Kadar Gula Darah Terlalu Tinggi Dapat Pengaruhi Suasana Hati Seseorang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekilas diabetes tipe 2 bisa jadi tidak berbahaya karena gejalanya belum tentu membuat Anda merasa tidak enak badan. Padahal, Anda bisa hidup dengan kondisi kronis tersebut selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya. Diabetes hanya cenderung muncul ketika kadar gula darah secara konsisten tinggi.
(Baca juga: Pengaruh Covid-19 pada Psikologi dan Kesehatan Jiwa di Masyarakat )
Memiliki suasana hati yang buruk dan lebih rentan terhadap kecemasan, kemarahan, dan kegugupan bisa jadi karena gula darah terlalu tinggi. Diabetes tipe 2 adalah suatu kondisi yang memengaruhi pankreas, namun hidup dengan diabetes juga dapat mempengaruhi mood dan kesehatan mental seseorang.
Perubahan suasana hati bisa menjadi hal yang biasa dengan diabetes tipe 2 karena kadar glukosa darah terlalu tinggi. Stres, depresi , dan kecemasan adalah semua perasaan yang mungkin muncul saat menderita diabetes tipe 2.
Seperti dilansir Daily Express, Rabu (14/10), mengelola kondisi seperti diabetes seringkali bisa membuat kewalahan. Jadi penting untuk tidak hanya mengelolanya dengan baik tetapi juga untuk memeriksa kesehatan emosional Anda sesekali.
Laman Healthline menyebutkan bahwa satu dari empat penderita diabetes mengalami depresi. "Wanita lebih rentan terhadap depresi dengan diabetes daripada pria. Anda mungkin berisiko mengembangkan kondisi kesehatan mental jika Anda menderita diabetes," ungkap laman tersebut.
"Kecemasan umum terjadi pada penderita diabetes dengan 30 hingga 40% penderita diabetes melaporkan mengalami kecemasan."
Sementara, gejala yang terkait dengan diabetes tipe 2 yang dapat memengaruhi suasana hati seseorang meliputi marah, sedih, lemah, haus, lelah, gugup dan lesu. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Perpustakaan Nasional AS, Institut Kesehatan Nasional, depresi dan diabetes diteliti lebih lanjut.
Studi tersebut menemukan bahwa diabetes dan depresi terjadi bersamaan kira-kira dua kali lebih sering daripada yang diperkirakan secara kebetulan. "Meskipun beban psikologis diabetes dapat menyebabkan depresi, penjelasan ini tidak sepenuhnya menjelaskan hubungan antara kedua kondisi ini," kata penelitian tersebut.
"Kedua kondisi dapat didorong oleh mekanisme biologis dan perilaku yang mendasari bersama, seperti aktivasi sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, peradangan, gangguan tidur, gaya hidup tidak aktif, kebiasaan makan yang buruk, dan faktor risiko lingkungan dan budaya," tambahnya.
Menurut Diabetes UK, depresi dan diabetes berbagi beberapa gejala. Di mana lelah, banyak tidur, dan mengalami kesulitan berkonsentrasi dapat terjadi ketika Anda memiliki kedua kondisi tersebut. Ini dapat membuat sulit untuk mengetahui apakah gejala Anda disebabkan oleh depresi atau diabetes, atau keduanya.
(Baca juga: Rentan Terkena Covid-19, Jaga dan Lindungi Lansia )
"Ini akan selalu menjadi hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi meminta bantuan dan membicarakan masalah Anda dengan seseorang bisa sangat membantu," ungkap situs tersebut.
(Baca juga: Pengaruh Covid-19 pada Psikologi dan Kesehatan Jiwa di Masyarakat )
Memiliki suasana hati yang buruk dan lebih rentan terhadap kecemasan, kemarahan, dan kegugupan bisa jadi karena gula darah terlalu tinggi. Diabetes tipe 2 adalah suatu kondisi yang memengaruhi pankreas, namun hidup dengan diabetes juga dapat mempengaruhi mood dan kesehatan mental seseorang.
Perubahan suasana hati bisa menjadi hal yang biasa dengan diabetes tipe 2 karena kadar glukosa darah terlalu tinggi. Stres, depresi , dan kecemasan adalah semua perasaan yang mungkin muncul saat menderita diabetes tipe 2.
Seperti dilansir Daily Express, Rabu (14/10), mengelola kondisi seperti diabetes seringkali bisa membuat kewalahan. Jadi penting untuk tidak hanya mengelolanya dengan baik tetapi juga untuk memeriksa kesehatan emosional Anda sesekali.
Laman Healthline menyebutkan bahwa satu dari empat penderita diabetes mengalami depresi. "Wanita lebih rentan terhadap depresi dengan diabetes daripada pria. Anda mungkin berisiko mengembangkan kondisi kesehatan mental jika Anda menderita diabetes," ungkap laman tersebut.
"Kecemasan umum terjadi pada penderita diabetes dengan 30 hingga 40% penderita diabetes melaporkan mengalami kecemasan."
Sementara, gejala yang terkait dengan diabetes tipe 2 yang dapat memengaruhi suasana hati seseorang meliputi marah, sedih, lemah, haus, lelah, gugup dan lesu. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Perpustakaan Nasional AS, Institut Kesehatan Nasional, depresi dan diabetes diteliti lebih lanjut.
Studi tersebut menemukan bahwa diabetes dan depresi terjadi bersamaan kira-kira dua kali lebih sering daripada yang diperkirakan secara kebetulan. "Meskipun beban psikologis diabetes dapat menyebabkan depresi, penjelasan ini tidak sepenuhnya menjelaskan hubungan antara kedua kondisi ini," kata penelitian tersebut.
"Kedua kondisi dapat didorong oleh mekanisme biologis dan perilaku yang mendasari bersama, seperti aktivasi sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, peradangan, gangguan tidur, gaya hidup tidak aktif, kebiasaan makan yang buruk, dan faktor risiko lingkungan dan budaya," tambahnya.
Menurut Diabetes UK, depresi dan diabetes berbagi beberapa gejala. Di mana lelah, banyak tidur, dan mengalami kesulitan berkonsentrasi dapat terjadi ketika Anda memiliki kedua kondisi tersebut. Ini dapat membuat sulit untuk mengetahui apakah gejala Anda disebabkan oleh depresi atau diabetes, atau keduanya.
(Baca juga: Rentan Terkena Covid-19, Jaga dan Lindungi Lansia )
"Ini akan selalu menjadi hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi meminta bantuan dan membicarakan masalah Anda dengan seseorang bisa sangat membantu," ungkap situs tersebut.
(nug)