Kandungan Epigallo dalam Teh Hijau Mampu Kurangi Bahaya Akibat COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak penelitian mengungkap manfaat dari kandungan yang terdapat dalam bahan-bahan alami untuk menangkal virus corona . Salah satunya epigallocatechin gallate (EGCG) atau disingkat epigallo.
Epigallo merupakan komponen utama dalam teh hijau yang memiliki manfaat mengatasi penyakit infeksi, termasuk infeksi virus.
Menurut studi dari Pakar Farmakologi Universitas Airlangga Djoko Purwanto, antioksidan pada epigallo memiliki kekuatan 100 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin E dalam melindungi tubuh.
Epigallo sendiri, menurut Medical Advisor LAPI Laboratories dr. Susi, merupakan kelompok zat antioksidan yang masuk dalam golongan besar polifenol. Epigallo memberikan efek positif untuk kesehatan karena memiliki kekuatan antioksidan. Dengan adanya kekuatan antioksidan ini, epigallo yang terdapat di ekstrak teh hijau mampu mengendalikan radikal bebas yang sering terbentuk di dalam tubuh.
"Radikal bebas yang berlebih dapat memicu stres oksidatif dan berujung pada kerusakan sel serta penyakit kronis,” ungkap dr. Susi melalui keterangan tertulis, Kamis (4/3).
Ekstrak epigallo tidak hanya berguna untuk menetralisir radikal bebas dari asap rokok, namun juga mencegah sel kanker, menurunkan kolesterol, serta menjaga kesehatan pembuluh darah, jantung, dan otak.
Sehubungan dengan virus SARS-CoV-2, beberapa review maupun studi telah dilakukan dalam rangka mendorong pemanfaatan epigallo. Mhatre et al., dalam penelitiannya yang diterbitkan oleh jurnal Phyto Medicine, menemukan bahwa enzim yang berperan penting dalam mematangkan virus adalah chymotrypsin-like protease atau disebut 3CLpro. Dengan kata lain, replikasi atau bertambahnya jumlah virus sangat tergantung pada 3CLpro. Karena itu, 3CLpro merupakan target utama obat yang digunakan untuk menangani infeksi virus corona secara umum.
Faktanya, studi in vitro dari Mathre et al. memperlihatkan bahwa epigallo mampu menghambat 85% aktivitas 3CLpro. Karenanya, sekelompok peneliti dari Institute of Chemical Technology India itu pun menyimpulkan bahwa molekul epigallo dapat digunakan sebagai suplemen pelengkap nutrisi harian untuk penanganan COVID-19.
Sementara itu, peneliti Menegazzi et al. mengemukakan potensi epigallo bagi penderita COVID-19, terutama karena kemampuannya menurunkan ekspresi dan sinyal dari berbagai mediator inflamasi. Seperti diketahui, infeksi SARS-CoV-2 menginduksi peningkatan masuknya neutrofil secara masif ke dalam paru-paru, dengan memproduksi dan mengaktivasi TGF-β. Peningkatan TGF-β aktif yang tidak terkontrol ini dapat mengakibatkan edema dan fibrosis yang cepat dan masif, yang mengakibatkan perubahan serta blokade jalan napas yang pada akhirnya mengakibatkan gagal napas.
Berdasarkan temuan, epigallo terbukti mampu menurunkan sinyal TGF-β1 dan dianggap sebagai antifibrotik potensial.
“Melalui studi-studi yang telah dilakukan, memang terlihat ada potensi bagi penanganan COVID-19 dengan multiekspresi seperti antiviral, antiinflamasi, antifibrosis, dan antioksidan. Epigallo relatif aman, maka pemberiannya sebagai suplementasi dapat dibenarkan. Setidaknya diharapkan dapat memperoleh efek positif dari yang telah diteliti,” kata dr. Susi.
“Berdasarkan pengujian penggunaan suplemen yang mengandung epigallo, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi epigallo sudah terasa khasiatnya di hari ke-4. Selain itu, waktu penyembuhannya pun semakin cepat, sekitar 9 hari,” katanya lagi.
Epigallo merupakan komponen utama dalam teh hijau yang memiliki manfaat mengatasi penyakit infeksi, termasuk infeksi virus.
Menurut studi dari Pakar Farmakologi Universitas Airlangga Djoko Purwanto, antioksidan pada epigallo memiliki kekuatan 100 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin E dalam melindungi tubuh.
Epigallo sendiri, menurut Medical Advisor LAPI Laboratories dr. Susi, merupakan kelompok zat antioksidan yang masuk dalam golongan besar polifenol. Epigallo memberikan efek positif untuk kesehatan karena memiliki kekuatan antioksidan. Dengan adanya kekuatan antioksidan ini, epigallo yang terdapat di ekstrak teh hijau mampu mengendalikan radikal bebas yang sering terbentuk di dalam tubuh.
"Radikal bebas yang berlebih dapat memicu stres oksidatif dan berujung pada kerusakan sel serta penyakit kronis,” ungkap dr. Susi melalui keterangan tertulis, Kamis (4/3).
Ekstrak epigallo tidak hanya berguna untuk menetralisir radikal bebas dari asap rokok, namun juga mencegah sel kanker, menurunkan kolesterol, serta menjaga kesehatan pembuluh darah, jantung, dan otak.
Sehubungan dengan virus SARS-CoV-2, beberapa review maupun studi telah dilakukan dalam rangka mendorong pemanfaatan epigallo. Mhatre et al., dalam penelitiannya yang diterbitkan oleh jurnal Phyto Medicine, menemukan bahwa enzim yang berperan penting dalam mematangkan virus adalah chymotrypsin-like protease atau disebut 3CLpro. Dengan kata lain, replikasi atau bertambahnya jumlah virus sangat tergantung pada 3CLpro. Karena itu, 3CLpro merupakan target utama obat yang digunakan untuk menangani infeksi virus corona secara umum.
Faktanya, studi in vitro dari Mathre et al. memperlihatkan bahwa epigallo mampu menghambat 85% aktivitas 3CLpro. Karenanya, sekelompok peneliti dari Institute of Chemical Technology India itu pun menyimpulkan bahwa molekul epigallo dapat digunakan sebagai suplemen pelengkap nutrisi harian untuk penanganan COVID-19.
Sementara itu, peneliti Menegazzi et al. mengemukakan potensi epigallo bagi penderita COVID-19, terutama karena kemampuannya menurunkan ekspresi dan sinyal dari berbagai mediator inflamasi. Seperti diketahui, infeksi SARS-CoV-2 menginduksi peningkatan masuknya neutrofil secara masif ke dalam paru-paru, dengan memproduksi dan mengaktivasi TGF-β. Peningkatan TGF-β aktif yang tidak terkontrol ini dapat mengakibatkan edema dan fibrosis yang cepat dan masif, yang mengakibatkan perubahan serta blokade jalan napas yang pada akhirnya mengakibatkan gagal napas.
Berdasarkan temuan, epigallo terbukti mampu menurunkan sinyal TGF-β1 dan dianggap sebagai antifibrotik potensial.
“Melalui studi-studi yang telah dilakukan, memang terlihat ada potensi bagi penanganan COVID-19 dengan multiekspresi seperti antiviral, antiinflamasi, antifibrosis, dan antioksidan. Epigallo relatif aman, maka pemberiannya sebagai suplementasi dapat dibenarkan. Setidaknya diharapkan dapat memperoleh efek positif dari yang telah diteliti,” kata dr. Susi.
“Berdasarkan pengujian penggunaan suplemen yang mengandung epigallo, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi epigallo sudah terasa khasiatnya di hari ke-4. Selain itu, waktu penyembuhannya pun semakin cepat, sekitar 9 hari,” katanya lagi.
(tsa)