Hobi Baru Berkebun, Yuk Buat Greenhouse di Rumah!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saat pandemi masyarakat punya hobi baru di rumah, salah satunya berkebun. Bahkan, mereka yang serius dengan hobi berkebun membangun greenhouse di rumah mereka.
Greenhouse umumnya diketahui masyarakat sebagai rumah kaca, yang di dalamnya terdapat tumbuhan. Jenis tumbuhan yang ditanam juga beragam mulai dari sayur, bunga, hingga buah. Dengan adanya greenhouse ini, Anda dapat menanam tumbuhan kapan pun karena dalam greenhouse, suhu dan kelembapan dapat diatur menyesuaikan dengan jenis tumbuhan yang ditanam. (Baca: Subhahanallah! Shalat Tepat Waktu Berpengaruh Terhadap Kesuksesan)
Victor Andreas, Chief Design Officer Narasi Design & Furnishings menjelaskan, greenhouse disebut rumah kaca karena rata-rata atap dan temboknya tembus pandang. “Tidak harus kaca, tapi bisa juga pakai plastik atau polikarbonat.
Umumnya di dalam cukup panas dan gerah, karena suhu greenhouse diatur sesuai tanaman yang ditanam. Biasanya ada kipas atau exchaust (fan) yang membantu pergerakan udara agar suhu di dalam greenhouse tetap terjaga," ungkapnya.
Greenhouse sendiri sudah dikembangkan sejak abad ke-16 di Eropa. Fasilitas ini semakin disorot karena ada istilah greenhouse atau rumah kaca yang menjadi isu global warming.
Di Indonesia sendiri keberadaan greenhouse ini sudah cukup lama, namun dalam skala besar digunakan untuk penelitian atau bisnis. Sementara dalam skala kecil terlihat sejak adanya pandemi dan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pemilik rumah yang ingin serius menggeluti hobi berkebun, maka mereka membuat lahan kosong di rumahnya untuk dijadikan greenhouse. (Baca juga: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Sehat Selama Pandemi)
Area tersebut biasanya sering dibuat di rooftop, namun sebenarnya bisa juga ditempatkan di pekarangan rumah atau di manapun lahan kosong tersedia. Victor menegaskan, tidak semua harus greenhouse sungguhan karena tren yang beredar adalah sistem cocok tanam dengan aeroponik ataupun hidroponik dengan atau tanpa sistem rumah kaca di ruangan terbatas di dalam rumah.
Yang jelas, masyarakat memang digiring untuk mulai menanam tanaman sayur di pekarangan rumah sendiri. Setiap pelaku usaha juga menjual dengan sistem paket yang berbeda-beda.
Jika ingin membangun di greenhouse di rumah, tentu harus mencari area yang terkena sinar matahari langsung dan terdapat sumber air dan listrik jika dibutuhkan pompa. "Tidak ada minimal luas lahan untuk greenhouse di rumah, selama modul atau paket greenhouse dapat dimasukkan di dalam ruang tersebut," ujarnya. (Baca juga: Tata Cara Jadi Pemilih di Saat Pandemi)
Victor mencontohkan, jika Anda punya ruang di area jemur, dengan luasan 1 x 0,5 meter, bisa mulai menanam tanaman dengan sistem hidroponik. Untuk tanaman hias juga bisa tentunya dengan pot yang lebih kecil atau polybag.
Dalam membangun greenhouse sederhana di rumah, yakni penutup atau bangunan yang akan menutup tumbuhan, itu dapat berupa atap dan dinding kaca berangka atau plastic UV dengan rangka baja ringan. Namun dermikian, tentu saja bahan baja ringan lebih memudahkan saat pemasangan, perawatan, hingga pembongkaran, bahkan mudah untuk dibangun lagi. Agar lebih estetik, baja ringan dapat dicat berwarna hitam agar ketika terbangun kerangkanya lebih terlihat layaknya bangunan.
"Baja ringan sebagai material utama menggunakan konsep modular dengan konektor ulang kuat dan tahan lama," tambahnya.
Setelah itu, tentukan sistem penanaman dapat dengan konvensial, yakni berupa media tanah, dengan hidroponik, bahkan aeroponik yang sekaligus memelihara ikan. (Lihat videonya: Waspada Angka Kejahatan Selama Pandemi Naik)
Greenhouse juga dapat menjadi salah satu pemanis di rumah atau menjadikan greenhouse mini layaknya etalase untuk menyimpan koleksi tanaman hias. Memang ini bukan greenhouse sesungguhnya, namun untuk rangka dapat menggunakan aluminium atau kayu layaknya lemari. Penempatan greenhouse mini ini dapat di teras rumah atau di ruang keluarga asalkan dipilih tanaman indoor. (Ananda Nararya)
Greenhouse umumnya diketahui masyarakat sebagai rumah kaca, yang di dalamnya terdapat tumbuhan. Jenis tumbuhan yang ditanam juga beragam mulai dari sayur, bunga, hingga buah. Dengan adanya greenhouse ini, Anda dapat menanam tumbuhan kapan pun karena dalam greenhouse, suhu dan kelembapan dapat diatur menyesuaikan dengan jenis tumbuhan yang ditanam. (Baca: Subhahanallah! Shalat Tepat Waktu Berpengaruh Terhadap Kesuksesan)
Victor Andreas, Chief Design Officer Narasi Design & Furnishings menjelaskan, greenhouse disebut rumah kaca karena rata-rata atap dan temboknya tembus pandang. “Tidak harus kaca, tapi bisa juga pakai plastik atau polikarbonat.
Umumnya di dalam cukup panas dan gerah, karena suhu greenhouse diatur sesuai tanaman yang ditanam. Biasanya ada kipas atau exchaust (fan) yang membantu pergerakan udara agar suhu di dalam greenhouse tetap terjaga," ungkapnya.
Greenhouse sendiri sudah dikembangkan sejak abad ke-16 di Eropa. Fasilitas ini semakin disorot karena ada istilah greenhouse atau rumah kaca yang menjadi isu global warming.
Di Indonesia sendiri keberadaan greenhouse ini sudah cukup lama, namun dalam skala besar digunakan untuk penelitian atau bisnis. Sementara dalam skala kecil terlihat sejak adanya pandemi dan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pemilik rumah yang ingin serius menggeluti hobi berkebun, maka mereka membuat lahan kosong di rumahnya untuk dijadikan greenhouse. (Baca juga: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Sehat Selama Pandemi)
Area tersebut biasanya sering dibuat di rooftop, namun sebenarnya bisa juga ditempatkan di pekarangan rumah atau di manapun lahan kosong tersedia. Victor menegaskan, tidak semua harus greenhouse sungguhan karena tren yang beredar adalah sistem cocok tanam dengan aeroponik ataupun hidroponik dengan atau tanpa sistem rumah kaca di ruangan terbatas di dalam rumah.
Yang jelas, masyarakat memang digiring untuk mulai menanam tanaman sayur di pekarangan rumah sendiri. Setiap pelaku usaha juga menjual dengan sistem paket yang berbeda-beda.
Jika ingin membangun di greenhouse di rumah, tentu harus mencari area yang terkena sinar matahari langsung dan terdapat sumber air dan listrik jika dibutuhkan pompa. "Tidak ada minimal luas lahan untuk greenhouse di rumah, selama modul atau paket greenhouse dapat dimasukkan di dalam ruang tersebut," ujarnya. (Baca juga: Tata Cara Jadi Pemilih di Saat Pandemi)
Victor mencontohkan, jika Anda punya ruang di area jemur, dengan luasan 1 x 0,5 meter, bisa mulai menanam tanaman dengan sistem hidroponik. Untuk tanaman hias juga bisa tentunya dengan pot yang lebih kecil atau polybag.
Dalam membangun greenhouse sederhana di rumah, yakni penutup atau bangunan yang akan menutup tumbuhan, itu dapat berupa atap dan dinding kaca berangka atau plastic UV dengan rangka baja ringan. Namun dermikian, tentu saja bahan baja ringan lebih memudahkan saat pemasangan, perawatan, hingga pembongkaran, bahkan mudah untuk dibangun lagi. Agar lebih estetik, baja ringan dapat dicat berwarna hitam agar ketika terbangun kerangkanya lebih terlihat layaknya bangunan.
"Baja ringan sebagai material utama menggunakan konsep modular dengan konektor ulang kuat dan tahan lama," tambahnya.
Setelah itu, tentukan sistem penanaman dapat dengan konvensial, yakni berupa media tanah, dengan hidroponik, bahkan aeroponik yang sekaligus memelihara ikan. (Lihat videonya: Waspada Angka Kejahatan Selama Pandemi Naik)
Greenhouse juga dapat menjadi salah satu pemanis di rumah atau menjadikan greenhouse mini layaknya etalase untuk menyimpan koleksi tanaman hias. Memang ini bukan greenhouse sesungguhnya, namun untuk rangka dapat menggunakan aluminium atau kayu layaknya lemari. Penempatan greenhouse mini ini dapat di teras rumah atau di ruang keluarga asalkan dipilih tanaman indoor. (Ananda Nararya)
(ysw)