Apa Saja Gejala Strain Baru Covid-19? Yuk, Lebih Waspada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Strain baru Covid-19 pertama kali diidentifikasi di Kent pada minggu lalu selama pengawasan rutin oleh Public Health England. Kini, lebih dari 60 otoritas lokal di Inggris telah melaporkan kasus varian virus corona baru.
Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock mengatakan jumlah kasus yang melibatkan strain baru meningkat pesat. (Baca juga: Kasus Positif COVID-19 Naik, Sekolah Tatap Muka Diminta Ditunda )
Strain baru Covid-19 diperkirakan tidak menyebabkan gejala yang lebih buruk atau berbeda dari virus corona baru yang sudah ada sebelumnya. Gejala penyakit ini tidak berubah yakni berupa batuk terus menerus, nyeri dada, serta hilangnya rasa dan bau sebagai gejala utama virus corona baru. Ada banyak mutasi pada virus sejak muncul pada 2019.
Hal ini umum terjadi dan SARS-CoV-2 adalah virus RNA, yang mana virus ini bermutasi dan berubah. Kesehatan Masyarakat Inggris mengatakan bahwa, pada 13 Desember, sebanyak 1.108 kasus dengan varian baru ini telah diidentifikasi, terutama di selatan dan timur Inggris. Strain baru yang oleh para ilmuwan Inggris dinamai VUI - 202012/01.
Namun, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan strain baru itu diperkirakan 70% lebih menular daripada inkarnasi virus sebelumnya.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan itu lebih mematikan atau menyebabkan penyakit yang lebih parah," kata Johnson dilansir dari Express, Senin (21/12).
Kepala Pejabat Ilmiah Pemerintah, Sir Patrick Vallance mengatakan tidak ada bukti bahwa strain baru menyebabkan lebih banyak masalah dan akan membuat orang lebih sakit. Ada alasan teoritis untuk menyarankan bahwa strain baru itu dapat mengubah tanggapan kekebalan meskipun tidak ada bukti untuk ini. (Baca juga: Tampil di Acara yang Sama, LOONA Susul MONSTA X Dinyatakan Negatif COVID-19 )
"Asumsi kerja kami dari semua ilmuwan adalah bahwa tanggapan vaksin harus memadai untuk virus ini. Kita harus tetap waspada tentang ini," ujar Vallence.
Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock mengatakan jumlah kasus yang melibatkan strain baru meningkat pesat. (Baca juga: Kasus Positif COVID-19 Naik, Sekolah Tatap Muka Diminta Ditunda )
Strain baru Covid-19 diperkirakan tidak menyebabkan gejala yang lebih buruk atau berbeda dari virus corona baru yang sudah ada sebelumnya. Gejala penyakit ini tidak berubah yakni berupa batuk terus menerus, nyeri dada, serta hilangnya rasa dan bau sebagai gejala utama virus corona baru. Ada banyak mutasi pada virus sejak muncul pada 2019.
Hal ini umum terjadi dan SARS-CoV-2 adalah virus RNA, yang mana virus ini bermutasi dan berubah. Kesehatan Masyarakat Inggris mengatakan bahwa, pada 13 Desember, sebanyak 1.108 kasus dengan varian baru ini telah diidentifikasi, terutama di selatan dan timur Inggris. Strain baru yang oleh para ilmuwan Inggris dinamai VUI - 202012/01.
Namun, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan strain baru itu diperkirakan 70% lebih menular daripada inkarnasi virus sebelumnya.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan itu lebih mematikan atau menyebabkan penyakit yang lebih parah," kata Johnson dilansir dari Express, Senin (21/12).
Kepala Pejabat Ilmiah Pemerintah, Sir Patrick Vallance mengatakan tidak ada bukti bahwa strain baru menyebabkan lebih banyak masalah dan akan membuat orang lebih sakit. Ada alasan teoritis untuk menyarankan bahwa strain baru itu dapat mengubah tanggapan kekebalan meskipun tidak ada bukti untuk ini. (Baca juga: Tampil di Acara yang Sama, LOONA Susul MONSTA X Dinyatakan Negatif COVID-19 )
"Asumsi kerja kami dari semua ilmuwan adalah bahwa tanggapan vaksin harus memadai untuk virus ini. Kita harus tetap waspada tentang ini," ujar Vallence.
(tdy)