Belanja Gaya Baru yang Ramah Lingkungan

Rabu, 26 Februari 2020 - 08:30 WIB
Belanja Gaya Baru yang Ramah Lingkungan
Belanja Gaya Baru yang Ramah Lingkungan
A A A
JAKARTA - Go green, eco-friendly, ataupun sustainability adalah istilah yang tengah banyak digaungkan di berbagai bidang. Termasuk di dunia belanja. Hal itu dilakukan dengan tujuan mengurangi sampah plastik yang bisa berdampak buruk bagi lingkungan.

Anda tentu masih ingat peristiwa longsor di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005. Peristiwa itu menjadi tragedi yang memilukan, karena gunungan sampah yang mencapai tinggi 40 meter longsor akibat tergerus air hujan dan menimbun dua desa di sekitarnya. Tragedi yang menewaskan 150 orang lebih itu akhirnya menyadarkan banyak pihak, betapa sampah bisa menjadi malapetaka, tak hanya bagi bumi tempat manusia berpijak, namun juga si manusia itu sendiri. Berlatar peristiwa tersebut, maka 21 Februari kini kerap diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).

"Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 01.00-02.00 dini hari itu tidak boleh terulang lagi. Kenapa dulu bisa terjadi, karena kita waktu itu masih menganggap sampai persoalan sepela. Setelah peristiwa tersebut, akhirnya kita sadar bahwa urusan sampah sangat penting dan membangun kedasaran kolektif untuk mengatasi persoalan ini bersama-sama," kata Ujang Solihin Sidik, Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI dalam acara peluncuran Refill Station besutan PT Unilever Indonesia di Jakarta, Selasa (25/2).

Ujang menambahkan, kita harus membuat paradigma baru terkait masalah sampah. Sampah kini tak boleh sekadar dibersihkan, tapi harus juga bisa diolah.

"Proses pengolahan sampah ini harus dibangun secara terintegrasi, melibatkan multiplayer, multistake holder, semua terlibat. Dari hulu hingga ke hilir," ujar pria yang akrab disapa Uso itu.

"Jadi Dinas Kebersihan sebenarnya sudah tidak relevan. Namanya Dinas Kebersihan, maka kalau ada sampah dibersihkan. Paradigmanya sekarang adalah pengelolaan sampah. Bahkan sebelum menjadi sampah, harus sudah dipikirkan dulu pengelolaannya. Industri sudah melakukan, masyarakat pun punya tanggung jawab yang sama untuk menerapkan gaya hidup minim sampah," kata Uso lagi.

Begitu penting pengelolaan sampah ini hingga mendorong PT Unilever Indonesia untuk ikut berkontribusi demi kelestarian lingkungan. Perusahaan multinasional itu lantas berinisiatif, di antaranya dengan membuat Refill Station agar bisa menekan produksi sampah. Proyek uji coba pertama Refill Station yang menjadi salah satu upaya perusahaan mendukung pemerintah mewujudkan Indonesia Bebas Polusi Plastik pada 2040 ini dilakukan di Saruga Package-free Shopping Store yang berlokasi di kawasan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

"Sampah plastik masih menjadi masalah besar dunia, termasuk di Indonesia. Unilever percaya bahwa hal ini akan dapat diatasi jika semua pihak saling bahu membahu dan berkolaborasi. Proyek uji coba Refill Station yang hari ini diperkenalkan adalah bagian dari upaya kami dalam memberikan pilihan kepada konsumen yang ingin menggunakan produk kami sekaligus mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai," beber Nurdiana Darus atau Ade, Head of Corporate Affair & Sustainability PT Unilever Indonesia.

Lebih lanjut Ade mengatakan, kehadiran Refill Station ini merupakan salah satu contoh penerapan konsep ekonomi sirkular (circular economy) yang selama ini dijalankan oleh Unilever Indonesia. Yakni mengedepankan pentingnya unsur penggunaan kembali dan daur ulang serta mereduksi penggunaan plastik. Hal itu sejalan dengan komitmen Unilever secara global untuk paling lambat pada 2025 mengurangi 50% dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, mempercepat penggunaan plastik daur ulang, serta mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijualnya.

“Baru-baru ini pemerintah menetapkan "Peta Jalan Pengurangan Sampah Plastik oleh Produsen", di mana kami menargetkan produsen untuk bisa mengurangi sampah yang berasal dari produk dan atau kemasan produk sebesar 30% pada 2029. Target tersebut akan tercapai jika produsen terus melakukan inovasi dan membantu mengedukasi konsumen untuk menerapkan gaya hidup yang lebih bijak dalam menggunakan plastik serta mengelola sampah dari rumah tangga. KLHK sangat mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan Unilever dan Saruga dalam menghadirkan Refill Station ini," timpal Uso.

Sederet brand milik PT Unilever Indonesia seperti Rinso, Molto, Sunlight, Superpell, Lifebuoy, Clear, Dove, Sunsilk, TRESemme, Love Beauty and Planet, dan Bango akan dapat ditemukan di toko Saruga. Untuk berbelanja, masyarakat cukup datang dengan membawa kemasan sendiri agar bisa diisi ulang. Selain ramah lingkungan, cara berbelanja seperti ini juga lebih hemat.

“Kami berharap kehadiran Refill Station ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak, baik Unilever, Saruga, pemerintah, regulator, maupun masyarakat. Semoga nanti inisiatif ini dapat menjadi alternatif model bisnis baru yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan,” tutup Ade.
(tsa)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9011 seconds (0.1#10.140)