Ruam Kulit Ditemukan pada Pasien COVID-19, Ini Gejala Baru?

Rabu, 06 Mei 2020 - 09:33 WIB
loading...
Ruam Kulit Ditemukan...
Sebuah studi menemukan bahwa delapan dari 18 pasien COVID-19 yang mengalami perubahan pada kulit, merasakannya pada awal gejala. Foto/Ilustrasi/Home.bt.com
A A A
JAKARTA - Ruam merah pada kulit disinyalir bisa menjadi tanda teridapnya COVID-19 pada seseorang.

Data dari Italia menunjukkan, sebanyak satu dari lima orang dengan COVID-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami ruam atau perubahan pada kulit. Dalam beberapa kasus, ruam berpotensi menjadi tanda infeksi pertama atau satu-satunya virus corona baru. Hanya, menurut National Health Service (NHS) Inggris, gejala utama COVID-19 adalah batuk dan suhu tinggi.

Meski demikian, diperkirakan delapan dari 10 orang yang terinfeksi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak menunjukkan gejala penyakit sama sekali. Seiring meningkatnya kasus, beberapa gejala tambahan telah dikaitkan dengan COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut diare, sakit tenggorokan, dan nyeri juga dapat mengindikasikan infeksi atas penyakit tersebut.

Di Inggris seorang spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan sebelumnya telah memperingatkan bahwa kehilangan kemampuan penciuman, dikenal dengan istilah anosmia, juga bisa menjadi gejala awal COVID-19. Dan, sekarang semakin banyak laporan pasien yang terinfeksi mengalami ruam. Para ahli pun tertarik untuk menentukan apakah COVID-19 adalah penyebabnya.

"Saya melihat beberapa pasien yang biasanya tidak menderita eksim atau alergi tiba-tiba, mengalami ruam aneh," kata Veronique Bataille, Dokter Kulit yang juga Konsultan di NHS seperti dilansir laman Daily Mail.

"Lalu, sekitar dua atau tiga hari kemudian, mereka tampak mengembangkan gejala khas COVID-19. Untuk beberapa pasien, kami percaya ruam mungkin satu-satunya gejala yang mereka dapatkan," lanjutnya.

Bataille mengimbau masyarakat untuk mewaspadai hal ini dan gejala lainnya.

Adapun sebuah studi terhadap 88 pasien COVID-19 di Rumah Sakit Lecco di Lombardy, salah satu daerah paling parah di Italia, menemukan bahwa 20% pasien mengalami perubahan pada kulit mereka. Tidak satu pun dari mereka minum obat yang bisa menyebabkan reaksi.

Studi ini juga menemukan bahwa delapan dari 18 pasien yang mengalami perubahan pada kulit, merasakannya pada awal gejala. Dokter mengatakan, chilblains atau bercak merah di jari kaki dan jari tangan biasanya disebabkan oleh suhu dingin. Kondisi tersebut rupanya terjadi pada beberapa pasien COVID-19.

"Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh dan itu terlihat. Jadi, jika Anda sangat tidak sehat dan paru-paru sakit, tak mengherankan bila kulit bereaksi dalam beberapa cara pada seperlima kasus ini," jelas Profesor Hywel Williams, Co-Direktur Pusat Dermatologi di Universitas Nottingham.

Faktanya, adalah umum untuk setiap virus, termasuk yang menyebabkan COVID-19, memicu ruam kulit. Tapi, ruam yang terdeteksi pada pasien COVID sangat bervariasi dalam hal penampilan. Para ilmuwan belum sepenuhnya memahami mengapa ruam ini terjadi. Hanya, diperkirakan itu bisa menjadi efek samping dari sistem kekebalan tubuh yang mencoba mengendalikan infeksi.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah kondisi kulit pasti terkait dengan COVID-19.

Di lain pihak, American Academy of Dermatology yang mewakili ribuan dokter kulit dilaporkan telah mengumpulkan data dari para dokter di seluruh dunia. Jika terbukti, perkara ruam ini akan menjadi temuan penting dalam mengendalikan penyakit karena para ahli percaya ruam dapat membantu mengidentifikasi orang yang mungkin terinfeksi dan harus dites virusnya.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1612 seconds (0.1#10.140)