehatan, dan jaga imunitas agar tidak terkena bakteri, virus, parasit macam-macam," kata dr Diana
Dr Diana pun menambahkan, meskipun sudah menjaga pola makan yang tepat dan sesuai takaran, pemberian vaksin tetap harus dilakukan. Karena ada beberapa penyakit menular serius yang tidak dapat dicegah hanya dengan pola makan.
Misalnya penyakit Polio, Campak, Rubella, TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, dan beberapa penyakit menular lainnya yang terbukti sangat berbahaya sehingga dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian. (Lihat videonya: Polisi Tangkap Anggota Geng Motor Sadis di Jakarta Timur)
"Untuk penyakit yang ringan, meningkatkan imunitas dengan pola makan seimbang dan olahraga rutin memang masih bisa mengatasinya. Namun jika bakteri atau virus tersebut sangat berbahaya dibutuhkan kekebalan yang sifatnya spesifik dan aktif seperti vaksin," tambahnya. (Aprilia S Andyna)
Cara tradisional seperti memberikan madu, atau bahan herbal lainnya banyak dipilih orang tua untuk menjaga daya tahan tubuh anak dari segala penyakit. Namun, mengonsumsi ramuan herbal saja tidak cukup melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cissy Kartasasmita, pembentukan daya tahan tubuh dengan menggunakan bahan alami tidak cukup untuk menjamin anak bisa terhindar dari infeksi dan wabah penyakit. Sebab, kemampuan kuman dan bakteri dari lingkungan untuk menyerang lebih besar. (Baca: Unik, Imunisasi di Puskesmas Ini Bayar Pakai Sampah)
Kuman itu dapat menyerang kapan pun, khususnya ketika daya tahan tubuh ?anak sedang menurun. "Tubuh anak akan sulit melawan kuman kalau belum pernah diimunisasi sehingga rentan terserang penyakit," katanya.
Semakin banyak anak yang diimunisasi, semakin jarang pula penyakit itu ditemukan. Pemberian vaksin mayoritas melalui jarum suntik. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit dan sedikit luka sementara di bagian tubuh yang disuntik. Efek samping yang ditimbulkan seperti demam, rewel, atau alergi.
Efek samping yang terjadi pada anak setelah imunisasi justru melatih kekebalan tubuh anak saat menghadapi kuman atau bakteri dari lingkungan. Yang harus diingat, imunisasi aman diberikan dan tanpa efek samping jika anak dalam kondisi sehat.
Meski begitu, menghindari vaksin juga tidak aman. Misalnya saja penyakit polio yang bisa menyebabkan kelumpuhan permanen dan hingga kini belum dapat disembuhkan. Adanya vaksin polio telah berhasil menurunkan 99% kasus polio di seluruh dunia. Dari 125 negara, kini tinggal dua negara yang belum bebas polio, yaitu Pakistan dan Afganistan.
"Dari kasus polio saja sudah bisa dilihat bahwa tubuh manusia tetap harus mendapatkan tambahan vaksin dari luar tubuhnya," ujar dokter spesialis anak, dr Caessar Pronocitro SpA.
Memang tidak dapat dipungkiri masih banyak informasi yang selalu mengaitkan vaksin dengan masalah kesehatan seperti demam, kelumpuhan, dan autisme. Bahkan, beberapa di antaranya mengaitkan vaksin dengan masalah agama serta budaya. Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak melakukan vaksin dan lebih memilih cara tradisional untuk mengganti vaksin. (Baca juga: Kasus Virus Corona Global Tembus 23 Juta)
"Tubuh kita memiliki dua sistem kekebalan tubuh. Ada sistem kekebalan umum dan sistem kekebalan spesifik. Untuk kekebalan umum, bisa kita dapatkan dengan cara makan makanan yang bergizi, jika balita bisa dari ASI (air susu ibu), istirahat yang cukup, olahraga, dan upaya lainnya. Ada pun untuk kekebalan tubuh secara spesifik hanya bisa didapatkan melalui vaksinasi," jelas dr Caessar.
Dia menambahkan, sebenarnya secara alami tubuh kita sudah memiliki sistem imun yang bertugas untuk mendeteksi dan mengeliminasi patogen seperti virus yang masuk ke dalam tubuh. Namun sistem imun ini tentunya harus didukung melalui asupan yang lengkap seperti vitamin.
Selain vitamin, makan makanan dengan gizi seimbang bisa membantu meningkatkan imunitas secara alami. Sebab, imunitas dan makanan memiliki hubungan yang erat. Pola makan gizi seimbang dari makronutrien, seperti karbohidrat, protein, dan lemak serta makronutrien yang ada di dalam vitamin dan mineral.
Selain itu, mengonsumsi makanan sehat dapat meningkatkan saluran cerna yang sehat. "70% imun kita dipengaruhi oleh saluran cerna. Kalau kita bisa buang air besar setiap hari, itu menandakan keseimbangan bakteri baik di dalam saluran cerna kita, kalau bakteri baik mudah-mudahan imunitas juga baik," ujar dokter spesialis gizi klinik, RS Pondok Indah, dr Diana Felicia Suganda, M. Kes. SpGK.
Makanan seimbang juga harus sesuai takarannya antara karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam satu piring nasi harus berisi sepertiga karbohidrat, sepertiga sayuran, dan sisanya dilengkapi oleh lauk-pauk yang terdiri dari protein hewani serta buah-buahan. (Baca juga: Tak Ingin Solo jadi Ajang Coba-coba, PKS Siapkan Lawan Gibran)
"Tidak bisa hanya satu makanan saja yang superfood tapi juga harus dilengkapi semua dengan komposisi yang seimbang. Jadi enggak bisa protein saja tanpa karbohidrat, atau perbanyak sayur saja tidak ada proteinnya. Semua harus lengkap untuk membentuk usus yang sehat sehingga imunitas meningkat," tutur dr Diana.
Selain itu, untuk bisa bertahan dalam era normal baru, imunitas anak harus benar-benar dijaga dan kebiasaan makan dengan pola gizi seimbang harus lebih disiplin. "Sekarang new normal, mempengaruhi imunitas enggak? Ya jelas, kita akan membuat kebiasaan baru. Kebiasaan barunya apa, kita lebih jaga makan, kesehatan, dan jaga imunitas agar tidak terkena bakteri, virus, parasit macam-macam," kata dr Diana
Dr Diana pun menambahkan, meskipun sudah menjaga pola makan yang tepat dan sesuai takaran, pemberian vaksin tetap harus dilakukan. Karena ada beberapa penyakit menular serius yang tidak dapat dicegah hanya dengan pola makan.
Misalnya penyakit Polio, Campak, Rubella, TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, dan beberapa penyakit menular lainnya yang terbukti sangat berbahaya sehingga dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian. (Lihat videonya: Polisi Tangkap Anggota Geng Motor Sadis di Jakarta Timur)
"Untuk penyakit yang ringan, meningkatkan imunitas dengan pola makan seimbang dan olahraga rutin memang masih bisa mengatasinya. Namun jika bakteri atau virus tersebut sangat berbahaya dibutuhkan kekebalan yang sifatnya spesifik dan aktif seperti vaksin," tambahnya. (Aprilia S Andyna)
(ysw)