Kompetensi Hubungan Bantu Ciptakan Hubungan Keluarga yang Lebih Harmonis

Minggu, 08 November 2020 - 04:45 WIB
loading...
“Kompetensi Hubungan” Bantu Ciptakan Hubungan Keluarga yang Lebih Harmonis
Sampoerna Academy bersama Tiga Generasi menggelar forum diskusi virtual Light Friday Talk (LiFT) Webinar bertema Love in The Time of Corona, Jumat (6/11). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Pandemi COVID-19 telah memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk dalam rutinitas kehidupan sehari-hari. Berada di rumah dalam masa isolasi menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi para orangtua karena ruang lingkup kegiatan menjadi jauh lebih kecil.

Untuk itu, Sampoerna Academy bersama Tiga Generasi sebagai rumah konsultasi psikologi keluarga menggelar forum diskusi virtual "Light Friday Talk (LiFT) Webinar" yang mengusung tema “Love in The Time of Corona” sebagai bentuk dukungan terhadap pemberdayaan pasangan bagi keluarga sehat di tengah situasi pandemi saat ini.

( )

Menurut data SurveyMETER pada Juli 2020, tingkat kecemasan dan depresi penduduk Indonesia pada masa pandemi cukup tinggi, yaitu 55% dari 3.533 responden mengalami kecemasan, dan 58% di antaranya mengalami depresi. Hal-hal eksternal seperti perubahan kondisi perekonomian, pendidikan, ataupun sosial menjadi penyebab munculnya stresor internal rumah tangga yang dapat mengganggu efektivitas komunikasi pasangan dalam hubungan pernikahan.

Hal ini juga dibuktikan oleh hasil riset Komnas Perempuan Indonesia di tahun 2020 yang menunjukkan masih ada 10,3% pasangan dari 2.285 responden yang mengalami ketegangan dalam pernikahan selama pandemi, dengan tingkat kerentanan pasangan menikah lebih tinggi sebesar 12% dibandingkan pasangan belum menikah, yaitu 2,5% 3.

Saskhya Aulia Prima, M.Psi, Psikolog sekaligus Co-Founder Tiga Generasi, menjelaskan bahwa permasalahan hubungan pasangan selama pandemi cenderung terbagi dalam zona normal dan zona merah.

“Dalam menghadapi situasi saat ini, pasangan masih berada dalam zona normal jika mulai mengalami kewalahan, merasa cemas akan masa depan, merindukan masa lalu, dan menganggap pasangan tidak membantu mengurus anak," kata Saskhya dalam webinar tersebut.

Selanjutnya, imbuh Saskhya, pasangan dianggap berada di zona merah jika sudah muncul perasaan kesepian, keinginan untuk berpisah, bahkan terjadi tindakan kekerasan.

"Jika dilihat dari pola argumentasi, titik permasalahan biasanya terjadi hanya dalam waktu tiga menit, dan sistem signal pertahanan diri dalam otak kitalah yang menimbulkan rasa penolakan dan memperpanjang masalah tersebut,” jelasnya.

Meskipun demikian, berdasarkan riset kolaborasi Universitas Stony Brook, Towson, dan Northwestern pada 2017, kondisi tersebut dapat dihadapi dengan “Romantic Competence” atau “Kompetensi Hubungan”.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4283 seconds (0.1#10.140)