Dibuat China, Efektifkah Vaksin Sinovac? Ini Penjelasannya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harapan masyarakat untuk segera keluar dari pandemi COVID-19 mulai nyata di depan mata. Vaksin yang digadang-gadang bisa meningkatkan imunitas terhadap virus korona telah tiba. Ya vaksin besutan Sinovac Biotech Ltd ini bakal menjadi vaksin penangkal COVID-19 yang pertama di Indonesia. Di antara besarnya harapan masyrakat akan vaksin tersebut, sebagian masih bertanya-tanya bagaimana efektivitas vaksin ini?.
Vaksin yang diberi nama CoronaVac tentu saja ini tak asal dibuat begitu saja.Vaksin asal China ini dibuat dengan metode inactivated. Artinya virus ini dibuat dari versi tidak aktif dari virus korona. Meskipun ini adalah teknlogi lama, namun metode ini telah terbukti efektif dan pembuatannya juga mudah.
Baca juga : Biden Janjikan 100 Juta Vaksinasi Covid-19 dalam 100 Hari Pertama
Pengujian menjadi salah satu syarat utama pembuatan vaksin, begitu juga dengan CoronaVac yang telah melalui dua tahap ujian. Pada uji klinis tahap pertama dan kedua, vaksin ini mampu menghasilkan respon kekebalan tubuh yang cepat terhadap virus korona.
Hasil uji tersebut dijelaskan dalam jurnal medis The Lancet Infectious Diseases. Dalam jurnal tersebut dijelasan bahwa uji klinis tahap pertama dan kedua telah dilakukan di China dengan melibatkan lebih dari 700 peserta.
Salah satu peneliti, Zhu Fengcai mengatakan bahwa CoronaVac dapat memicu respons antibodi yang cepat. Antibodi terhadap COVID-19 akan muncul dalam waktu empat minggu setelah dua dosis vaksin yang diberikan dalam interval 14 hari. Zu Fengcai juga menambahkan bahwa belum ada kasus membahayakan yang muncul setelah vaksin ini disuntikkan. Kesimpula itu diperoleh berdasarkan hasil uji kepada 144 relawan di fase pertama dan 600 relawan di fase kedua.
Baca juga : Tahap Pertama, Vaksin Diprioritaskan untuk Tenaga Kesehatan di 7 Provinsi
Nah untuk tahap ketiga, uji klinis sudah dilakukan sejak Agustus lalu. Uji klinis saat ini masih dilaksanakan oleh PT Biofarma dan Sinovac Biotech yang menggandeng Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Lebih dari 1.600 relawan terlibat dalam uji klinis ini. Mereka telah disuntik dengan vaksin Sinovac. Saat ini BPOM tengah menunggu hasil uji tersebut.
Bila tahap ketiga ini hasilnya baik, maka vaksin ini bisa segera digunakan. Sesuai anjuran WHO, vaksin ini aman digunakan bila minimal ada data hasil uji klinis fase 1 dan fase 2, ditambah analisis sebagian (interim) fase 3, yang saat ini masih berlangsung di lima negara untuk mengeluarkan ijin penggunaan darurat (EUA).
Baca juga : Surabaya Butuh Dua Juta Vaksin COVID-19, Risma: Beli Pakai Dana CSR
Ada tiga unsur penting yang menjadi dasar pemilihan vaksin ini. Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan bahwa vaksin harus memenuhi unsur keamanan, harus cepat, dan memenuhi aspek mandiri. Vaksin juga harus memenuhi unsur keamanan, berkhasiat , dan mutu. Unsur-unsur itu harus dibuktikan melalui serangkaian uji klinis yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang.
“Dan dari 10 kandidat, vaksin Sinovac inilah yang paling cepat masuk uji klinis tahap tiga. Sementara dari sisi metode pembuatan vaksin, ini menggunakan metode virus yang dimatikan yang sudah terbukti pada jenis-jenis vaksin lainnya dan cara ini sudah dikuasai oleh Bio Farma," kata Honesti Basyir dalam jumpa pers yang disiarkan secara online melalui akun Youtube Kementerian Komunikasi dan Informatika, Selasa (08/12).
Vaksin yang diberi nama CoronaVac tentu saja ini tak asal dibuat begitu saja.Vaksin asal China ini dibuat dengan metode inactivated. Artinya virus ini dibuat dari versi tidak aktif dari virus korona. Meskipun ini adalah teknlogi lama, namun metode ini telah terbukti efektif dan pembuatannya juga mudah.
Baca juga : Biden Janjikan 100 Juta Vaksinasi Covid-19 dalam 100 Hari Pertama
Pengujian menjadi salah satu syarat utama pembuatan vaksin, begitu juga dengan CoronaVac yang telah melalui dua tahap ujian. Pada uji klinis tahap pertama dan kedua, vaksin ini mampu menghasilkan respon kekebalan tubuh yang cepat terhadap virus korona.
Hasil uji tersebut dijelaskan dalam jurnal medis The Lancet Infectious Diseases. Dalam jurnal tersebut dijelasan bahwa uji klinis tahap pertama dan kedua telah dilakukan di China dengan melibatkan lebih dari 700 peserta.
Salah satu peneliti, Zhu Fengcai mengatakan bahwa CoronaVac dapat memicu respons antibodi yang cepat. Antibodi terhadap COVID-19 akan muncul dalam waktu empat minggu setelah dua dosis vaksin yang diberikan dalam interval 14 hari. Zu Fengcai juga menambahkan bahwa belum ada kasus membahayakan yang muncul setelah vaksin ini disuntikkan. Kesimpula itu diperoleh berdasarkan hasil uji kepada 144 relawan di fase pertama dan 600 relawan di fase kedua.
Baca juga : Tahap Pertama, Vaksin Diprioritaskan untuk Tenaga Kesehatan di 7 Provinsi
Nah untuk tahap ketiga, uji klinis sudah dilakukan sejak Agustus lalu. Uji klinis saat ini masih dilaksanakan oleh PT Biofarma dan Sinovac Biotech yang menggandeng Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Lebih dari 1.600 relawan terlibat dalam uji klinis ini. Mereka telah disuntik dengan vaksin Sinovac. Saat ini BPOM tengah menunggu hasil uji tersebut.
Bila tahap ketiga ini hasilnya baik, maka vaksin ini bisa segera digunakan. Sesuai anjuran WHO, vaksin ini aman digunakan bila minimal ada data hasil uji klinis fase 1 dan fase 2, ditambah analisis sebagian (interim) fase 3, yang saat ini masih berlangsung di lima negara untuk mengeluarkan ijin penggunaan darurat (EUA).
Baca juga : Surabaya Butuh Dua Juta Vaksin COVID-19, Risma: Beli Pakai Dana CSR
Ada tiga unsur penting yang menjadi dasar pemilihan vaksin ini. Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan bahwa vaksin harus memenuhi unsur keamanan, harus cepat, dan memenuhi aspek mandiri. Vaksin juga harus memenuhi unsur keamanan, berkhasiat , dan mutu. Unsur-unsur itu harus dibuktikan melalui serangkaian uji klinis yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang.
“Dan dari 10 kandidat, vaksin Sinovac inilah yang paling cepat masuk uji klinis tahap tiga. Sementara dari sisi metode pembuatan vaksin, ini menggunakan metode virus yang dimatikan yang sudah terbukti pada jenis-jenis vaksin lainnya dan cara ini sudah dikuasai oleh Bio Farma," kata Honesti Basyir dalam jumpa pers yang disiarkan secara online melalui akun Youtube Kementerian Komunikasi dan Informatika, Selasa (08/12).
(wur)