Kisah Perjuangan Al Rizhal Tisma Wahid Maulana Jadi Imam di UEA dengan Hafal Al-Quran 30 Juz

Sabtu, 08 Mei 2021 - 01:02 WIB
loading...
Kisah Perjuangan Al Rizhal Tisma Wahid Maulana Jadi Imam di UEA dengan Hafal Al-Quran 30 Juz
Al Rizhal Tisma Wahid saat mengikuti seleksi imam masjid UEA tahap kedua. / Foto: dokumen pribadi Wahid for Okezone
A A A
MALANG - Al Rizhal Tisma Wahid Maulana menjadi satu dari 27 orang peserta seleksi imam di United Emirat Arab (UEA) yang lolos. Pemuda kelahiran Malang pada 1997 ini menjadi salah satu orang yang bakal berangkat ke Uni Emirat Arab (UEA) atas permintaan khusus Pangeran UEA, Syeikh Mohammed bin Zayed kepada Presiden Joko Widodo.

Baca juga: Fatimah Az Zahra Kenakan Cadar Usai Dinikahi Ustadz Abdul Somad

Perjuangan pemuda yang beralamatkan di Jalan Gadang X B Nomor 57 Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, Kota Malang, tidaklah mudah. Dia harus bersaing dengan ratusan peserta lainnya dari seluruh Indonesia untuk bisa lolos seleksi.

Wahid, panggilan akrabnya, mengaku, mendapat informasi adanya seleksi calon imam dari UEA di akun Instagram Direktorat Jenderal Binmas Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. Dari sanalah dia akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar dengan modal hafalan Al-Quran 30 juz, kemampuan bahasa Arab, dan pemahaman agama islam.

"Ada informasi ada seleksi imam di luar negeri, tapi awalnya enggak tahu di mana. Syaratnya hafal Al-Quran 30 juz, pemahaman Islam moderat, kemampuan komunikasi bahasa Arab dengan dites kebahasaan, harus bisa khutbah. Dari sana mendaftar menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan," ucap Wahid saat ditemui Okezone.com, Jumat (7/5).

Dirinya mengaku termotivasi ikut seleksi karena punya keinginan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke luar negeri, entah itu ke Timur Tengah atau Eropa. Sejak awal dia memiliki pemikiran visioner meski usianya baru memasuki 24 tahun, apalagi dikatakannya ini kesempatan menuju Timur Tengah, UEA.

"Saya dari lulus kuliah itu ingin ke Timur Tengah atau Eropa lanjut studi. Akhirnya saya ambil itu (seleksi imam di UEA) semoga nanti ada kesempatan studi di sana. Saya pribadi suka kumpul yang punya kegiatan positif. Di kampus ikut UKM yang bisa menghafal Al-Quran selama ikut bisa mengembangkan potensi, dan bisa membantu saya mencapai target yang saya inginkan," katanya saat ditanya alasan mengikuti seleksi.

Dari verifikasi dokumen tersebut nama Wahid akhirnya lolos di seleksi tahap pertama yang diadakan di Jakarta. Di seleksi tahap pertama ini penyeleksi juri dari pihak Kemenag RI. Di mana materi seleksinya meliputi hafalan Al-Quran, bacaan, pemahaman Islam, kemampuan komunikasi berbahasa Arab, dan fikih salat.

"Tahap pertama dari Kemenag sendiri ada sekitar 150 orang setelah 150 orang, kemudian disaring menjadi 100 orang, yang ikut di tahap kedua. Tahap kedua yang menyeleksi langsung dari pihak Uni Emirat Arab-nya, ada empat orang Syeikh kalau enggak salah yang menyeleksi, materinya sama dengan tahap pertama," bebernya.

Pria alumni Sastra Arab Universitas Negeri Malang (UM) ini menyebut tahapan tersulit ada di seleksi tahap kedua. Mengingat daya ingat hafalan benar-benar diuji oleh para penguji dari syeikh asal UEA langsung.

"Yang tersulit di nguji hafalan, kalau nguji hafalan (Al-Quran) acak banget. Kalau dari Kemenag itu disuruh baca dari awal diteruskan. Kalau dari syeikhnya acak banget, bisa dari tengah, atau dari belakang, atau dari depan, enggak bisa memprediksi. Kalau yang dari Kemenag di tahap pertama kan bisa diprediksi, surat ini, disuruh baca awal surat. Kalau di tengah-tengah surat susah," paparnya.

Belum lagi kebiasaan Wahid yang membaca Al-Quran hafalan dengan mikrofon membuat dia sedikit grogi saat Syeikh meminta membacanya tanpa mikrofon.

"Ketika membaca ternyata ada yang sesuatu yang enggak pas di telinga syeikhnya, karena selama ini kan di Indonesia biasanya terbiasa membaca dengan mik (mikrofon) kalau tanpa mik kurang pede. Tapi mereka nggak mau, sempat nervous, sempat down juga, ada satu huruf yang dikoreksi juga oleh beliau," terangnya.

Namun, dia mengaku beruntung, materi seleksi lain berupa khutbah dan pemahaman fikih Islam bisa lancar. Bahkan dengan kemampuan bahasa Arabnya, yang didapat dari kampus UM bisa memperlancar seleksi di khutbah dengan bahasa Arab.

Wahid sejak awal mengaku berharap bisa lolos meski dia sebenarnya belum pernah mengeyam pendidikan pondok pesantren. Dirinya belajar menghafal Al-Quran dan agama secara otodidak saat berkuliah di UM. Saat kuliah itu dia bergabung dengan salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang fokus menunjang keinginannya belajar menghafal Al-Quran dan memahami agama Islam.

"Saya mondok itu ketika SD kelas 4 SD karena waktu ikut kakek saja, orang tua background-nya bukan pondok, ikut mbah di sana. Cuma sekolah MI, MTS, masuk SMA, akhirnya masuk Sastra Arab UM itu. Dari masuk kuliah itu baru punya keinginan hafalan Al-Quran 30 juz. Kebetulan ada fasilitasnya, ada UKM-nya, ada pembinanya juga. Termasuk membangun kompetensinya di UKM itu juga," jelasnya.

Kini dia bersyukur bisa lolos menjadi satu dari 27 orang yang lolos seleksi imam masjid dari Indonesia. Pengorbanan waktunya untuk belajar menghafal Al-Quran selama kuliah dan memperdalam ilmu agama membuahkan hasil.

"Kalau kita ingin sesuatu, kita harus punya waktu khusus untuk latihan khusus, kalau kita punya keinginan ingin bisa basket ya kita alokasikan waktu luang untuk belajar berlatih basket. Kalau kita ingin menghafal Al-Quran ya konsekuensinya harus ada waktu untuk membaca dan menghafal Al-Quran. Main dan nongkrong itu dimanfaatkan untuk membangun kompetensi kita. Sekiranya masih muda kita harus bisa belajar dan memberi manfaat ke orang lain," pesannya.

Saat ini, Wahid masih harap-harap cemas menunggu kepastian kapan keberangkatannya ke UEA, mengingat kepengurusan visa yang masih berlangsung. "Wacana awal katanya Juni setelah Lebaran, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan. Kalau dari pengalaman imam-imam di sana katanya enggak pasti, enggak bareng, jadi ketika dipanggil pihak sana langsung berangkat," ungkapnya.

"Karena memang kita ngikuti dari Emirat-nya kemungkinan kata imam-imam sebelumnya diberangkatkan Juni. Insya Allah kemungkinan besar, soalnya Juni-Juli jadwalnya cuti imam di sana, nanti masih magang di sana sebelum jadi imam tetap," tuturnya.

Dia berharap segala persyaratan bisa segera terselesaikan, sebelum berangkat ke UEA. Apalagi ada dukungan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur yang bakal membantu mengurus visa dan medical checkup-nya. Kebetulan dari Jawa Timur terdapat tiga orang peserta seleksi imam yang lolos dan bakal berangkat ke UEA.

Baca juga: Ketika Khalid bin Walid Harus Memohon Maaf Kepada Ammar bin Yasir

"Ada salah satu peserta yang dipanggil kata (Gubernur Jatim) Bu Khofifah akan dibantu tentang persiapan tentang pemberangkatannya, katanya mau dibantu ngurus visa dan medical checkup-nya. Semoga segera selesai," harapnya.
(nug)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2869 seconds (0.1#10.140)