Rumah Merah Putih Suguhkan Suka Duka Anak-Anak Perbatasan

Selasa, 18 Juni 2019 - 05:30 WIB
Rumah Merah Putih Suguhkan Suka Duka Anak-Anak Perbatasan
Rumah Merah Putih Suguhkan Suka Duka Anak-Anak Perbatasan
A A A
JAKARTA - Pasangan selebritas, Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen lewat rumah produksi Alenia Pictures kembali mengangkat kisah inspiratif tentang anak-anak di Indonesia bagian timur lewat film berjudul Rumah Merah Putih. Film garapan Ari Sihasale ini menceritakan tentang kehidupan anak-anak di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan kecintaan mereka kepada Indonesia.

Nama Ari dan Nia lewat Alenia Pictures memang telah banyak menelurkan film untuk keluarga yang kisahnya berlatar kehidupan masyarakat Indonesia timur. Seusai Denias, Senandung di Atas Awan, Tanah Air Beta, serta Di Timur Matahari, kini Alenia Pictures siap merilis film yang berlatar di Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur. Film itu akan berfokus pada kehidupan sepekan jelang perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) di wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste.

Ari dan Nia mengangkat kisah nyata kehidupan anak-anak di NTT. Film ini diperankan langsung anak-anak asli NTT. Selain itu pemeran dari Jakarta turut serta yakni Pevita Pearce, Yama Carlos, Shafira Umm, Abdurrahman Arif, dan Dicky Tatipikalawan. Film ini berkisah tentang Farel Amaral dan Oscar Lopez yang tinggal di perbatasan NTT-Timor Leste. Dalam kesederhanaan, ternyata rasa cinta mereka terutama anak-anak generasi muda terhadap Indonesia tumbuh sangat dalam.

Nia Zulkarnaen mengatakan bahwa film ini adalah film kesembilan dari Alenia Pictures. Rumah Merah Putih akan menjadi awal dari trilogi seri perbatasan yang akan diproduksi Alenia Pictures. Rencananya, berikutnya akan berkutat di perbatasan Papua dan film ketiga di perbatasan Kalimantan.

Cerita dari ketiga film itu pun akan saling terkait meski berbeda wilayah yang sangat jauh. Saat ini, Nia bersama tim sedang menggarap praproduksi. Kisah film trilogi ini direncanakan akan selesai dalam kurun tiga tahun ke depan.

"Yang ingin kami sampaikan dalam beberapa film yang akan menjadi trilogi nanti adalah bagaimana rasa cinta pada Tanah Air jangan sampai sirna dalam keadaan apapun. Semoga film ini bisa menjadi penyejuk hati bagi kita semua, tentang kecintaan pada Indonesia tanpa batas dan pamrih," papar Nia Zulkarnaen kepada SINDO seusai press screening film Rumah Merah Putih di XXI Epicentrum, Jakarta, Senin (17/6).

Menariknya, dalam setiap film selalu melibatkan talenta lokal atau penduduk asli. Dilibatkannya talenta lokal tidak lepas dari upaya Nia Zulkarnaen untuk dapat menjaga keaslian film tersebut. "Kami tidak mau kehilangan keasliannya," tegas Nia.

Untuk mencari pemain-pemain tersebut, Nia mengadakan casting dengan mencari para pemain lokal, khususnya anak-anak. Bahkan setelah para pemain terpilih, Nia tidak mengajak anak-anak asli NTT tersebut untuk mengikuti kegiatan workshop dan pelatihan di Jakarta, melainkan memboyong pelatih akting ke Atambua yang menjadi markas mereka sementara.

"Anak-anak dilatih selama tiga minggu. Pagi mereka sekolah, sore mereka latihan. Mereka semua bagus dan antusias sekali," kata Nia. "Mereka sama sekali belum pernah berhadapan dengan kamera dan ikut casting. Saya secara pribadi deg-degan bisa enggak? Anak-anak ini semangat luar biasa dan enggak ada habisnya."

Lebih lanjut, Nia pun mengungkapkan bahwa kisah seorang siswa bernama Joni Gala, siswa SMP Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur sempat menarik perhatian ketika memanjat tiang bendera setinggi 20 meter untuk memperbaiki tali bendera putus sekaligus mengibarkan merah putih pada HUT Kemerdekaan RI ke-73 tahun lalu menjadi inspirasi dalam menggarap film ini.

Aksi Joni Gala menarik perhatian publik, sekaligus menjadi pengembangan ide cerita Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen yang diakui telah disiapkan sejak empat tahun lalu untuk film Rumah Merah Putih. "Kisahnya inspiratif, itu dari kisah kejadian nyata anak-anak di perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste. Jadi kita ambil kisahnya satu minggu sebelum perayaan 17 Agustus," cerita Nia.

"Waktu kita riset ketemu anak-anak, awal Agustus tahun lalu anak-anak cerita mereka bilang kami sakit hati jangan sampai merah putih tidak berkibar. Padahal cuma karena talinya putus, mereka segitu sedihnya," kata Nia seraya menjelaskan syuting film mengambil tiga lokasi berbeda yakni Kupang, Silawan, dan Atambua yang dilakukan selama satu bulan pada November hingga Desember tahun lalu.

Pada kesempatan yang sama, Ari Sihasale mengungkapkan bahwa lima tahun lalu daerah perbatasan tidak terlalu diperhatikan, beda dengan lima tahun sekarang. "Dulu saat ke sana, kami sedih dan malu, lihat negara tetangga perbatasannya keren," kata dia.

Meski kehidupannya tak sebaik negara tetangga, lanjut Ari, cinta dan nasionalisme masyarakat perbatasan tidak pernah berubah. Hal itulah yang kemudian dijadikannya sebagai poin utama untuk membawa pesan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

"Terutama sekarang ini, setelah Pilpres dan lain-lain, Indonesia semakin terpecah. Mungkin lewat film, kami bisa memberi tahu bahwa kita sama kok. Saya dari Ambon, ibu dan bapak Ambon tapi saya Indonesia. Kita semua Indonesia. Walaupun berbeda-beda, asalnya dari mana, tapi yang menyatukan dan rumah kita ya Indonesia," lanjutnya menjabarkan.

Pemilik nama lengkap Juharson Estrella Sihasale ini mengatakan bahwa anak-anak di daerah perbatasan juga memiliki bakat dan talenta yang harusnya didukung dan dikembangkan. Aktor-aktor cilik ini disebut Nia sebagai mutiara-mutiara dari Timur. "Pertemuan kami dengan anak-anak perbatasan ini juga menginspirasi kami juga untuk mengembangkan cerita sesuai dengan pengalaman mereka," ucap sineas kelahiran Ambon-Papua ini.Kisah film Rumah Merah Putih berawal satu minggu menjelang perayaan 17 Agustus ketika Farel dan Oscar beserta Anton dan David akan mengikuti lomba panjat pinang yang meriah. Berbagai permasalahan pun menimpa mereka untuk mengikuti perlombaan tersebut. Untuk mengetahuinya kelanjutan kisahnya, silakan saksikan Rumah Merah Putih di seluruh bioskop Indonesia mulai 20 Juni 2019.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5109 seconds (0.1#10.140)