7 Fakta Rapid Test Antigen yang Menjadi Syarat Baru Keluar Masuk DKI Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rapid test antigen menjadi syarat baru untuk keluar masuk DKI Jakarta. Kebijakan nasional ini berlaku bagi warga yang ingin keluar masuk DKI Jakarta, mulai 18 Desember 2020 sampai 8 Januari 2021 guna mencegah penyebaran COVID-19 saat libur panjang pergantian tahun.
(Baca juga : Ganti PSBB, Pemerintah akan Terapkan Kebijakan Pengetatan Terukur )
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengatakan, bahwa syarat ini akan berlaku untuk semua jenis moda transportasi mulai darat, laut, dan udara. Menurut dia, kebijakan penggunaan rapid test antigen akan diprioritaskan kepada moda transportasi pesawat udara.
"Untuk rapid test antigen itu kan menjadi kebijakan nasional, artinya bagi maskapai bagi yang akan membeli tiket itu diwajibkan calon penumpangnya melakukan hasil rapid test antigen ketentuannya misal naik maskapai A membeli tiket biasanya itu sudah dipersyaratkan," kata Syafrin Liputo.
Baca juga : Rapid Test Antigen Diwajibkan di Jakarta, Tes Apa Itu?Rapid Test Antigen Diwajibkan di Jakarta, Tes Apa Itu?
Berikut 7 fakta yang perlu diketahui tentang rapid test antigen dilansir dari CDC, Kamis (17/12).
1. Digunakan untuk diagnosis patogen pernapasan
Rapid test antigen biasanya digunakan dalam diagnosis patogen pernapasan, termasuk virus influenza dan virus syncytial pernapasan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS telah memberikan otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk uji antigen yang dapat mengidentifikasi SARS-CoV-2.
(Baca juga : Ekonomi RI Lebih Baik dari G20, Sri Mulyani: Jangan Merasa Krisis Sudah Lewat )
2. Mendeteksi keberadaan antigen virus
Rapid test antigen adalah immunoassay yang mendeteksi keberadaan antigen virus tertentu, yang menunjukkan infeksi virus saat ini. Rapid test antigen saat ini diizinkan untuk dilakukan pada spesimen usap nasofaring atau nasal yang ditempatkan langsung ke dalam buffer ekstraksi atau reagen tes. Rapid test antigen resmi saat ini tidak dibatasi untuk digunakan pada orang dengan usia tertentu.
3. Relatif murah dan cepat
Rapid test antigen relatif murah, dan sebagian besar dapat digunakan di tempat perawatan. Sebagian besar tes resmi saat ini memberikan hasil dalam waktu sekitar 15 sampai 30 menit.
"Tes ini memberikan hasil yang dapat diandalkan dalam waktu sekitar 15 sampai 30 menit, daripada berjam-jam atau hari, dengan harga lebih rendah, dengan peralatan yang canggih," ujar direktur jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
(Baca juga : Paige Spiranac Masih Tetap Cantik saat Marah Dikritik )
4. Lebih akurat dibandingkan rapid test antibody
Rapid test antigen dinilai lebih akurat dibandingkan rapid test antibody. Interpretasi yang tepat dari hasil rapid test antigen ketika diindikasikan penting untuk manajemen klinis yang akurat dari pasien dengan dugaan COVID-19, atau untuk identifikasi orang yang terinfeksi ketika digunakan untuk skrining.
Baca juga : Keluar Masuk Jakarta Pakai Rapid Test Antigen, Kadishub: Itu Kebijakan Nasional
5. Hasil pemeriksaan berlaku 14 hari
Berdasarkan Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 9 Tahun 2020 tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19, surat keterangan rapid test antigen berlaku selama 14 hari.
6. Hasil bisa salah
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS memperingatkan kemungkinan hasil positif palsu dari rapid test antigen untuk mendeteksi COVID-19, jika tidak digunakan dengan benar. FDA telah menerima laporan hasil positif palsu dari panti jompo dan layanan perawatan kesehatan lainya.
Membaca hasil tes, baik sebelum atau setelah dari waktu yang ditentukan dalam instruksi, dapat menunjukkan positif atau negatif palsu. Rapid test antigen yang tidak disimpan dengan benar sebelum digunakan juga berisiko memberikan hasil yang salah.
Di sisi lain, memproses beberapa spesimen sekaligus dapat memengaruhi hasil tes karena menyulitkan untuk memastikanwaktu inkubasi yang tepat untuk setiap spesimen.
Baca juga : Ini Perbedaan Rapid Test Antigen dengan Tes Covid-19 Lainnya!
7. Disetujui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
WHO telah mengumumkan kesepakatan untuk membuat rapid test COVID-19 tersedia untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh dunia. Sebanyak 120 juta rapid test antigen dari dua perusahaan dipasok ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah masing-masing seharga 5 USD (Rp74 ribu) atau bahkan kurang.
Tedros mengungkapkan bahwa tes vital ini akan membantu memperluas pengujian di daerah terpencil yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau petugas kesehatan yang cukup terlatih untuk melakukan tes PCR.
(Baca juga : Ganti PSBB, Pemerintah akan Terapkan Kebijakan Pengetatan Terukur )
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengatakan, bahwa syarat ini akan berlaku untuk semua jenis moda transportasi mulai darat, laut, dan udara. Menurut dia, kebijakan penggunaan rapid test antigen akan diprioritaskan kepada moda transportasi pesawat udara.
"Untuk rapid test antigen itu kan menjadi kebijakan nasional, artinya bagi maskapai bagi yang akan membeli tiket itu diwajibkan calon penumpangnya melakukan hasil rapid test antigen ketentuannya misal naik maskapai A membeli tiket biasanya itu sudah dipersyaratkan," kata Syafrin Liputo.
Baca juga : Rapid Test Antigen Diwajibkan di Jakarta, Tes Apa Itu?Rapid Test Antigen Diwajibkan di Jakarta, Tes Apa Itu?
Berikut 7 fakta yang perlu diketahui tentang rapid test antigen dilansir dari CDC, Kamis (17/12).
1. Digunakan untuk diagnosis patogen pernapasan
Rapid test antigen biasanya digunakan dalam diagnosis patogen pernapasan, termasuk virus influenza dan virus syncytial pernapasan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS telah memberikan otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk uji antigen yang dapat mengidentifikasi SARS-CoV-2.
(Baca juga : Ekonomi RI Lebih Baik dari G20, Sri Mulyani: Jangan Merasa Krisis Sudah Lewat )
2. Mendeteksi keberadaan antigen virus
Rapid test antigen adalah immunoassay yang mendeteksi keberadaan antigen virus tertentu, yang menunjukkan infeksi virus saat ini. Rapid test antigen saat ini diizinkan untuk dilakukan pada spesimen usap nasofaring atau nasal yang ditempatkan langsung ke dalam buffer ekstraksi atau reagen tes. Rapid test antigen resmi saat ini tidak dibatasi untuk digunakan pada orang dengan usia tertentu.
3. Relatif murah dan cepat
Rapid test antigen relatif murah, dan sebagian besar dapat digunakan di tempat perawatan. Sebagian besar tes resmi saat ini memberikan hasil dalam waktu sekitar 15 sampai 30 menit.
"Tes ini memberikan hasil yang dapat diandalkan dalam waktu sekitar 15 sampai 30 menit, daripada berjam-jam atau hari, dengan harga lebih rendah, dengan peralatan yang canggih," ujar direktur jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
(Baca juga : Paige Spiranac Masih Tetap Cantik saat Marah Dikritik )
4. Lebih akurat dibandingkan rapid test antibody
Rapid test antigen dinilai lebih akurat dibandingkan rapid test antibody. Interpretasi yang tepat dari hasil rapid test antigen ketika diindikasikan penting untuk manajemen klinis yang akurat dari pasien dengan dugaan COVID-19, atau untuk identifikasi orang yang terinfeksi ketika digunakan untuk skrining.
Baca juga : Keluar Masuk Jakarta Pakai Rapid Test Antigen, Kadishub: Itu Kebijakan Nasional
5. Hasil pemeriksaan berlaku 14 hari
Berdasarkan Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 9 Tahun 2020 tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19, surat keterangan rapid test antigen berlaku selama 14 hari.
6. Hasil bisa salah
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS memperingatkan kemungkinan hasil positif palsu dari rapid test antigen untuk mendeteksi COVID-19, jika tidak digunakan dengan benar. FDA telah menerima laporan hasil positif palsu dari panti jompo dan layanan perawatan kesehatan lainya.
Membaca hasil tes, baik sebelum atau setelah dari waktu yang ditentukan dalam instruksi, dapat menunjukkan positif atau negatif palsu. Rapid test antigen yang tidak disimpan dengan benar sebelum digunakan juga berisiko memberikan hasil yang salah.
Di sisi lain, memproses beberapa spesimen sekaligus dapat memengaruhi hasil tes karena menyulitkan untuk memastikanwaktu inkubasi yang tepat untuk setiap spesimen.
Baca juga : Ini Perbedaan Rapid Test Antigen dengan Tes Covid-19 Lainnya!
7. Disetujui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
WHO telah mengumumkan kesepakatan untuk membuat rapid test COVID-19 tersedia untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh dunia. Sebanyak 120 juta rapid test antigen dari dua perusahaan dipasok ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah masing-masing seharga 5 USD (Rp74 ribu) atau bahkan kurang.
Tedros mengungkapkan bahwa tes vital ini akan membantu memperluas pengujian di daerah terpencil yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau petugas kesehatan yang cukup terlatih untuk melakukan tes PCR.
(wur)