Meluruskan Mitos Kedelai

Jum'at, 25 September 2020 - 13:15 WIB
loading...
Meluruskan Mitos Kedelai
Foto: dok/SINDOnews
A A A
KEDELAI memiliki segudang manfaat yang belum banyak diketahui. Sayangnya tidak sedikit informasi yang tidak tepat terkait bahan pangan yang satu ini.

Mental tempe, ya itulah ungkapan yang sering kita dengar merujuk pada sikap yang mudah menyerah. Tak heran jika tempe yang berasal dari kedelai, acap kali dianggap remeh. Padahal, kacang kedelai itu sendiri memiliki beragam manfaat. Namun alih-alih manfaat, masyarakat lebih banyak mengetahui tentang mitos-mitos yang beredar terkait bahan pangan ini. (Baca: Zulkifli Hasan Tunjuk Pasha Ungu Jadi Ketua DPP PAN)

Hal ini disayangkan oleh Dr. Rimbawan, dalam kesempatan Webinar bertema Menebar Kebaikan yang diadakan PT Amerta Indah Otsuka. Ia meluruskan beberapa mitos tentang kedelai, yang pertama anggapan kedelai bukan sumber protein yang baik. Dalam 100 gram kedelai yang direbus terdiri dari protein 16,6 gram; karbohidrat 9,9 gram; serat 6 gram, lemak 9 gram; dan energi 173 kkal.

“Yang unik dari kedelai adalah kelengkapan nutrisinya namun indeks glikemiknya (IG) rendah,” kata Dosen Gizi senior dari Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor tersebut. Makanan dengan IG rendah lebih lambat dalam meningkatkan gula darah dibanding makanan dengan IG tinggi. Sehingga membuat kenyang lebih lama.
Hal ini sekaligus menjadikan kedelai sumber protein terbaik yang berasal dari tanaman.

“Konsumsi kedelai juga berhubungan dengan penurunan kolesterol,” sebut Atli Arnarson BSc, PhD dikutip dari Healthline. Kedelai juga dapat menekan risiko kanker. Ini berdasarkan sebagian besar penelitian observasional yang menunjukkan konsumsi produk kedelai dapat turunkan risiko kanker payudara.

“Penelitian lain terkait senyawa kedelai (termasuk isoflavon dan lunasin) berpotensi memiliki efek pencegahan kanker,”sebut Arnarson. Mitos mengatakan kedelai dapat membuat pria berperilaku feminim.

Dijelaskan Dr. Rimbawan, senyawa isoflavon pada kedelai molekulnya memang seperti hormon estrogen tapi berbeda. “Kadang sifatnya malah bertolakbelakang dengan estrogen itu sendiri,” ujarnya. Anggapan bahwa kedelai dapaf berpengaruh buruk pada tingkat kesuburan dibantah oleh Dr. Rimbawan. Menurutnya penelitian membuktikan kedelai aman bagi pria yang ingin memiliki keturunan. (Baca juga: Penting Deteksi Dini dan Kenali Gejala Pikun)

Mitos lainnya adalah keyakinan kedelai berdampak tidak baik pada kesehatan tulang dan jantung. Nyatanya, kedelai justru menurunkan risiko penyakit jantung. Dan intervensi isoflavon secara signifikan terbukti meningkatkan kepadatan tulang belakang sekaligus menurunkan risiko osteoporosis pada wanita menopause.

Konsumsi kedelai disinyalir dapat mengganggu keseimbangan hormon dan menimbulkan jerawat. Faktanya justru sebaliknya, mengonsumsi kedelai secara rutin memiliki manfaat untuk kesehatan kulit. Kedelai kaya akan asam lemak omega 3 yang baik untuk kecantikan kulit. Kandungan omega 3 terbukti mampu melawan inflamasi, mencegah kulit kering, dan membuat kulit awet muda. Minuman kaya isoflavon dapat meningkatkan sintesa kolagen.

Pada kesempatan itu, Dr. Rimbawan pun mencoba meluruskan mitos yang menyebutkan kedelai memicu alergi. “Dibandingkan dengan alergi terhadap gandum, ikan, dan telur, alergi terhadap kedelai jumlahnya kurang dari 1%,” terang Dr. Rimbawan. Tetapi perlu diketahui, manfaat kedelai tersebut bisa didapat secara maksimal jika diproses dengan dikukus. Menggorengnya akan mengurangi 40-60% kandungan isoflavonnya. (Lihat videonya: Warga Wuhan Mulai Beraktivitas Normal Kembali)

Proses pemasakan dengan pengukusan menurunkan isoflavon tempe sebesar 13,3%. Ini merupakan penurunan terendah dibanding dengan proses pemasakan lainnya. Dari penelitian intervensi 160 gram tempe kukus yang diberikan setiap hari pada selama 4 minggu pada wanita menopause didapatkan beberapa kesimpulan.

Diantaranya konsumsi tempe dapat memperbaiki profil lipid, konsumsi tempat juga dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan primer, dapat mempertahankan LDL (kolesterol jahat) teroksidasi sehingga tidak mengalami peningkatan, konsumsi tempe pun dapat menurunkan malondialdehida sebesar 10,4%. Segala kebaikan kedelai ini menjadikan bahan pangan tersebut yang terbaik daripada semua pangan nabati. (Sri Noviarni)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1676 seconds (0.1#10.140)