Hari AIDS Sedunia: Memutus Mata Rantai HIV di Masa Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Data perkembangan HIV-AIDS di Indonesia 2020 menyebutkan bahwa terdapat penemuan kasus HIV baru dfi Indonesia sebanyak 21.220 orang dan 70% dari kasus HIV baru tersebut menginfeksi masyarakat usia subur berumur 25-49 tahun.
Sementara, di tengah pandemi COVID-19 yang masih meresahkan dunia, orang dengan HIV-AIDS (ODHA) mengalami kesulitan mengakses obat-obatan antiretroviral (ARV). (Baca juga: Pandemi, Edukasi HIV/AIDS di Papua Perlu Lebih Ditingkatkan )
Berdasarkan artikel ilmiah yang dirilis dalam Asia Pacific Journal of Public Health, sebelum pembatasan aturan perjalanan dalam negeri diberlakukan oleh pemerintah Indonesia, banyak ODHA yang kehilangan pekerjaan, terpaksa kembali ke daerah asal tempat tinggal masing-masing, dan terhenti terapi ARV-nya.
Selain itu, lockdown yang diberlakukan di India telah menghentikan suplai ARV yang masuk ke Indonesia, sesuatu yang sangat mengkhawatirkan, sebab Kementrian Kesehatan Indonesia mendapatkan sebagian besar stok ARV yang dibutuhkan penduduk Indonesia dari India. Jika kelangkaan ARV tidak segera ditangani, sekitar 10.000 ODHA terancam harus menghentikan terapi ARV mereka.
Tanpa ARV, ODHA menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan gangguan penyakit, termasuk COVID-19. Untuk mencegah penyebaran HIV di Indonesia, dibutuhkan kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat demi mengakhiri epidemi ini pada tahun 2030 serta terwujudnya “Three Zeroes”. DKT Indonesia sebagai organisasi pencegahan HIV-AIDS dan Keluarga Berencana terus melakukan edukasi terhadap masyarakat terkait dengan pentingnya kesehatan seksual reproduksi. (Baca juga: Ada Pendekatan Spiritual, Angka HIV/Aids Tulungagung Jadi 189 Kasus )
Menyambut Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember, DKT Indonesia mempersembahkan berbagai macam rangkaian aktivitas untuk mengedukasi masyarakat dengan mengusung tema utama #SayaBeraniMencegah. Adapun kegiatan ini terdiri dari tujuh webinar yang menargetkan 3.500 dan kompetisi video TikTok #SayaBeraniMencegah yang menargetkan anak muda di Indonesia.
"Tahun ini, kami berfokus kepada dua hal yaitu edukasi secara digital melalui serangkaian webinar untuk menjangkau populasi kunci dan juga peningkatan kesadaran via aktivitas di social media. Mengingat realitanya, bertahan dengan HIV di masa pandemi sama sekali tidak mudah. Berbagai upaya pencegahan harus tetap dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan kita harus senantiasa memberi semangat dan dukungan bagi mereka yang hidup dengan HIV-AIDS," kata Juan Enrique Garcia selaku President Director DKT Indonesia.
Sementara itu, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG selaku spesialis kandungan dari RS. Brawijaya Antasari menyebutkan bahwa ibu dengan HIV harus tetap berkontrasepsi untuk merencanakan kehamilan dan atau mencegah kehamilan tidak direncanakan khususnya di masa pandemi ini. Sebelum menentukan pilihan metode kontrasepsi, ibu dengan HIV harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk melihat status pengobatan ARV-nya.
"Penggunaan KB hormonal seperti pil KB, KB suntik, dan implan bisa digunakan apabila ibu dengan HIV masih dalam terapi ARV 2. Sedangkan untuk penggunaan IUD non-hormonal dapat digunakan apabila tidak sedang dalam terapi ARV 3 pada saat pemasangannya. Kondom wajib digunakan pada setiap kali berhubungan seksual," jelas dr. Dinda. (Baca juga: Melalui Life Goes On, BTS Catat Sejarah Baru di Billboard Hot 100 )
Lebih lanjut, dr. Dinda menambahkan bahwa cara yang dapat diterapkan untuk mencegah penularan HIV adalah dengan abstinence atau tidak berhubungan intim sama sekali, bersikap setia dengan satu pasangan, dan selalu menggunakan kondom bagi pasangan yang aktif secara seksual.
Sementara, di tengah pandemi COVID-19 yang masih meresahkan dunia, orang dengan HIV-AIDS (ODHA) mengalami kesulitan mengakses obat-obatan antiretroviral (ARV). (Baca juga: Pandemi, Edukasi HIV/AIDS di Papua Perlu Lebih Ditingkatkan )
Berdasarkan artikel ilmiah yang dirilis dalam Asia Pacific Journal of Public Health, sebelum pembatasan aturan perjalanan dalam negeri diberlakukan oleh pemerintah Indonesia, banyak ODHA yang kehilangan pekerjaan, terpaksa kembali ke daerah asal tempat tinggal masing-masing, dan terhenti terapi ARV-nya.
Selain itu, lockdown yang diberlakukan di India telah menghentikan suplai ARV yang masuk ke Indonesia, sesuatu yang sangat mengkhawatirkan, sebab Kementrian Kesehatan Indonesia mendapatkan sebagian besar stok ARV yang dibutuhkan penduduk Indonesia dari India. Jika kelangkaan ARV tidak segera ditangani, sekitar 10.000 ODHA terancam harus menghentikan terapi ARV mereka.
Tanpa ARV, ODHA menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan gangguan penyakit, termasuk COVID-19. Untuk mencegah penyebaran HIV di Indonesia, dibutuhkan kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat demi mengakhiri epidemi ini pada tahun 2030 serta terwujudnya “Three Zeroes”. DKT Indonesia sebagai organisasi pencegahan HIV-AIDS dan Keluarga Berencana terus melakukan edukasi terhadap masyarakat terkait dengan pentingnya kesehatan seksual reproduksi. (Baca juga: Ada Pendekatan Spiritual, Angka HIV/Aids Tulungagung Jadi 189 Kasus )
Menyambut Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember, DKT Indonesia mempersembahkan berbagai macam rangkaian aktivitas untuk mengedukasi masyarakat dengan mengusung tema utama #SayaBeraniMencegah. Adapun kegiatan ini terdiri dari tujuh webinar yang menargetkan 3.500 dan kompetisi video TikTok #SayaBeraniMencegah yang menargetkan anak muda di Indonesia.
"Tahun ini, kami berfokus kepada dua hal yaitu edukasi secara digital melalui serangkaian webinar untuk menjangkau populasi kunci dan juga peningkatan kesadaran via aktivitas di social media. Mengingat realitanya, bertahan dengan HIV di masa pandemi sama sekali tidak mudah. Berbagai upaya pencegahan harus tetap dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan kita harus senantiasa memberi semangat dan dukungan bagi mereka yang hidup dengan HIV-AIDS," kata Juan Enrique Garcia selaku President Director DKT Indonesia.
Sementara itu, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG selaku spesialis kandungan dari RS. Brawijaya Antasari menyebutkan bahwa ibu dengan HIV harus tetap berkontrasepsi untuk merencanakan kehamilan dan atau mencegah kehamilan tidak direncanakan khususnya di masa pandemi ini. Sebelum menentukan pilihan metode kontrasepsi, ibu dengan HIV harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk melihat status pengobatan ARV-nya.
"Penggunaan KB hormonal seperti pil KB, KB suntik, dan implan bisa digunakan apabila ibu dengan HIV masih dalam terapi ARV 2. Sedangkan untuk penggunaan IUD non-hormonal dapat digunakan apabila tidak sedang dalam terapi ARV 3 pada saat pemasangannya. Kondom wajib digunakan pada setiap kali berhubungan seksual," jelas dr. Dinda. (Baca juga: Melalui Life Goes On, BTS Catat Sejarah Baru di Billboard Hot 100 )
Lebih lanjut, dr. Dinda menambahkan bahwa cara yang dapat diterapkan untuk mencegah penularan HIV adalah dengan abstinence atau tidak berhubungan intim sama sekali, bersikap setia dengan satu pasangan, dan selalu menggunakan kondom bagi pasangan yang aktif secara seksual.
(tdy)