Pariatmojo, Penyandang Netra yang Berbagi Kebahagiaan Lewat Lukisan
loading...
A
A
A
Segala sesuatu akan ada apabila ada keberanian dalam memulai atau menemukan sebuah cara penciptaan. Tentu hal ini tidak mudah. Memiliki proses yang cukup lama, banyak kendala dari luar diri dan dari dalam diri. Menentukan apa yang akan dilakukan dan dikerjakan, butuh pengendapan serta ketenangan, sehingga membentuk keyakinan dan percaya diri.
Perlahan, Pariatmojo mulai dapat menyesuaikan keadaan. Pada 2013 mencoba melukis namun sempat berhenti. Baru awal 2017, ia menyadari harus ada sesuatu yang bermanfaat dikerjakannya. Setiap hari ia mulai belajar membuat sketsa di kertas, belajar menulis, mempelajari titik kordinat, memetakan bidang, mengingat warna, belajar lagi bagaimana mencampur warna, cara menggoreskan kuas dan menyebar warna.
Proses awal mula berkarya, mempersiapkan cat, kuas, pensil, kertas dan kanvas dibantu oleh Wawan, teman dekatnya alumni seni rupa ISI Yogyakarta. Wawan juga yang membimbing proses awal Pariatmojo belajar sketsa dan melukis di kertas, dari 2017 hingga 2020. Pada pertengahan 2020, Pariatmojo memulai kembali kiprahnya melukis di kanvas.
Pada praktik melukis, ia menandai dan mengingat warna apa saja yang sudah digoreskan, posisinya serta bentuknya. Menghindari kekeliruan, Pariatmojo memberi tanda pada setiap botol warnanya, mencampur dan mengaduk warna sendiri dengan perkiraan rasa. Berdasar pada pengalaman dan pengetahuan semasa mengikuti kuliah. Mungkin setiap warna yang dicampur tidak sesuai dengan kadar harmoni, namun memenuhi kadar cita rasanya. (Lihat videonya: Pemda DKI Jakarta Berencana Perpanjang PSBB Transisi)
Melukis membuatnya terhibur dan bahagia. Ingatan pengalaman terburuk dikurasnya, dipertontonkannya pada kanvas untuk semua orang. Beban kenangan masa silam kian ringan. Mengurai permasalahan ini pekerjaan yang menuntut kesabaran, ketekunan, telaten dan bimbingan. Selain membutuhkan dukungan moral juga material dari saudara dan kerabatnya.
Di balik peristiwa yang cukup heroik ini, sebuah metode melukis bagi seorang tuna netra sedikit banyak terungkap. Semoga Pariatmojo dapat terus berbagi, memberikan pendidikan atau pelajaran teknik melukis bagi tuna netra. Kini, ia tengah mempersiapkan untuk berpameran tunggal pada Mei 2021 mendatang, di Tirto Kelapa Art Speace, Dusun Glondong, Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Yogyakarta, 5 November 2020
Perlahan, Pariatmojo mulai dapat menyesuaikan keadaan. Pada 2013 mencoba melukis namun sempat berhenti. Baru awal 2017, ia menyadari harus ada sesuatu yang bermanfaat dikerjakannya. Setiap hari ia mulai belajar membuat sketsa di kertas, belajar menulis, mempelajari titik kordinat, memetakan bidang, mengingat warna, belajar lagi bagaimana mencampur warna, cara menggoreskan kuas dan menyebar warna.
Proses awal mula berkarya, mempersiapkan cat, kuas, pensil, kertas dan kanvas dibantu oleh Wawan, teman dekatnya alumni seni rupa ISI Yogyakarta. Wawan juga yang membimbing proses awal Pariatmojo belajar sketsa dan melukis di kertas, dari 2017 hingga 2020. Pada pertengahan 2020, Pariatmojo memulai kembali kiprahnya melukis di kanvas.
Pada praktik melukis, ia menandai dan mengingat warna apa saja yang sudah digoreskan, posisinya serta bentuknya. Menghindari kekeliruan, Pariatmojo memberi tanda pada setiap botol warnanya, mencampur dan mengaduk warna sendiri dengan perkiraan rasa. Berdasar pada pengalaman dan pengetahuan semasa mengikuti kuliah. Mungkin setiap warna yang dicampur tidak sesuai dengan kadar harmoni, namun memenuhi kadar cita rasanya. (Lihat videonya: Pemda DKI Jakarta Berencana Perpanjang PSBB Transisi)
Melukis membuatnya terhibur dan bahagia. Ingatan pengalaman terburuk dikurasnya, dipertontonkannya pada kanvas untuk semua orang. Beban kenangan masa silam kian ringan. Mengurai permasalahan ini pekerjaan yang menuntut kesabaran, ketekunan, telaten dan bimbingan. Selain membutuhkan dukungan moral juga material dari saudara dan kerabatnya.
Di balik peristiwa yang cukup heroik ini, sebuah metode melukis bagi seorang tuna netra sedikit banyak terungkap. Semoga Pariatmojo dapat terus berbagi, memberikan pendidikan atau pelajaran teknik melukis bagi tuna netra. Kini, ia tengah mempersiapkan untuk berpameran tunggal pada Mei 2021 mendatang, di Tirto Kelapa Art Speace, Dusun Glondong, Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Yogyakarta, 5 November 2020
(ysw)