Berpikir Positif Enyahkan Covid-19

Rabu, 07 Oktober 2020 - 14:15 WIB
loading...
Berpikir Positif Enyahkan Covid-19
Foto: dok/Reuters
A A A
JAKARTA - Berpikiran positif di masa sekarang amat dibutuhkan terutama bagi positif Covid-19 . Hal ini berguna untuk mendorong imunitas sehingga pasien bisa melewati masa sulitnya.

Sudah genap 12 hari Boy mendekam di RSPP Simprug. Awalnya ia mengeluh demam selama tiga hari berturut-turut, setelah memeriksakan diri ke dokter dan tes darah, Boy positif tipes. Ia pun diberi obat dan beristirahat di rumah selama tiga hari. (Baca: Menghormati dan Memuliakan Tetangga)

Namun sebelum kembali ke kantor, ia disarankan atasannya untuk melakukan tes swab. Ternyata hasilnya positif Covid-19. Disitulah pria paruh baya tersebut sempat merasa drop. Agar tidak menulari, anggota keluarganya pun diungsikan sementara ke kampung halaman di Indramayu. Sementara Boy sendiri menjalani serangkaian pemeriksaan.

“Di rumah sakit foto torax ternyata ada flek di paru, padahal tidak ada keluhan batuk pilek atau sesak napas,” ujar Boy saat dihubungi lewat ponselnya. Meski begitu ia tidak ingin pikiran negatif menguasainya, ia yakin keluhannya hanya ringan saja dan akan cepat sembuh jika mematuhi treatment yang diberikan.

Ia mengaku belasan obat setiap harinya harus ia minum. Obat tersebut ada yang memberikan efek samping seperti perut kembung misalnya. “Ada Avigan untuk menghambat replikasi virus, vitamin, dan obat lain untuk mendorong imunitas,” sebut Boy.

Terkadang muncul perasaan jenuh atau rindu dengan keluarga, namun ia menguatkan diri untuk cepat sembuh agar segera keluar rumah sakit. Berpikiran positif setiap hari mutlak dilakukan, beruntung walau jauh keluarga dan teman kantor memberi dukungan penuh baik lewat chat maupun kiriman makanan atau barang yang dibutuhkan sehingga ia tetap semangat. (Baca juga: UU Ciptaker Buat Dunia Pendidikan Semakin Komersil)

Ia juga bersyukur hasil tes swab keduanya negatif. Tetapi yang menjadi pemikirannya saat keluar nanti setelah ia kembali ke rumah dan menjalani isolasi mandiri ialah stigma negatif dari lingkungan sekitar. “Ada perasaan wah nanti kalau tetangga lihat saya mereka langsung menghindar, tapi saya sudah siapkan mental dan lapor ke RT nanti. Pokoknya positive thinking saja,” kata karyawan bank ini.

Boy memberi saran, bagi positif Covid-19 agar tidak putus asa dan patuhi anjuran dokter. Selain protokol kesehatan yang harus dipegang, ia menganjurkan untuk menjaga imunitas selalu agar tidak mudah tertular virus. Ya, berpikiran positif di masa pandemi sekarang amat diperlukan sehingga tidak berkembang menjadi stres.

Terkait stres, Dr. Junuda RAF, Sp.KJ menyampaikan pada dasarnya, pengelolaan stress tergantung dari nilai-nilai luhur dalam diri kita. "Sehingga menanggapi pandemi covid -19 ini, stres perlu diarahkan pada hal-hal yang positif sehingga kita bisa tetap produktif," ujar Psikiater RSUD Bahtermas Kendari / Ketua MKEK IDI Wilayah Sulawesi Tenggara ini. (Baca juga: Canggih, Kecerdasan Buatan Mampu Prediksi Bakal Penyakit)

Dr. Junuda mencontohkan pengalaman pasiennya yang bertambah stres sehingga mengalami gangguan jiwa berat. Sebaliknya, ada tetangganya seorang penjahit. Karena stres di tengah covid-19 ia justru mampu membuat APD dan masker. "Karena itu pendapatannya justru meningkat. Nah, itu respon yang kita harapkan, yang positif. Hal ini yang perlu kita lakukan" imbuhnya.

Dibenarkan Dinuriza Lauzi, M.Psi, pada situasi pandemik seperti sekarang, respon yang diberikan masyarakat tergantung kepada kepribadiannya. Seperti ada yang memberikan respon emosi bahkan memicu kegaduhan, ada pula yang menanggapi persoalan dengan tetap tenang.

Menurutnya, agar terhindar dari stres dan emosi, masyarakat perlu melakukan beberapa hal. Diantaranya memilah media sosial atau informasi yang dapat menghindarkan kita dari stress dan emosi. "Kontrol emosi juga amat perlu dimana kita akan menentukan sikap apakah kita akan berdamai keadaan, atau melawan keadaan," ucap psikolog itu. (Lihat videonya: Pasal Kontroversial UU Cipta Kerja Dianggap Merugikan Buruh)

Jika situasi dirasakan di luar kontrol, ia menyarankan mencoba beberapa langkah. Yakni mengidentifikasi perasaan yang kita alami, kembali kepada agama dengan pasrahkan semuanya pada Tuhan, dan melakukan self terapi atau terapi dengan mengikhklaskan segala sesuatunya. (Sri Noviarni)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1509 seconds (0.1#10.140)