Diproses seperti Kopi Luwak, Kopi Burung Jacu Miliki Rasa yang Unik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kopi burung jacu merupakan salah satu varietas kopi paling langka dan termahal di dunia. Kopi ini terbuat dari biji kopi yang dicerna dan dikeluarkan oleh burung jacu.
Baca juga: Merasa Jadi Musuh Bersama Netizen, Dayana Tak Lagi Terima Follower asal Indonesia
Dengan luas sekitar 50 hektar, Camocim Estate adalah salah satu perkebunan kopi terkecil di Brasil, tetapi berhasil meraup untung yang cukup besar berkat jenis kopi yang sangat unik dan banyak dicari. Semuanya dimulai pada awal 2000-an, ketika Henrique Sloper de AraĂşjo menemukan perkebunannya dipenuhi burung jacu, spesies burung yang terancam punah dan dilindungi di Brasil.
Burung ini tidak dikenal sebagai penggemar ceri kopi, tetapi mereka menyukai kopi organik de AraĂşjo. Pada awalnya, Sloper sangat ingin mengusir burung-burung itu dari perkebunannya, dan bahkan menelepon polisi lingkungan, tetapi tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun untuk membantu. Burung itu dilindungi undang-undang, jadi Sloper tidak bisa menyakiti dengan cara apa pun.
Menukil Oddity Central, Rabu (3/3), jika masyarakat Indonesia bisa memanen buah kopi dari kotoran musang, Sloper melakukan hal yang sama dengan kotoran burung jacu.
"Saya menyadari bahwa saya dapat mencoba sesuatu yang serupa dengan Camocim dan burung jacu, tetapi ide itu hanya setengah dari pertempuran. Tantangan sebenarnya terletak pada meyakinkan para pemetik kopi saya bahwa alih-alih beri, mereka harus berburu kotoran burung," kata Sloper.
Rupanya, Sloper harus mengubah perburuan kotoran burung jacu menjadi perburuan harta karun bagi para pekerja dengan memberi mereka insentif finansial untuk menemukan sejumlah biji kopi.
Biji kopi kemudian harus diekstraksi dari kotorannya dengan tangan, dicuci, dan dikupas dari selaput pelindungnya. Pekerjaan melelahkan inilah yang membuat kopi burung jacu jauh lebih mahal daripada varietas kopi lainnya.
Sloper memuji burung jacu atas rasa yang luar biasa dari kopi gourmetnya, karena mereka hanya makan ceri kopi paling matang. Berbeda dengan kopi luwak yang dicerna oleh musang, biji kopi bergerak lebih cepat melalui sistem pencernaan burung jacu dan tidak terdegradasi oleh protein hewani atau asam lambung.
Baca juga: Keajaiban Membantu Tanpa Berharap
Buah ceri yang dihasilkan disangrai, dan minumannya kabarnya memiliki rasa yang unik, seperti kacang dengan nuansa adas manis. Baik karena kualitas dan kelangkaannya, kopi burung jacu adalah salah satu varietas kopi termahal di dunia, dijual dengan harga sekitar USD1.000/kilogram atau sekitar Rp14 juta.
Baca juga: Merasa Jadi Musuh Bersama Netizen, Dayana Tak Lagi Terima Follower asal Indonesia
Dengan luas sekitar 50 hektar, Camocim Estate adalah salah satu perkebunan kopi terkecil di Brasil, tetapi berhasil meraup untung yang cukup besar berkat jenis kopi yang sangat unik dan banyak dicari. Semuanya dimulai pada awal 2000-an, ketika Henrique Sloper de AraĂşjo menemukan perkebunannya dipenuhi burung jacu, spesies burung yang terancam punah dan dilindungi di Brasil.
Burung ini tidak dikenal sebagai penggemar ceri kopi, tetapi mereka menyukai kopi organik de AraĂşjo. Pada awalnya, Sloper sangat ingin mengusir burung-burung itu dari perkebunannya, dan bahkan menelepon polisi lingkungan, tetapi tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun untuk membantu. Burung itu dilindungi undang-undang, jadi Sloper tidak bisa menyakiti dengan cara apa pun.
Menukil Oddity Central, Rabu (3/3), jika masyarakat Indonesia bisa memanen buah kopi dari kotoran musang, Sloper melakukan hal yang sama dengan kotoran burung jacu.
"Saya menyadari bahwa saya dapat mencoba sesuatu yang serupa dengan Camocim dan burung jacu, tetapi ide itu hanya setengah dari pertempuran. Tantangan sebenarnya terletak pada meyakinkan para pemetik kopi saya bahwa alih-alih beri, mereka harus berburu kotoran burung," kata Sloper.
Rupanya, Sloper harus mengubah perburuan kotoran burung jacu menjadi perburuan harta karun bagi para pekerja dengan memberi mereka insentif finansial untuk menemukan sejumlah biji kopi.
Biji kopi kemudian harus diekstraksi dari kotorannya dengan tangan, dicuci, dan dikupas dari selaput pelindungnya. Pekerjaan melelahkan inilah yang membuat kopi burung jacu jauh lebih mahal daripada varietas kopi lainnya.
Sloper memuji burung jacu atas rasa yang luar biasa dari kopi gourmetnya, karena mereka hanya makan ceri kopi paling matang. Berbeda dengan kopi luwak yang dicerna oleh musang, biji kopi bergerak lebih cepat melalui sistem pencernaan burung jacu dan tidak terdegradasi oleh protein hewani atau asam lambung.
Baca juga: Keajaiban Membantu Tanpa Berharap
Buah ceri yang dihasilkan disangrai, dan minumannya kabarnya memiliki rasa yang unik, seperti kacang dengan nuansa adas manis. Baik karena kualitas dan kelangkaannya, kopi burung jacu adalah salah satu varietas kopi termahal di dunia, dijual dengan harga sekitar USD1.000/kilogram atau sekitar Rp14 juta.
(nug)