Hati Hati, Orang Berbadan Kurus Bisa Berpotensi Memiliki Kolesterol Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berbadan Gemuk sering dianggap banyak penyakit, namun hati hati juga bagi yang berbadan kurus bisa berpotensi memiliki kolesterol tinggi .Manager Medical Underwriter Sequis, dr Fridolin Seto Pandu menyarankan untuk melakukan medical check-up terutama mereka yang sudah berusia di atas 25 tahun.
Dengan Medical check-up, kita dapat mengetahui kadar lemak pada tubuh, yaitu LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), Trigliserida, dan kadar kolesterol total (akumulasi ketiga jenis kolesterol).
Baca juga : menitikkan-air-mata-aurel-hermansyah-minta-izin-menikah
“Tubuh gemuk atau kurus tidak bisa dijadikan patokan bebas dari kolesterol karena apa yang kerap disebut kolesterol tinggi adalah ketidakseimbangan antara kolesterol baik dan kolesterol jahat. Penyakit ini disebut dislipidemia dan lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat,” ucap dr. Fridolin, beberapa waktu lalu.
Dislipidemia atau kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan atau penurunan jenis lemak dalam plasma darah. Kelainan jenis lemak yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL.
Baca juga : lebik-dikenal-sebagai-mama-nino-ivanka-suwandi-tak-merasa-keberatan
“Sayangnya, hal ini sering tidak menunjukan gejala, terlebih bila postur seseorang terlihat kurus dan proporsional sehingga lebih sulit mendeteksi dini seandainya tidak rutin melakukan pemeriksaan,” ucap dr Fridolin.
Adapun LDL adalah kolesterol yang dapat menumpuk di pembuluh darah sehingga membuat saluran pembuluh darah menyempit. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.
Baca juga : jalan-kebaikan-atau-keburukan-pilihan-ada-di-tanganmu-sendiri
Pemeriksaan kadar kolesterol sebaiknya dilakukan rutin setiap 5 tahun sekali. Namun, jika memiliki potensi kolesterol tinggi sebaiknya melakukan cek setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali.
Dengan Medical check-up, kita dapat mengetahui kadar lemak pada tubuh, yaitu LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), Trigliserida, dan kadar kolesterol total (akumulasi ketiga jenis kolesterol).
Baca juga : menitikkan-air-mata-aurel-hermansyah-minta-izin-menikah
“Tubuh gemuk atau kurus tidak bisa dijadikan patokan bebas dari kolesterol karena apa yang kerap disebut kolesterol tinggi adalah ketidakseimbangan antara kolesterol baik dan kolesterol jahat. Penyakit ini disebut dislipidemia dan lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat,” ucap dr. Fridolin, beberapa waktu lalu.
Dislipidemia atau kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan atau penurunan jenis lemak dalam plasma darah. Kelainan jenis lemak yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL.
Baca juga : lebik-dikenal-sebagai-mama-nino-ivanka-suwandi-tak-merasa-keberatan
“Sayangnya, hal ini sering tidak menunjukan gejala, terlebih bila postur seseorang terlihat kurus dan proporsional sehingga lebih sulit mendeteksi dini seandainya tidak rutin melakukan pemeriksaan,” ucap dr Fridolin.
Adapun LDL adalah kolesterol yang dapat menumpuk di pembuluh darah sehingga membuat saluran pembuluh darah menyempit. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.
Baca juga : jalan-kebaikan-atau-keburukan-pilihan-ada-di-tanganmu-sendiri
Pemeriksaan kadar kolesterol sebaiknya dilakukan rutin setiap 5 tahun sekali. Namun, jika memiliki potensi kolesterol tinggi sebaiknya melakukan cek setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali.