Pentingnya Latihan Pernapasan bagi Penyitas Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ahli dari Loma Linda University di California merekomendasikan penyintas Covid-19 memulai latihan pernapasan. Latihan pernapasan ini penting untuk menjaga kadar oksigen.
Pasien Covid-19 mengalami gejala umum seperti napas pendek atau dada terasa sesak misalnya. Dokter kemudian akan memeriksa saturasi oksigen pasien bersangkutan. Ya, keluhan sulit bernapas memang menjadi gejala khas Covid-19. Tapi bagaimana jika kunci kesembuhan dari Covid-19 ini justru terletak dari teknik bernapas? (Baca: DPR Akan Bahas Perppu Pilkada Jilid II)
Pernyataan ini dikemukakan oleh Andrew Weil, M.D direktur Center for Integrative Medicine di University of Arizona. Teknik pernapasan yang dipopulerkan oleh Dr. Weil dinamakan bernapas 4-7-8 yang mengadopsi teknik pernapasan yoga. Dengan bernapas perlahan dan dalam diyakini dapat menurunkan tingkat stres.
“Ini adalah teknik relaksasi yang terbaik yang saya tahu. Butuh beberapa waktu, tidak butuh alat, dan tanpa biaya apapun. Anda harus mempraktikannya dua kali sehari. Dengan terus berlatih, dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menyehatkan sistem pencernaan, membuat mudah tidur, dan mencegah kegelisahan,” terang Dr. Weil dikutip dari Medium.com.
Teknik pernapasan 4-7-8 dapat dilakukan oleh orang yang sedang diberi terapi oksigen. Bahkan efektif pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan keluhan susah bernapas dan bergantung pada oksigen serta bisa dipelajari hanya dalam beberapa menit saja.
Teknik pernapasan 4-7-8 merupakan pola pernapasan yang berfokus pada pengendalian pernapasan. Teknik pernapasan 4-7-8 melibatkan pernapasan selama 4 detik, menahan napas selama 7 detik, dan menghembuskannya selama 8 detik. (Baca juga: Sahabat Nabi Tidak Bermazhab, Benarkah?)
Teknik bernapas ini dimulai dengan mengosongkan paru dari udara atau buang napas, kemudian bernapas perlahan lewat hidung selama empat detik. Tahan selama tujuh hitungan. Keluarkan napas dengan kuat melalui mulut sambil membuat bunyi “whoosh” selama delapan detik. Ulangi sebanyak empat kali.
Kini, para ahli tengah meneliti apa saja dampak kesehatan jangka panjang yang ditimbulkan akibat Covid-19. Salah satu efek yang telah diketahui adalah beberapa pasien yang sudah sembuh dari infeksi virus tersebut menderita fibrosis paru (gangguan pernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di organ paru). Jumlah penderitanya pun semakin meningkat.
Pasien SARS yang sudah sembuh dari outbreak yang pernah terjadi di tahun 2003 silam, juga menderita fibrosis paru. Fungsi paru yang tidak normal ini akan menyebabkan seseorang mengalami sesak napas, bahkan ketika hanya melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan atau mengenakan pakaian.
Nah, latihan pernapasan teratur dapat meningkatkan pengembangan paru dan menguatkan otot pernapasan yang membuat kapasitas paru untuk menyediakan oksigen lebih besar. Pernapasan diafragma bisa dilakukan sebagai permulaan. Untuk mendapatkan jumlah oksigen yang maksimal ketika menarik napas, tubuh akan menggunakan otot-otot pernapasan termasuk diafragma. (Baca juga: Koeman Sarankan Puig Segera Tinggalkan Barcelona)
Teknik bernapas ini disebut juga Pursed lip breathing (PLB). Yakni teknik pernapasan dengan cara mengeluarkan napas melalui bibir yang mengerut (kerucut) dan bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup. Tenaga medis seperti dokter, perawat, ahli terapi fisik, ahli terapi okupasi, hingga ahli terapi pernapasan mengajarkan teknik ini kepada pasien mereka untuk meredakan sesak napas dan meningkatkan pernapasan dalam.
Baik pernapasan diafragma, PLB, dan teknik bernapas yoga terbukti dapat meningkatkan fungsi paru. Ketiganya juga sudah dibuktikan menunjukkan peningkatan kemampuan bernapas pasien fibrosis paru. Termasuk kemampuan untuk berjalan lebih jauh bagi pasien PPOK.
Para ahli dari Loma Linda University di California merekomendasikan penyintas Covid-19 memulai latihan pernapasan segera setelah tidak lagi tergantung pada terapi oksigen atau tidak mengalami sesak napas.
Sementara peneliti dari Kanada juga menganjurkan hal yang serupa. Latihan pernapasan ini disarankan 1-3 kali sehari selama 10 menit masing-masing. Dr. James Hoyt, spesialis paru dari UCHealth Pulmonology Clinic mengatakan, bernapas dalam memiliki beberapa faedah. (Lihat videonya: Bom Pesawat Sukhoi TNI AU Jatuh ke Permukiman Warga di Takalar)
Diantaranya membuat pertukaran oksigen dan karbondioksida lebih optimal, memperlambat detak jantung, hingga mengurangi stres. “Bernapas dalam cara yang baik untuk mengusir stres dan relaksasi,” pungkasnya. (Sri Noviarni)
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Pasien Covid-19 mengalami gejala umum seperti napas pendek atau dada terasa sesak misalnya. Dokter kemudian akan memeriksa saturasi oksigen pasien bersangkutan. Ya, keluhan sulit bernapas memang menjadi gejala khas Covid-19. Tapi bagaimana jika kunci kesembuhan dari Covid-19 ini justru terletak dari teknik bernapas? (Baca: DPR Akan Bahas Perppu Pilkada Jilid II)
Pernyataan ini dikemukakan oleh Andrew Weil, M.D direktur Center for Integrative Medicine di University of Arizona. Teknik pernapasan yang dipopulerkan oleh Dr. Weil dinamakan bernapas 4-7-8 yang mengadopsi teknik pernapasan yoga. Dengan bernapas perlahan dan dalam diyakini dapat menurunkan tingkat stres.
“Ini adalah teknik relaksasi yang terbaik yang saya tahu. Butuh beberapa waktu, tidak butuh alat, dan tanpa biaya apapun. Anda harus mempraktikannya dua kali sehari. Dengan terus berlatih, dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menyehatkan sistem pencernaan, membuat mudah tidur, dan mencegah kegelisahan,” terang Dr. Weil dikutip dari Medium.com.
Teknik pernapasan 4-7-8 dapat dilakukan oleh orang yang sedang diberi terapi oksigen. Bahkan efektif pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan keluhan susah bernapas dan bergantung pada oksigen serta bisa dipelajari hanya dalam beberapa menit saja.
Teknik pernapasan 4-7-8 merupakan pola pernapasan yang berfokus pada pengendalian pernapasan. Teknik pernapasan 4-7-8 melibatkan pernapasan selama 4 detik, menahan napas selama 7 detik, dan menghembuskannya selama 8 detik. (Baca juga: Sahabat Nabi Tidak Bermazhab, Benarkah?)
Teknik bernapas ini dimulai dengan mengosongkan paru dari udara atau buang napas, kemudian bernapas perlahan lewat hidung selama empat detik. Tahan selama tujuh hitungan. Keluarkan napas dengan kuat melalui mulut sambil membuat bunyi “whoosh” selama delapan detik. Ulangi sebanyak empat kali.
Kini, para ahli tengah meneliti apa saja dampak kesehatan jangka panjang yang ditimbulkan akibat Covid-19. Salah satu efek yang telah diketahui adalah beberapa pasien yang sudah sembuh dari infeksi virus tersebut menderita fibrosis paru (gangguan pernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di organ paru). Jumlah penderitanya pun semakin meningkat.
Pasien SARS yang sudah sembuh dari outbreak yang pernah terjadi di tahun 2003 silam, juga menderita fibrosis paru. Fungsi paru yang tidak normal ini akan menyebabkan seseorang mengalami sesak napas, bahkan ketika hanya melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan atau mengenakan pakaian.
Nah, latihan pernapasan teratur dapat meningkatkan pengembangan paru dan menguatkan otot pernapasan yang membuat kapasitas paru untuk menyediakan oksigen lebih besar. Pernapasan diafragma bisa dilakukan sebagai permulaan. Untuk mendapatkan jumlah oksigen yang maksimal ketika menarik napas, tubuh akan menggunakan otot-otot pernapasan termasuk diafragma. (Baca juga: Koeman Sarankan Puig Segera Tinggalkan Barcelona)
Teknik bernapas ini disebut juga Pursed lip breathing (PLB). Yakni teknik pernapasan dengan cara mengeluarkan napas melalui bibir yang mengerut (kerucut) dan bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup. Tenaga medis seperti dokter, perawat, ahli terapi fisik, ahli terapi okupasi, hingga ahli terapi pernapasan mengajarkan teknik ini kepada pasien mereka untuk meredakan sesak napas dan meningkatkan pernapasan dalam.
Baik pernapasan diafragma, PLB, dan teknik bernapas yoga terbukti dapat meningkatkan fungsi paru. Ketiganya juga sudah dibuktikan menunjukkan peningkatan kemampuan bernapas pasien fibrosis paru. Termasuk kemampuan untuk berjalan lebih jauh bagi pasien PPOK.
Para ahli dari Loma Linda University di California merekomendasikan penyintas Covid-19 memulai latihan pernapasan segera setelah tidak lagi tergantung pada terapi oksigen atau tidak mengalami sesak napas.
Sementara peneliti dari Kanada juga menganjurkan hal yang serupa. Latihan pernapasan ini disarankan 1-3 kali sehari selama 10 menit masing-masing. Dr. James Hoyt, spesialis paru dari UCHealth Pulmonology Clinic mengatakan, bernapas dalam memiliki beberapa faedah. (Lihat videonya: Bom Pesawat Sukhoi TNI AU Jatuh ke Permukiman Warga di Takalar)
Diantaranya membuat pertukaran oksigen dan karbondioksida lebih optimal, memperlambat detak jantung, hingga mengurangi stres. “Bernapas dalam cara yang baik untuk mengusir stres dan relaksasi,” pungkasnya. (Sri Noviarni)
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(ysw)