Tonjolkan Rasa Manis Alami, Pisang Panik Makin Diminati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bisnis makanan belakangan ini menjadi salah satu sektor yang terus berkembang dan banyak diminati. Usaha-usaha yang bergerak di bidang kuliner pun banyak yang bermunculan, salah satunya adalah kedai camilan Pisang Panik.
(Baca juga: Iga Bakar Madu Bisa Jadi Menu Spesial saat Menikmati Libur Panjang )
Mulai hadir sejak dua tahun lalu, Pisang Panik (PP) awalnya hanya melayani pelanggan yang terbatas. Oleh karena, memperoleh sambutan yang sangat baik dari orang-orang terdekat, CEO Pisang Panik, Kevin Rahardja pun memberanikan diri untuk menjamah pelanggan yang lebih luas pada 2019.
Di awal-awal berdirinya, PP menggunakan sistem pemasaran yang masih sangat konvensional. Namun, sadar membutuhkan penetrasi pemasaran melalui dunia maya, Kevin pun memanfaatkan media sosial , serta penjualan lewat sejumlah aplikasi daring seperti Go-Food, Grab Food, hingga Tokopedia.
Dengan merambah ke dunia maya, penjualan PP mengalami peningkatan hingga 2-3 kali lipat. Di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, PP semakin gencar untuk melakukan penjualan secara daring. Apalagi adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat orang-orang memiliki banyak waktu berselancar di dunia maya ketika di rumah saja.
"Kami, selama pandemi mengalami peningkatan penjualan 7-8 kali lipat. Ditambah dampak pemasaran lewat medsos, 2-3 bulan belakangan ini berbagai daerah, sudah datang permintaan Pisang Panik, seperti Bandung, Malang, Surabaya , Jogja, Bali dan Makassar," tukas Kevin melalui keterangan tertulisnya, Selasa (27/10).
Pisang Panik sendiri merupakan camilan yang berbahan dasar pisang madu. "Keunikan Pisang Panik adalah gorengan sehat yang menggunakan bahan tepung berkualitas, memakai minyak sekali pakai, tidak pakai pengawet, tanpa pemanis gula atau madu tambahan. Manisnya itu langsung natural dari pisangnya," kata Kevin.
Menurut Kevin, rasa manis dari Pisang Panik keluar lantaran dilakukannya teknik menggoreng tersendiri, tanpa bantuan unsur telur dan butter atau mentega.
"Awalnya kami membuat Pisang Panik yang orisinal, lalu kita coba inovasi dengan ide-ide mengeluarkan pisang wijen. Kemudian, kami membuat pisang donat. Yang terakhir kami membuat Banana Tape Goreng (Batagor), yaitu pisang donat dengan tambahan toping tape di atasnya," ungkap Kevin.
Saat ini, outlet Pisang Panik, yang juga menyajikan minuman kopi, bisa dijumpai di kawasan Jalan Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dihadirkan dengan berbagai kemasan box, mulai dari isi 8, 24 hingga 50 piece per boxnya, Pisang Panik dibanderol di kisaran Rp60.000-300.000.
(Baca juga: Jangan Buang Sisa Makanan, Olah Saja Jadi Hidangan Nikmat Lainnya )
Sementara itu, Kevin juga menjelaskan bahwa nama Pisang Panik diambil dari sang founder, yakni Nicolas. "Karena kami sering memanggil founder Pak Nic, akhirnya timbul ide kami menggunakan nama merek Panik dalam merek pisang goreng ini," ucapnya.
(Baca juga: Iga Bakar Madu Bisa Jadi Menu Spesial saat Menikmati Libur Panjang )
Mulai hadir sejak dua tahun lalu, Pisang Panik (PP) awalnya hanya melayani pelanggan yang terbatas. Oleh karena, memperoleh sambutan yang sangat baik dari orang-orang terdekat, CEO Pisang Panik, Kevin Rahardja pun memberanikan diri untuk menjamah pelanggan yang lebih luas pada 2019.
Di awal-awal berdirinya, PP menggunakan sistem pemasaran yang masih sangat konvensional. Namun, sadar membutuhkan penetrasi pemasaran melalui dunia maya, Kevin pun memanfaatkan media sosial , serta penjualan lewat sejumlah aplikasi daring seperti Go-Food, Grab Food, hingga Tokopedia.
Dengan merambah ke dunia maya, penjualan PP mengalami peningkatan hingga 2-3 kali lipat. Di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, PP semakin gencar untuk melakukan penjualan secara daring. Apalagi adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat orang-orang memiliki banyak waktu berselancar di dunia maya ketika di rumah saja.
"Kami, selama pandemi mengalami peningkatan penjualan 7-8 kali lipat. Ditambah dampak pemasaran lewat medsos, 2-3 bulan belakangan ini berbagai daerah, sudah datang permintaan Pisang Panik, seperti Bandung, Malang, Surabaya , Jogja, Bali dan Makassar," tukas Kevin melalui keterangan tertulisnya, Selasa (27/10).
Pisang Panik sendiri merupakan camilan yang berbahan dasar pisang madu. "Keunikan Pisang Panik adalah gorengan sehat yang menggunakan bahan tepung berkualitas, memakai minyak sekali pakai, tidak pakai pengawet, tanpa pemanis gula atau madu tambahan. Manisnya itu langsung natural dari pisangnya," kata Kevin.
Menurut Kevin, rasa manis dari Pisang Panik keluar lantaran dilakukannya teknik menggoreng tersendiri, tanpa bantuan unsur telur dan butter atau mentega.
"Awalnya kami membuat Pisang Panik yang orisinal, lalu kita coba inovasi dengan ide-ide mengeluarkan pisang wijen. Kemudian, kami membuat pisang donat. Yang terakhir kami membuat Banana Tape Goreng (Batagor), yaitu pisang donat dengan tambahan toping tape di atasnya," ungkap Kevin.
Saat ini, outlet Pisang Panik, yang juga menyajikan minuman kopi, bisa dijumpai di kawasan Jalan Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dihadirkan dengan berbagai kemasan box, mulai dari isi 8, 24 hingga 50 piece per boxnya, Pisang Panik dibanderol di kisaran Rp60.000-300.000.
(Baca juga: Jangan Buang Sisa Makanan, Olah Saja Jadi Hidangan Nikmat Lainnya )
Sementara itu, Kevin juga menjelaskan bahwa nama Pisang Panik diambil dari sang founder, yakni Nicolas. "Karena kami sering memanggil founder Pak Nic, akhirnya timbul ide kami menggunakan nama merek Panik dalam merek pisang goreng ini," ucapnya.
(nug)