PAUD Berperan Penting Edukasi Gizi Anak Sejak Dini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anak usia dini memiliki pola tumbuh kembang meliputi aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus dan sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Karena itu, pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) berperan penting dan menjadi investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa.
(Baca juga: CISDI Dorong Menkes Budi Gunadi Perkuat Layanan Kesehatan Primer dan 3T )
Penting bagi guru, orang tua untuk memahami kebutuhan gizi anak dan jangan sampai anak salah gizi akibat konsumsi makanan termasuk konsumsi susu yang kandungan gizinya tidak layak untuk anak.
Ketua Umum PP Himpunan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), Prof Dr Netti Herawati mengatakan, PAUD merupakan cara yang efektif untuk memberikan edukasi gizi untuk anak . PAUD juga seharusnya menjadi tempat yang membawa perubahan gizi bagi anak.
"Saya harapkan semua PAUD ke depannya memiliki program makanan sehat sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi anak. Bagaimanapun, apa yang dimakan oleh anak tergantung orang tua dan guru. Jadi kalau kita mau anak kita gizinya baik, berarti kita bicara kompetensi guru dalam hal gizi dan kesehatan," ujar Prof Netti dalam webinar Parenting bersama HIMPAUDI dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), melalui Zoom, awal pekan kemarin.
Menurutnya, salah satu kebiasaan makan anak yang sering diabaikan adalah asupan gula pada anak. Bila dihitung, dalam satu hari anak-anak bahkan bisa mengonsumsi gula hingga ÂĽ kg.
"Selama ini kita beranggapan gula secara harfiah. Tapi gula itu adalah glukosa yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi anak seperti cokelat, permen, kue, snack belum lagi jika anak diberi kental manis. Anak memang mengatakan kenyang, tapi bukan kenyang yang sesungguhnya. Karena itu anak menjadi terbiasa mengonsumsi makanan manis," papar Prof Netti.
Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Moretta Damayanti SpA(K), M.Kes, mengatakan, kebiasaan mengonsumsi makanan manis pada anak, dapat berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
"Gula menyebabkan anak menjadi kenyang dan efek lanjutannya tumbuh kembangnya terhambat. Apalagi pada anak yang mengonsumsi kental manis. Bila orang tua merasa dengan susu saja sudah cukup, maka anak berisiko kurang gizi. Namun bila anak yang mengonsumsi kental manis masih suka makan dan ngemil, bahayanya adalah obesitas," terang Dr Moretta.
(Baca juga: Studi: Berenang Dapat Bantu Cegah Penyakit Kardiovaskular )
Oleh karenanya, untuk anak usia dini, juga penting diajarkan apa yang harus dimakan dan apa yang harus dihindari. "Yang juga penting untuk dipahami orang tua adalah dalam memberikan asupan gizi untuk anak bukan sekedar anak menjadi kenyang, tapi juga harus ada lemak dan proteinnya, karena ini penting untuk tumbuh kembang anak," tukas Dr Moretta.
(Baca juga: CISDI Dorong Menkes Budi Gunadi Perkuat Layanan Kesehatan Primer dan 3T )
Penting bagi guru, orang tua untuk memahami kebutuhan gizi anak dan jangan sampai anak salah gizi akibat konsumsi makanan termasuk konsumsi susu yang kandungan gizinya tidak layak untuk anak.
Ketua Umum PP Himpunan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), Prof Dr Netti Herawati mengatakan, PAUD merupakan cara yang efektif untuk memberikan edukasi gizi untuk anak . PAUD juga seharusnya menjadi tempat yang membawa perubahan gizi bagi anak.
"Saya harapkan semua PAUD ke depannya memiliki program makanan sehat sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi anak. Bagaimanapun, apa yang dimakan oleh anak tergantung orang tua dan guru. Jadi kalau kita mau anak kita gizinya baik, berarti kita bicara kompetensi guru dalam hal gizi dan kesehatan," ujar Prof Netti dalam webinar Parenting bersama HIMPAUDI dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), melalui Zoom, awal pekan kemarin.
Menurutnya, salah satu kebiasaan makan anak yang sering diabaikan adalah asupan gula pada anak. Bila dihitung, dalam satu hari anak-anak bahkan bisa mengonsumsi gula hingga ÂĽ kg.
"Selama ini kita beranggapan gula secara harfiah. Tapi gula itu adalah glukosa yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi anak seperti cokelat, permen, kue, snack belum lagi jika anak diberi kental manis. Anak memang mengatakan kenyang, tapi bukan kenyang yang sesungguhnya. Karena itu anak menjadi terbiasa mengonsumsi makanan manis," papar Prof Netti.
Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Moretta Damayanti SpA(K), M.Kes, mengatakan, kebiasaan mengonsumsi makanan manis pada anak, dapat berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
"Gula menyebabkan anak menjadi kenyang dan efek lanjutannya tumbuh kembangnya terhambat. Apalagi pada anak yang mengonsumsi kental manis. Bila orang tua merasa dengan susu saja sudah cukup, maka anak berisiko kurang gizi. Namun bila anak yang mengonsumsi kental manis masih suka makan dan ngemil, bahayanya adalah obesitas," terang Dr Moretta.
(Baca juga: Studi: Berenang Dapat Bantu Cegah Penyakit Kardiovaskular )
Oleh karenanya, untuk anak usia dini, juga penting diajarkan apa yang harus dimakan dan apa yang harus dihindari. "Yang juga penting untuk dipahami orang tua adalah dalam memberikan asupan gizi untuk anak bukan sekedar anak menjadi kenyang, tapi juga harus ada lemak dan proteinnya, karena ini penting untuk tumbuh kembang anak," tukas Dr Moretta.
(nug)