Lee Min Ho Gagal Mengesankan Penonton
loading...
A
A
A
SEOUL - The King: Eternal Monarch merupakan salah satu serial TV paling ditunggu di Korea Selatan untuk paruh pertama 2020. Pasalnya, serial ini merupakan reuni penulis skenario Kim Eun-sook dan aktor Lee Min Ho.
Lee Min Ho memilih drama ini sebagai proyek comeback pascawajib militernya setelah drama The Heirs 2013. Bahkan, anggarannya juga dibiayai oleh Netflix. Sayang, drama ini tidak mampu mengesankan penonton. Peringkat pemirsa turun ke rekor terendah mencapai 6,3% pada episode 9 yang ditayangkan pada Sabtu (16/5/2020). Episode 10 naik tipis menjadi 7,8% pada hari berikutnya.
Rating drama ini tercatat telah mengalami penurunan konstan sejak episode pertama dan kedua pada 17-18 April, yang mana masing-masing menandai 11,4% dan 11,6%.
The King: Eternal Monarch sendiri sebenarnya menarik karena menceritakan tentang dua alam semesta paralel. Satu di monarki konstitusional fiksi, Kerajaan Korea dan yang lainnya di negara yang mirip dengan Korea Selatan, Republik Korea.
Adapun The King: Eternal Monarch jauh di bawah standar dari tiga seri terakhir sukses besar Kim Eun-sook yakni Descendants of the Sun (2016), Guardian: The Lonely and Great God (2016) dan Mr. Sunshine (2018).
Drama romantis militer, Descendants of the Sun tercatat meraih rating sebesar 38,8% di KBS. Sementara drama fantasi TVN, Guardian naik menjadi 20,5% dan meraih rekor rating pemirsa tertinggi untuk saluran berbayar di Korea pada waktu itu. Drama periode Mr. Sunshine membukukan 18,1%.
Sebagian besar karya-karya Kim Eun-sook sebelumnya telah mendapatkan popularitas besar di Korea Selatan dan di tempat lain di Asia. Alasannya tidak lain karena karakter-karakternya yang menarik, cerita yang menarik dan candaan cerdas sehingga membantu Kim mengukir kariernya yang luar biasa sukses di Korea.
Beberapa dialog rumit, lelucon, dan kostum dari Descendants of the Sun menjadi perbincangan di Korea, sementara aktor utama seperti Song Joong-ki dan Gong Yoo menjadi bintang di seluruh Asia. Namun, The King: Eternal Monarch dinilai telah gagal untuk mengesankan penonton. Sebaliknya, kontroversi atas adegan bersejarahnya telah merusak reputasi drama.
Para ahli menunjukkan bahwa seri ini gagal untuk sepenuhnya menjelaskan alam semesta paralel kepada penonton, yang juga mengeluhkan kesamaan dari dua dunia yang berbeda yakni Kerajaan Korea dan Republik Korea.
"Ini adalah drama romantis, tetapi cinta antara dua peran utama tidak berada di garis depan. Cerita ini terungkap dengan kecepatan yang relatif lambat dan dunia paralel terlalu rumit untuk dipahami," kata kritikus budaya Ha Jae-geun seperti dilansir dari Yonhap.
Pada saat yang sama, beberapa orang mengklaim bahwa mereka terganggu oleh iklan yang berlebihan melalui penempatan produk dalam drama. Pasalnya, nama merek atau logo perusahaan ditampilkan terlalu sering dan pemain menggunakan produk yang diiklankan terlalu sering.
Di sisi lain, drama ini mendapat kecaman karena plagiat Jepang di beberapa adegan. Orang-orang mencatat bahwa menara-menara bangunan istana kayu dari Kerajaan Korea memiliki beberapa karakteristik Jepang, dan sebuah kapal Jepang terlihat mirip dengan kapal perang Korea dalam pertempuran maritim antara Kerajaan Korea dan Jepang.
Produser acara pun meminta maaf atas kontroversi dan berjanji untuk memperbaiki adegan drama ini. "Sulit menemukan percakapan yang cerdas, kreatif, dan soundtrack yang menarik di The King, yang telah disajikan penulis sejauh ini. Saya pikir acara ini perlu lebih fokus pada romansa dan mempercepat langkah untuk menarik lebih banyak penonton di episode yang tersisa," tandasnya.
Lee Min Ho memilih drama ini sebagai proyek comeback pascawajib militernya setelah drama The Heirs 2013. Bahkan, anggarannya juga dibiayai oleh Netflix. Sayang, drama ini tidak mampu mengesankan penonton. Peringkat pemirsa turun ke rekor terendah mencapai 6,3% pada episode 9 yang ditayangkan pada Sabtu (16/5/2020). Episode 10 naik tipis menjadi 7,8% pada hari berikutnya.
Rating drama ini tercatat telah mengalami penurunan konstan sejak episode pertama dan kedua pada 17-18 April, yang mana masing-masing menandai 11,4% dan 11,6%.
The King: Eternal Monarch sendiri sebenarnya menarik karena menceritakan tentang dua alam semesta paralel. Satu di monarki konstitusional fiksi, Kerajaan Korea dan yang lainnya di negara yang mirip dengan Korea Selatan, Republik Korea.
Adapun The King: Eternal Monarch jauh di bawah standar dari tiga seri terakhir sukses besar Kim Eun-sook yakni Descendants of the Sun (2016), Guardian: The Lonely and Great God (2016) dan Mr. Sunshine (2018).
Drama romantis militer, Descendants of the Sun tercatat meraih rating sebesar 38,8% di KBS. Sementara drama fantasi TVN, Guardian naik menjadi 20,5% dan meraih rekor rating pemirsa tertinggi untuk saluran berbayar di Korea pada waktu itu. Drama periode Mr. Sunshine membukukan 18,1%.
Sebagian besar karya-karya Kim Eun-sook sebelumnya telah mendapatkan popularitas besar di Korea Selatan dan di tempat lain di Asia. Alasannya tidak lain karena karakter-karakternya yang menarik, cerita yang menarik dan candaan cerdas sehingga membantu Kim mengukir kariernya yang luar biasa sukses di Korea.
Beberapa dialog rumit, lelucon, dan kostum dari Descendants of the Sun menjadi perbincangan di Korea, sementara aktor utama seperti Song Joong-ki dan Gong Yoo menjadi bintang di seluruh Asia. Namun, The King: Eternal Monarch dinilai telah gagal untuk mengesankan penonton. Sebaliknya, kontroversi atas adegan bersejarahnya telah merusak reputasi drama.
Para ahli menunjukkan bahwa seri ini gagal untuk sepenuhnya menjelaskan alam semesta paralel kepada penonton, yang juga mengeluhkan kesamaan dari dua dunia yang berbeda yakni Kerajaan Korea dan Republik Korea.
"Ini adalah drama romantis, tetapi cinta antara dua peran utama tidak berada di garis depan. Cerita ini terungkap dengan kecepatan yang relatif lambat dan dunia paralel terlalu rumit untuk dipahami," kata kritikus budaya Ha Jae-geun seperti dilansir dari Yonhap.
Pada saat yang sama, beberapa orang mengklaim bahwa mereka terganggu oleh iklan yang berlebihan melalui penempatan produk dalam drama. Pasalnya, nama merek atau logo perusahaan ditampilkan terlalu sering dan pemain menggunakan produk yang diiklankan terlalu sering.
Di sisi lain, drama ini mendapat kecaman karena plagiat Jepang di beberapa adegan. Orang-orang mencatat bahwa menara-menara bangunan istana kayu dari Kerajaan Korea memiliki beberapa karakteristik Jepang, dan sebuah kapal Jepang terlihat mirip dengan kapal perang Korea dalam pertempuran maritim antara Kerajaan Korea dan Jepang.
Produser acara pun meminta maaf atas kontroversi dan berjanji untuk memperbaiki adegan drama ini. "Sulit menemukan percakapan yang cerdas, kreatif, dan soundtrack yang menarik di The King, yang telah disajikan penulis sejauh ini. Saya pikir acara ini perlu lebih fokus pada romansa dan mempercepat langkah untuk menarik lebih banyak penonton di episode yang tersisa," tandasnya.
(tdy)