Melirik Taman Budaya Yogyakarta yang Jadi Jendela Wisata Kota Gudeg
loading...
A
A
A
JAKARTA - Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kerap menghadirkan beragam kegiatan seni dan budaya. Keberadaannya tidak saja menjadi lokasi menemukan dan mengenali atraksi seni dan budaya, juga melengkapi amenitas wisata MICE (meeting, incentive, convention, dan exhibition) di Yogyakarta.
TBY yang dibangun pada 1977 ini awalnya dibuat sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan Yogyakarta. Kini, TBY memperkaya visi dan misinya sebagai kantung kebudayaan dan menjadi salah satu laboratorium seni di Indonesia. (Baca juga: Kemenparekraf Terapkan CHSE di Bali, Bisa Bikin Wisatawan Tenang )
Itu karena TBY telah melakukan pengumpulan data dan dokumentasi seni budaya, naskah cerita atau lakon, rekaman profil seniman atau budayawan, rekaman peristiwa seni budaya, serta berbagai koleksi karya seni rupa (lukis, grafis, patung, kriya seni, dan kerajinan).
Secara khusus TBY juga kini mengenalkan dunia seni rupa (biennale seni rupa), dunia media rekam (pemutaran film sepanjang tahun), dunia seni pertunjukan (festival teater, ketoprak, dalang, tari, dan lainnya), program-program pendidikan (bimbingan dan pelatihan seni untuk anak dan remaja), serta penerbitan profil seniman budayawan, antologi sastra, kritik seni rupa, dan lainnya.
Taman Budaya Yogyakarta seolah jendela bagi wisatawan untuk melihat keseluruhan budaya Yogyakarta. Di sini, Anda dapat melihat dokumentasi, hasil karya seni, pertunjukan seni, dan banyak hal lainnya terkait perkembangan budaya Yogyakarta. Taman budaya-nya buka setiap hari, sementara untuk pertunjukan khusus waktunya menyesuaikan jadwal.
Bangunannya bergaya arsitektur Belanda dengan pilar-pilar yang membuatnya tampak megah. Tersedia ruang pemaren yang dapat dimanfaatkan untuk memamerkan karya seni. Ada juga perpustakaan yang dapat diakses secara umum.
Ada dua bangunan utama di TBY, yaitu Concert Hall Taman Budaya dan Societet Militair. Gedung Concert Hall yang bergaya Belanda difungsikan sebagai tempat diskusi sastra, penyelenggaraan pameran, dan pelatihan. Sementara gedung Societet Militair khusus untuk keperluan pementasan teater, tari, musik, dan pertunjukan seni lainnya.
Panggung terbuka tersedia di halamannya luas dimana sering menjadi tempat menggelar pertunjukan atau pameran. panggung terbuka memiliki kapasitas tampung yang besar. Di sini terdapat panggung dengan tata lampu yang memadai. Taman TBY tersedia di beberapa tempat baik di dalam maupun luar gedungnya. Tempat itulah yang sering digunakan sebagai lokasi pagelaran budaya dan pameran. Tersedia fasilitas concert hall, gedung kesenian, amphiteater, dan ruang seminar. Di bagian luar gedung ada panggung terbuka dimana biasa digunakan untuk acara musik.
Concert Hall tersedia di di lantai dua dengan fasilitas ruang rias, ruang tunggu pemain, lobi, ruang stem alat musik. Selain itu ada juga ruang VIP, tata lampu, tata suara, dan AC sentral. Luas concert hall ini memiliki luas panggung 18,80 meter x 14,80 meter dengan kapasitas penonton 900 orang. (Baca juga: Jalan Kaki dan Naik Tangga Tiap Hari Tingkatkan Kesehatan Mental )
Societet Militair melengkapi concert hall dengan kapasitas lebih kecil. Luas panggungnya 10 x 8 meter berkapasitas 300 orang. Ruangan ini dilengkapi pula dengan ruang rias, level, lobi, AC sentral, tata lampu, dan tata suara yang memadai.
Amphiteater berada di ruangan terbuka dengan luas panggung 10 x 10 meter dengan kapasitas penonton sebanyak 200 orang. Ruangan ini dibuat menggunakan batu semen, dengan tempat duduk yang langsung dari semen tanpa alas.
Ruang pameran, kerap kali digunakan sebagai ruang pameran seni lukis atau kesenian lainnya. Terkadang, sang seniman juga berada di lokasi sehingga pengunjung dapat bertanya mengenai karya seninya. Lokasinya berada di lantai satu, dengan luas 35 x 28 meter dilengkap panel, spotlights, dan AC sentral, serta daya listrik 10.000 watt.
Ruang seminar, dapat dimanfaatkan untuk menggelar diskusi atau pertemuan. Ruang seminar ini termasuk dalam bagian bangunan concert hall dan ruang pameran seni rupa. Terkadang diadakan pemutaran film, workshop, atau pembacaan puisi. Ruangannya memiliki luas 18 x 16 meter. Dilengkapi 60 kursi, 2 meja pembicara dan moderator, 6 speaker, dan AC.
Untuk mengunjungi tempat ini, Taman Budaya Yogyakarta berada di kawasan Yogyakarta Kilometer Nol, tepatnya di Jalan Sriwedani di Kawasan Malioboro dan Keraton. Lokasinya juga tidak jauh dari Pasar Beringharjo, tepatnya di belakang kompleks Benteng Vredeburg. (Baca juga: Pamer Cincin dari Vicky Prasetyo, Kalina Oktarani: Aku Bilang “I Do” )
Sangat mudah bagi pelancong untuk berkunjung. Bisa dengan menggunakan kendaraan umum, seperti Trans Yogyakarta.
TBY yang dibangun pada 1977 ini awalnya dibuat sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan Yogyakarta. Kini, TBY memperkaya visi dan misinya sebagai kantung kebudayaan dan menjadi salah satu laboratorium seni di Indonesia. (Baca juga: Kemenparekraf Terapkan CHSE di Bali, Bisa Bikin Wisatawan Tenang )
Itu karena TBY telah melakukan pengumpulan data dan dokumentasi seni budaya, naskah cerita atau lakon, rekaman profil seniman atau budayawan, rekaman peristiwa seni budaya, serta berbagai koleksi karya seni rupa (lukis, grafis, patung, kriya seni, dan kerajinan).
Secara khusus TBY juga kini mengenalkan dunia seni rupa (biennale seni rupa), dunia media rekam (pemutaran film sepanjang tahun), dunia seni pertunjukan (festival teater, ketoprak, dalang, tari, dan lainnya), program-program pendidikan (bimbingan dan pelatihan seni untuk anak dan remaja), serta penerbitan profil seniman budayawan, antologi sastra, kritik seni rupa, dan lainnya.
Taman Budaya Yogyakarta seolah jendela bagi wisatawan untuk melihat keseluruhan budaya Yogyakarta. Di sini, Anda dapat melihat dokumentasi, hasil karya seni, pertunjukan seni, dan banyak hal lainnya terkait perkembangan budaya Yogyakarta. Taman budaya-nya buka setiap hari, sementara untuk pertunjukan khusus waktunya menyesuaikan jadwal.
Bangunannya bergaya arsitektur Belanda dengan pilar-pilar yang membuatnya tampak megah. Tersedia ruang pemaren yang dapat dimanfaatkan untuk memamerkan karya seni. Ada juga perpustakaan yang dapat diakses secara umum.
Ada dua bangunan utama di TBY, yaitu Concert Hall Taman Budaya dan Societet Militair. Gedung Concert Hall yang bergaya Belanda difungsikan sebagai tempat diskusi sastra, penyelenggaraan pameran, dan pelatihan. Sementara gedung Societet Militair khusus untuk keperluan pementasan teater, tari, musik, dan pertunjukan seni lainnya.
Panggung terbuka tersedia di halamannya luas dimana sering menjadi tempat menggelar pertunjukan atau pameran. panggung terbuka memiliki kapasitas tampung yang besar. Di sini terdapat panggung dengan tata lampu yang memadai. Taman TBY tersedia di beberapa tempat baik di dalam maupun luar gedungnya. Tempat itulah yang sering digunakan sebagai lokasi pagelaran budaya dan pameran. Tersedia fasilitas concert hall, gedung kesenian, amphiteater, dan ruang seminar. Di bagian luar gedung ada panggung terbuka dimana biasa digunakan untuk acara musik.
Concert Hall tersedia di di lantai dua dengan fasilitas ruang rias, ruang tunggu pemain, lobi, ruang stem alat musik. Selain itu ada juga ruang VIP, tata lampu, tata suara, dan AC sentral. Luas concert hall ini memiliki luas panggung 18,80 meter x 14,80 meter dengan kapasitas penonton 900 orang. (Baca juga: Jalan Kaki dan Naik Tangga Tiap Hari Tingkatkan Kesehatan Mental )
Societet Militair melengkapi concert hall dengan kapasitas lebih kecil. Luas panggungnya 10 x 8 meter berkapasitas 300 orang. Ruangan ini dilengkapi pula dengan ruang rias, level, lobi, AC sentral, tata lampu, dan tata suara yang memadai.
Amphiteater berada di ruangan terbuka dengan luas panggung 10 x 10 meter dengan kapasitas penonton sebanyak 200 orang. Ruangan ini dibuat menggunakan batu semen, dengan tempat duduk yang langsung dari semen tanpa alas.
Ruang pameran, kerap kali digunakan sebagai ruang pameran seni lukis atau kesenian lainnya. Terkadang, sang seniman juga berada di lokasi sehingga pengunjung dapat bertanya mengenai karya seninya. Lokasinya berada di lantai satu, dengan luas 35 x 28 meter dilengkap panel, spotlights, dan AC sentral, serta daya listrik 10.000 watt.
Ruang seminar, dapat dimanfaatkan untuk menggelar diskusi atau pertemuan. Ruang seminar ini termasuk dalam bagian bangunan concert hall dan ruang pameran seni rupa. Terkadang diadakan pemutaran film, workshop, atau pembacaan puisi. Ruangannya memiliki luas 18 x 16 meter. Dilengkapi 60 kursi, 2 meja pembicara dan moderator, 6 speaker, dan AC.
Untuk mengunjungi tempat ini, Taman Budaya Yogyakarta berada di kawasan Yogyakarta Kilometer Nol, tepatnya di Jalan Sriwedani di Kawasan Malioboro dan Keraton. Lokasinya juga tidak jauh dari Pasar Beringharjo, tepatnya di belakang kompleks Benteng Vredeburg. (Baca juga: Pamer Cincin dari Vicky Prasetyo, Kalina Oktarani: Aku Bilang “I Do” )
Sangat mudah bagi pelancong untuk berkunjung. Bisa dengan menggunakan kendaraan umum, seperti Trans Yogyakarta.
(tdy)