Kuliner, Kriya, dan Fashion Penopang Terbesar Ekonomi Kreatif Indonesia

Kamis, 12 September 2024 - 19:19 WIB
loading...
Kuliner, Kriya, dan...
Menparekraf Sandiaga Uno memberikan ceramah di hadapan peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat I Angkatan LXI di Gedung Graha Wisesa, ASN Corpu Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, Senin (9/9/2024). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Kuliner, kriya, dan fashion menjadi penopang terbesar ekonomi kreatif di Indonesia. Bahkan, sumbangan dari ketiga sektor tersebut secara akumulatif mencapai 70 persen.

Sektor ekonomi kreatif memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Bahkan jumlahnya melebihi Rp1.300 triliun terhadap PDB. Ini menjadi bukti bahwa ekonomi kreatif menjadi sumber kekuatan ekonomi baru. Bahkan, di tengah melambatnya harga komoditas dan bahan mentah, sektor ekonomi kreatif memberikan sumbangan yang positif.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat memberikan ceramah di hadapan peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat I Angkatan LXI dengan tema Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif sebagai Pilar Perekonomian Masa Depan di Gedung Graha Wisesa, ASN Corpu Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, Senin (9/9/2024).



Sandiaga mengatakan, melalui sumbangan ini, Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan ekonomi kreatif terbaik di dunia setelah Korea Selatan pada posisi kedua dan Amerika Serikat di posisi pertama.

“Peringkat pertama sumbangan ekonomi kreatif diduduki oleh kuliner dengan perolehan terbesar, yakni sebesar 41 persen. Sedangkan fashion berkontribusi sebesar 17 persen dan kriya 14,9 persen. Jadi totalnya sekitar 75 persen. Dan 25 persen sisanya adalah 14 subsektor lain yang bertumbuh di atas rata-rata,” beber Sandiaga.

Sandiaga pada kesempatan itu juga mengajak semua pihak untuk lebih banyak mengonsumi konten kreatif lokal. Hal itu dimaksudkan agar ekonomi kreatif Indonesia semakin berkembang dan berdaya, bahkan menjadi industri ekonomi kreatif terbesar di dunia.

"Kalau kita kurangi dengar K-Pop atau nonton drakor (drama Korea), kita banyakin nonton drama horor atau dangdut koplo, mudah-mudahan lima tahun ke depan kita bisa unggul dibanding Korea. Demikian juga dengan kuliner dan produk kerajinan lokal yang harus terus kita berdayakan,” pungkasnya.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1872 seconds (0.1#10.140)