Studi: Pasien COVID-19 Kehilangan Indra Penciuman pada Hari Ketiga

Minggu, 17 Mei 2020 - 13:34 WIB
loading...
Studi: Pasien COVID-19 Kehilangan Indra Penciuman pada Hari Ketiga
Dalam sebuah penelitian, sebanyak 61% pasien COVID-19 melaporkan penurunan atau kehilangan indera penciuman. Foto/Ilustrasi/Theguardian.com
A A A
JAKARTA - Kehilangan indra penciuman paling mungkin terjadi pada hari ketiga infeksi virus corona baru yang menyebabkan COVID-19. Temuan tersebut berdasarkan sebuah penelitian terhadap lebih dari 100 pasien COVID-19 untuk membantu para ahli kesehatan mengidentifikasi secara lebih baik para pembawa virus tanpa efek samping dan gejala.

Penelitian melalui telepon yang hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Otolaryngology-Head and Neck Surgery itu memeriksa karakteristik serta gejala 103 pasien yang didiagnosis COVID-19 selama enam minggu. ( )

Penulis Studi Ahmad Sedaghat dari University of Cincinnati, Amerika Serikat, mengatakan bahwa para pasien dari Aarau, Swiss, memberikan data tentang gejala COVID-19 yang mereka rasakan dalam hitungan hari per hari serta waktu dan tingkat keparahan dari hilangnya indra penciuman mereka.

Dilansir dari laman Times Now News, dari 103 pasien, setidaknya 61% melaporkan penurunan atau kehilangan indra penciuman.

Sedaghat mengatakan, waktu rata-rata untuk pengurangan atau hilangnya indra penciuman adalah 3,4 hari. Peneliti juga menemukan bahwa keparahan hilangnya penciuman berkorelasi dengan seberapa buruk gejala COVID-19 yang lain.

"Jika hilangnya kemampuan penciuman atau anosmia terlangsung buruk, pasien juga melaporkan adanya gejala sesak napas, demam, dan batuk yang lebih parah," ujar Sedanghat.

Menurut peneliti, hubungan antara penurunan indra penciuman dan gejala COVID-19 lainnya adalah sesuatu yang harus diwaspadai. Bila seseorang dengan COVID-19 mengalami penurunan indra penciuman, itu menandakan bahwa mereka berada dalam minggu pertama perjalanan penyakit.

"Temuan ini menunjukkan bahwa penurunan indra penciuman mungkin menjadi indikator pasien di awal perjalanan penyakit serta mereka yang terus mengembangkan gejala yang lebih parah seperti sesak napas," jelas Sedaghat.

Di sisi lain, Sedaghat mengingatkan bahwa kehilangan indra penciuman bukan merupakan indikator satu-satunya COVID-19. "Ketika Anda mulai mengalami gejala serius COVID-19 yang meliputi sesak napas dan gangguan pernapasan, saat itulah Anda harus waspada," imbuhnya.

Hasil penelitian ini juga menemukan, sekitar 50% pasien mengalami hidung tersumbat dan 35% mengidap pilek. Menurut Sedaghat, temuan ini penting karena penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gejala hidung jarang terjadi pada kasus COVID-19 dan gejala tersebut kerap dikaitkan dengan alergi, bukan virus corona baru.

"Ini berarti bahwa kesadaran yang lebih besar diperlukan terhadap gejala pada hidung sehingga orang tidak bersin di depan umum dan berpikir itu baik-baik saja atau cuma karena alergi," ungkap Sedaghat. ( )

"Sangat mungkin itu COVID-19 dan memakai masker adalah upaya perlindungan terhadap orang lain," tambahnya.

Berdasarkan temuan tersebut, para peneliti mengimbau masyarakat untuk memahami lebih dalam tentang kaitan hilangnya indra penciuman dengan COVID-19. "Ini penting untuk membantu kita mengidentifikasi pasien COVID-19 sebagai pembawa asimptomatik sehingga mereka tidak menyebarkan penyakit kepada orang lain," pungkas Sedaghat.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1668 seconds (0.1#10.140)