Teknologi Jadi Kunci Keberhasilan Perempuan Modern
loading...
A
A
A
Agustin berbagi cerita tentang salah satu pengguna Halosis yang berjualan busana muslim di Instagram dan WhatsApp (WA). Si ibu pun disibukkan dengan urusan merespons pelanggan dari pagi hingga malam hari dan membuat pekerjaannya terbengkalai. Tetapi dengan bantuan asisten virtual dan otomatisasi Halosis bisa memudahkan si ibu untuk mengurus bahkan menganalisis aktivitas usahanya.
Namun, salah satu tantangan yang harus dihadapi Agustin adalah bagaimana memberikan edukasi kepada para pelaku usaha perempuan yang belum melek teknologi. Memang butuh usaha yang keras untuk menyadarkan mereka bahwa teknologi bisa memberikan kemudahan untuk mengembangkan usahanya.
"Perusahaan ini juga benar-benar memberdayakan perempuan. Beberapa yang saya temui adalah perempuan karier yang berhenti kerja kerja karena punya anak. Kemudian ia memilih untuk membuka online shop, usaha yang bisa dikerjakan dimanapun dan kapan pun. Jadi menurut saya, saat ini teknologi sangat membantu perempuan untuk menjadi entrepreneur," tambahnya.
Di sisi lain, melalui jahitin.com, Asri Wijayanti kini telah membantu meningkatkan pendapatan dan memberikan kemudahan para penjahit dalam meraih pelanggan. Sekitar 200 penjahit telah bergabung dalam startup lokal yang didirikan pada 2016 ini.
"Bermula dari keresahan saat mengetahui para penjahit sering dibayar murah, saya tergerak untuk membantu mereka yang sebagian besar perempuan. Animo dari meraka ketika saya sosialisasikan aplikasi ini sangat tinggi, karena memang rasa ingin belajar sesuatu yang baru dari kaum perempuan lebih tinggi," tambahnya.
Dari sinilah Asri melihat bahwa kemajuan teknologi digital bisa menjadi alat bagi perempuan untuk lebih berpartisipasi dalam berbagai bidang sekaligus mempromosikan kesetaraan gender. "Kaum perempuan dapat menjadi pahlawan bagi siapa saja di era digital ini, selama mereka mendapatkan kesempatan yang sama dan didukung dengan tools yang tepat dalam berkarya," tegasnya.
Pemerhati gender dan akademisi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tri Sulistyaningsih, mengatakan, peran perampuan di dunia kerja semakin penting. Terlebih lagi di era industri 4.0, ditambah tingkat partisipasi angkatan kerja ‎(TPAK) jumlah perempuan yang mendalami dunia teknologi masih di bawah kalangan laki-laki. Berdasarkan data pusat Statistik (BPS) TPAK laki-laki sebesar 83,01%, sedangkan perempuan hanya 55,44%.
"Meski sudah lebih dari 50% masih ada kesenjangan akses dan penguasaan teknologi antara perempuan dan laki-laki," tutur Tri.
Di sisi lain, Tri menilai perempuan Indonesia sebenarnya termasuk pengguna internet aktif. Namun sayangnya, mereka memiliki literasi digital yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan latar belakang pendidikan yang rendah. (aprilia s andyna)
Lihat Juga: TikTok Awards Indonesia 2024, Ajang Apresiasi kepada Para Kreator Kreatif dan Inspiratif Tanah Air
Namun, salah satu tantangan yang harus dihadapi Agustin adalah bagaimana memberikan edukasi kepada para pelaku usaha perempuan yang belum melek teknologi. Memang butuh usaha yang keras untuk menyadarkan mereka bahwa teknologi bisa memberikan kemudahan untuk mengembangkan usahanya.
"Perusahaan ini juga benar-benar memberdayakan perempuan. Beberapa yang saya temui adalah perempuan karier yang berhenti kerja kerja karena punya anak. Kemudian ia memilih untuk membuka online shop, usaha yang bisa dikerjakan dimanapun dan kapan pun. Jadi menurut saya, saat ini teknologi sangat membantu perempuan untuk menjadi entrepreneur," tambahnya.
Di sisi lain, melalui jahitin.com, Asri Wijayanti kini telah membantu meningkatkan pendapatan dan memberikan kemudahan para penjahit dalam meraih pelanggan. Sekitar 200 penjahit telah bergabung dalam startup lokal yang didirikan pada 2016 ini.
"Bermula dari keresahan saat mengetahui para penjahit sering dibayar murah, saya tergerak untuk membantu mereka yang sebagian besar perempuan. Animo dari meraka ketika saya sosialisasikan aplikasi ini sangat tinggi, karena memang rasa ingin belajar sesuatu yang baru dari kaum perempuan lebih tinggi," tambahnya.
Dari sinilah Asri melihat bahwa kemajuan teknologi digital bisa menjadi alat bagi perempuan untuk lebih berpartisipasi dalam berbagai bidang sekaligus mempromosikan kesetaraan gender. "Kaum perempuan dapat menjadi pahlawan bagi siapa saja di era digital ini, selama mereka mendapatkan kesempatan yang sama dan didukung dengan tools yang tepat dalam berkarya," tegasnya.
Pemerhati gender dan akademisi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tri Sulistyaningsih, mengatakan, peran perampuan di dunia kerja semakin penting. Terlebih lagi di era industri 4.0, ditambah tingkat partisipasi angkatan kerja ‎(TPAK) jumlah perempuan yang mendalami dunia teknologi masih di bawah kalangan laki-laki. Berdasarkan data pusat Statistik (BPS) TPAK laki-laki sebesar 83,01%, sedangkan perempuan hanya 55,44%.
"Meski sudah lebih dari 50% masih ada kesenjangan akses dan penguasaan teknologi antara perempuan dan laki-laki," tutur Tri.
Di sisi lain, Tri menilai perempuan Indonesia sebenarnya termasuk pengguna internet aktif. Namun sayangnya, mereka memiliki literasi digital yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan latar belakang pendidikan yang rendah. (aprilia s andyna)
Lihat Juga: TikTok Awards Indonesia 2024, Ajang Apresiasi kepada Para Kreator Kreatif dan Inspiratif Tanah Air
(wan)