5 Tradisi Malam 1 Suro, Salah Satunya Sedekah Laut para Nelayan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Malam 1 Suro diyakini sebagai malam sakral dalam kepercayaan masyarakat Jawa. Tak heran jika pada malam ini banyak masyarakat yang melakukan berbagai tradisi.
Malam 1 Suro adalah malam tepat sebelum tahun baru hijriyah dalam Islam. Hal ini merupakan salah satu perwujudan akulturasi sistem kalender, di mana kalender Jawa disesuaikan dengan nama-nama bulan dalam tahun hijriah.
Karena memiliki nilai budaya yang kuat, banyak mitos yang beredar setiap malam ini datang. Tidak hanya itu, beberapa tradisi juga turut dilakukan oleh mayoritas masyarakat Jawa.
Ritual ini bertujuan menjaga atau mengamankan lingkungan Keraton. Lazimnya tradisi Mubeng Beteng dilakoni dari sisi kiri atau barat keraton.
Dalam ritual ini, orang-orang akan berjalan mengelilingi lingkungan tempat mereka tinggal sambil membawa obor yang terbuat dari potongan bambu dan diisi minyak tanah serta potongan kain sebagai sumbu obor.
Prosesi Jamasan Pusaka diawali dengan kirab pusaka Tombak Kyai Manggolo Murti, Songsong Kyai Manggala Dewa, dan gunungan hasil bumi. Kirab dilakukan dengan berkeliling desa dengan diiringi tabuhan alat musik tradisional.
Perayaan Sedekah Laut biasanya berlangsung selama 2 hari pada bulan Suro. Acara diawali dengan kirab ancak. Setelah diinapkan satu malam, sejumlah kepala kerbau dan kambing esoknya dilarung.
Prosesi larung sesaji diikuti puluhan kapal ikan, dan biasanya dalam dalam acara ini ratusan warga ikut mengantar sampai ke tengah laut, tempat di mana seluruh sesajian diceburkan ke tengah laut.
Biasanya, prosesi kirab dimulai menjelang tengah malam. Selama Kirab Suro berlangsung, ratusan orang berkumpul untuk menunggu kerbau milik keraton melintas. Lalu, mereka pun berebut sesaji.
Malam 1 Suro adalah malam tepat sebelum tahun baru hijriyah dalam Islam. Hal ini merupakan salah satu perwujudan akulturasi sistem kalender, di mana kalender Jawa disesuaikan dengan nama-nama bulan dalam tahun hijriah.
Karena memiliki nilai budaya yang kuat, banyak mitos yang beredar setiap malam ini datang. Tidak hanya itu, beberapa tradisi juga turut dilakukan oleh mayoritas masyarakat Jawa.
Tradisi Malam 1 Suro
1. Tapa Bisu
Tradisi malam 1 Suro yang pertama ini umumnya dilakukan oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Tapa bisu ini dilakukan berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta saat malam hari tanpa berbicara alias membisu dan tidak mengenakan alas kaki.Ritual ini bertujuan menjaga atau mengamankan lingkungan Keraton. Lazimnya tradisi Mubeng Beteng dilakoni dari sisi kiri atau barat keraton.
2. Pawai Obor
Hampir semua wilayah di Jawa melakukan tradisi ini di setiap malam 1 Suro. Biasanya tradisi ini dilakukan seusai salat isya dan akan diikuti oleh setiap kalangan mulai orang dewasa hingga anak-anak.Dalam ritual ini, orang-orang akan berjalan mengelilingi lingkungan tempat mereka tinggal sambil membawa obor yang terbuat dari potongan bambu dan diisi minyak tanah serta potongan kain sebagai sumbu obor.
3. Jamasan Pusaka
Jamasan Pusaka merupakan tradisi rutin memandikan pusaka dari Keraton Yogyakarta. Seperti Tombak Kyai Manggolo Murti dan juga Songsong Kyai Manggala Dewa setiap malam pergantian tahun baru Hijriyah.Prosesi Jamasan Pusaka diawali dengan kirab pusaka Tombak Kyai Manggolo Murti, Songsong Kyai Manggala Dewa, dan gunungan hasil bumi. Kirab dilakukan dengan berkeliling desa dengan diiringi tabuhan alat musik tradisional.
4. Sedekah Laut
Tradisi Suro ini dilakukan oleh para nelayan yang tinggal di pesisir pantai utara sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki berupa hasil laut yang telah menjadi sumber utama penghasilan mereka.Perayaan Sedekah Laut biasanya berlangsung selama 2 hari pada bulan Suro. Acara diawali dengan kirab ancak. Setelah diinapkan satu malam, sejumlah kepala kerbau dan kambing esoknya dilarung.
Prosesi larung sesaji diikuti puluhan kapal ikan, dan biasanya dalam dalam acara ini ratusan warga ikut mengantar sampai ke tengah laut, tempat di mana seluruh sesajian diceburkan ke tengah laut.
5. Kirab Suro
Dalam kirab satu Suro, orang-orang berdesak-desakan dan berebut kotoran kebo bule. Kotoran kebo bule dianggap dapat membawa berkah dan keselamatan.Biasanya, prosesi kirab dimulai menjelang tengah malam. Selama Kirab Suro berlangsung, ratusan orang berkumpul untuk menunggu kerbau milik keraton melintas. Lalu, mereka pun berebut sesaji.
(tsa)