Bagaimana Cara Deteksi Dini Penyakit Gagal Ginjal Kronik?

Sabtu, 20 Maret 2021 - 21:01 WIB
loading...
Bagaimana Cara Deteksi Dini Penyakit Gagal Ginjal Kronik?
Kurva pasien penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia terus meningkat. / Foto: ist
A A A
JAKARTA - Kurva pasien penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia terus meningkat. Dan sampai hari ini, belum ada sebuah cara yang bisa mengembalikan fungsi ginjal ke keadaan semula. Atas dasar itu, diperlukan kesadaran bersama untuk menjaga kesehatan ginjal sedini mungkin.

Baca juga: Hati Hati, Orang Berbadan Kurus Bisa Berpotensi Memiliki Kolesterol Tinggi

Ahli Penyakit Dalam Ginjal dan Hipertensi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, dr. Jonny, Sp.PD-KGH, M.Kes, MM menjelaskan fungsi ginjal pertama adalah fungsi ekskresi yang memiliki peranan untuk membuang sisa-sisa metabolisme di dalam tubuh. Dimana ginjal mengolah makanan dan sisanya akan diproses di ginjal dan dibuang melalui urine.

Kedua, ginjal memiliki fungsi membuang kelebihan cairan di mana jika ada cairan berlebih akan dibuang melalui ginjal. Juga sebagai organ sekresi atau menghasilkan berbagai hormon di dalam tubuh yang mengatur tekanan darah .

"Di dalam pembuluh darah ginjal juga ada saraf simpatik yang mengatur tekanan darah. Oleh karena itu hipertensi digabungkan dengan ginjal," kata Dokter Jonny dalam webinar yang digelar oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) bekerjasama dengan Baxter dalam rangkaian acara World Kidney Day 2021, Sabtu (20/3).

Hormon lain yang dihasilkan oleh ginjal adalah vitamin D yang mengatur pembentukan tulang dalam tubuh. Juga ada hormon eritropoietin yang mengatur pembentukan sel darah merah sehingga dengan penyakit ginjal kronis hormon ini kurang sehingga HB-nya rendah.

"Ginjal juga mengatur keseimbangan tubuh. Ginjal akan mengatur apabila kita kelebihan cairan maka dia akan di buang (buang air kecil). Kalau kekurangan dia akan mengkonservasi cairan supaya diserap dan dikeluarkan lebih sedikit. Oleh karena itu kepekatan (warna) kencing sangat menentukan keadaan cairan di dalam tubuh seseorang," ujarnya.

Menurutnya, ada dua penyakit yang menyumbang angka pasien gagal ginjal kronik. Pertama adalah Diabetes Melitus sebesar 30% dan hipertensi sebesar 25%. Sisanya, terbagi melalui penyakit peradangan ginjal, batu ginjal, penyakit autoimun, dan penyakit bawaan sejak lahir dimana ginjalnya terdapat banyak kista.

"Juga penggunaan obat-obatan herbal untuk menurunkan berat badan dan penggunaan obat meningkatkan stamina," lanjutnya.

Jonny menjelaskan hampir seluruh pasien gagal ginjal di Indonesia datang dengan kondisi yang cukup parah. Sehingga pasien-pasien tersebut harus mendapatkan tindakan cuci darah (hemodialisis) atau cuci perut (peritoneal dialisis).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2838 seconds (0.1#10.140)