Nasi Goreng Mbak Yati, Lezatnya Bikin Ketagihan
loading...
A
A
A
Buka mulai pukul 15.00 WIB, warung ini sudah diserbu para pembeli, terutama pas sore atau jam makan malam. Biasanya warung tutup pukul 22.00 WIB. “Kami juga menerima pesanan. Dan biasanya pesanan itu untuk acara-acara rapat,” kata Mbak Yati. (Baca juga: Pengusaha Wisata Bandung Tolak Rencana Bandara Husein jadi Domestik)
Karena pelanggannya banyak, saban harinya ia menghabiskan 20 Kg beras untuk nasi goreng. Mengimbangi banyaknya pembeli, Sumaryati memperkerjakan 4 karyawati, ditambah dua anaknya yang setia membantunya.
Sumaryati sangat bersyukur jika warung nasi goreng yang telah dirintisnya ini akhirnya bisa menjadi sandaran hidup keluarga. Bahkan ia juga sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
Bagi Sumaryati, dalam merintis usaha harus dilandasi dengan sabar dan tekun. “ Dengan modal itu, saya yakin Tuhan selalu memberi jalan kepada kita,” ucapnya.
Dikatakan Sumaryati, pelanggannya tidak hanya dari Salatiga saja. Para pelangganya juga berasal dari luar kota, seperti dari Semarang, Boyolali dan Solo. Terbukti, banyak pelancong dari luar daerah yang datang ke Salatiga untuk sekadar mampir ke warungnya.
"Banyak juga pelanggan dari luar kota. Mungkin dari getok tular,” katanya. Tanpa maksud menonjolkan diri, dikatakan Mbak Yati, para pelanggan mengaku cocok dengan masakannya karena rasanya yang khas dan bersih. “ Meski menempati warung yang sederhana, tapi kebersihan saya utamakan,” tandasnya.
Untuk mempertahankan para pelangganya, Mbak Yati selalu memprioritaskan pelayanan terhadap pembeli dengan mempertahankan cita rasa makanan dan menjaga kebersihan tempat jualan. (Lihat videonya: Pekerja Diduga Lalai Dua Bangunan Ruko Roboh)
Sementara itu, salah seorang pelanggan setia warung nasi goreng Mbak Yati, Kartika ( 23) warga Tuntang, Kabupaten Semarang menuturkan, dirinya sudah lama menjadi pelanggan Mbak Yati. Karena kebetulan kampusnya ( IAIN Salatiga) dekat dengan warung itu. "Saya sering kesini, masakannya saya cocok. Sampai hafal (akrab) dengan penjualnya ( Mbak Yati),” katanya. (Angga Rosa)
Karena pelanggannya banyak, saban harinya ia menghabiskan 20 Kg beras untuk nasi goreng. Mengimbangi banyaknya pembeli, Sumaryati memperkerjakan 4 karyawati, ditambah dua anaknya yang setia membantunya.
Sumaryati sangat bersyukur jika warung nasi goreng yang telah dirintisnya ini akhirnya bisa menjadi sandaran hidup keluarga. Bahkan ia juga sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
Bagi Sumaryati, dalam merintis usaha harus dilandasi dengan sabar dan tekun. “ Dengan modal itu, saya yakin Tuhan selalu memberi jalan kepada kita,” ucapnya.
Dikatakan Sumaryati, pelanggannya tidak hanya dari Salatiga saja. Para pelangganya juga berasal dari luar kota, seperti dari Semarang, Boyolali dan Solo. Terbukti, banyak pelancong dari luar daerah yang datang ke Salatiga untuk sekadar mampir ke warungnya.
"Banyak juga pelanggan dari luar kota. Mungkin dari getok tular,” katanya. Tanpa maksud menonjolkan diri, dikatakan Mbak Yati, para pelanggan mengaku cocok dengan masakannya karena rasanya yang khas dan bersih. “ Meski menempati warung yang sederhana, tapi kebersihan saya utamakan,” tandasnya.
Untuk mempertahankan para pelangganya, Mbak Yati selalu memprioritaskan pelayanan terhadap pembeli dengan mempertahankan cita rasa makanan dan menjaga kebersihan tempat jualan. (Lihat videonya: Pekerja Diduga Lalai Dua Bangunan Ruko Roboh)
Sementara itu, salah seorang pelanggan setia warung nasi goreng Mbak Yati, Kartika ( 23) warga Tuntang, Kabupaten Semarang menuturkan, dirinya sudah lama menjadi pelanggan Mbak Yati. Karena kebetulan kampusnya ( IAIN Salatiga) dekat dengan warung itu. "Saya sering kesini, masakannya saya cocok. Sampai hafal (akrab) dengan penjualnya ( Mbak Yati),” katanya. (Angga Rosa)
(ysw)