Sandiaga Sebut MRT Bali Solusi Ampuh Atasi Kemacetan seperti di Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan bahwa pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Bali akan menjadi solusi ampuh untuk mengatasi kemacetan parah di Pulau Dewata.
Menurut Sandiaga, kehadiran MRT tidak hanya untuk kelancaran lalu lintas di Bali tetapi juga untuk mendukung perkembangan pariwisata dan ekonomi lokal. Sementara itu, peletakan baru pertama pembangunan transportasi umum ini rencananya akan dilaksanakan pada September 2024.
Di sisi lain, Sandiaga berharap uji kelayakan untuk pembangunan transportasi umum ini dapat segera selesai. Sehingga proyeksinya bisa langsung berjalan.
"Kita harapkan nanti segera diselesaikan feasibility study (uji kelayakan)-nya. Jadi, bisa dilanjutkan. konstruksinya supaya kemacetan di Bali Selatan tidak terkonsentrasi di situ," kata Sandiaga dalam Weekly Brief with Sandiaga Uno di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jakarta, Senin (29/7/2024).
Sandiaga menjelaskan bahwa kesuksesan MRT di Jakarta sebagai sarana transportasi yang efektif mengurangi kemacetan dapat dijadikan acuan. Ia optimistis bahwa penerapan sistem transportasi serupa di Bali akan membawa dampak positif yang signifikan.
Ini terlihat dari naiknya target jumlah penumpang di MRT Jakarta yang terus meningkat. Diharapkan sarana transportasi tersebut bisa berdampak sama di Bali sehingga dapat mengatasi kemacetan yang semakin parah.
"Kalau di Jakarta sih efektif ya. Sekarang, MRT sudah 120.000 penumpang per hari. Dulu waktu saya bekerja di DKI, target kita cuma 70.000. Secara umum sudah kelihatan (dampaknya)," jelasnya.
"Dan di daerah Canggu juga sudah sangat-sangat padat. Jadi, layanan transportasi publik ini akan sangat membantu," lanjutnya.
Proyek MRT Bali dimulai dengan PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) yang menunjuk PT Bumi Indah Prima (BIP) sebagai investor utama.
mengutip akun Instagram @balisantuy, total dari proyeksi MRT Bali ini pun mencapai USD20 miliar atau setara dengan Rp325 triliun. Proyek ini terdiri dari empat fase, mulai dari Bandara Ngurah Rai hingga Nusa Dua dan Ubud, dengan target penyelesaian fase pertama pada 2028 dan seluruh proyek pada 2031.
Menurut Sandiaga, kehadiran MRT tidak hanya untuk kelancaran lalu lintas di Bali tetapi juga untuk mendukung perkembangan pariwisata dan ekonomi lokal. Sementara itu, peletakan baru pertama pembangunan transportasi umum ini rencananya akan dilaksanakan pada September 2024.
Di sisi lain, Sandiaga berharap uji kelayakan untuk pembangunan transportasi umum ini dapat segera selesai. Sehingga proyeksinya bisa langsung berjalan.
"Kita harapkan nanti segera diselesaikan feasibility study (uji kelayakan)-nya. Jadi, bisa dilanjutkan. konstruksinya supaya kemacetan di Bali Selatan tidak terkonsentrasi di situ," kata Sandiaga dalam Weekly Brief with Sandiaga Uno di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jakarta, Senin (29/7/2024).
Baca Juga
Sandiaga menjelaskan bahwa kesuksesan MRT di Jakarta sebagai sarana transportasi yang efektif mengurangi kemacetan dapat dijadikan acuan. Ia optimistis bahwa penerapan sistem transportasi serupa di Bali akan membawa dampak positif yang signifikan.
Ini terlihat dari naiknya target jumlah penumpang di MRT Jakarta yang terus meningkat. Diharapkan sarana transportasi tersebut bisa berdampak sama di Bali sehingga dapat mengatasi kemacetan yang semakin parah.
"Kalau di Jakarta sih efektif ya. Sekarang, MRT sudah 120.000 penumpang per hari. Dulu waktu saya bekerja di DKI, target kita cuma 70.000. Secara umum sudah kelihatan (dampaknya)," jelasnya.
"Dan di daerah Canggu juga sudah sangat-sangat padat. Jadi, layanan transportasi publik ini akan sangat membantu," lanjutnya.
Proyek MRT Bali dimulai dengan PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) yang menunjuk PT Bumi Indah Prima (BIP) sebagai investor utama.
mengutip akun Instagram @balisantuy, total dari proyeksi MRT Bali ini pun mencapai USD20 miliar atau setara dengan Rp325 triliun. Proyek ini terdiri dari empat fase, mulai dari Bandara Ngurah Rai hingga Nusa Dua dan Ubud, dengan target penyelesaian fase pertama pada 2028 dan seluruh proyek pada 2031.
(dra)