Sandiaga Uno Dukung Industri Perfilman Nasional Bangkit dan Ciptakan Lapangan Kerja
loading...
A
A
A
Lebih lanjut ia menjelaskan keberpihakan pada arah film nasional baik yang akan di produksi maupun yang sudah di produksi.
"Kita ingin mengangkat keberpihakan pada film nasional. Satu film nasional bisa 400 orang yang terlibat. Bahkan film Cut Nyak Dien saja 1.500 orang yang terlibat," ungkap Sandiaga Uno.
Ia menyebutkan 2019 merupakan masa keemasan film nasional Indonesia, lebih dari 50 juta orang memenuhi bioskop. Tapi pandemi memukul di 2020. Untuk memulihkan, ada tiga program yang dilakukan pemerintah.
"Dukungan PEN untuk industri film yakni kampanye promosi film, meningkatkan jumlah penonton dengan buy one get one. Stimulus produksi film dengan seleksi dari dewan film dan kurator. Sehingga supplai nya bisa bersaing dengan film luar negeri," kata Sandiaga Uno.
Baca Juga : Andien Gandeng Tompi Garap Film Pendek Selamat Jalan Kekasihku
"Agar disituasi berat seperti ini dapat memproduksi film berkualitas yang mengangkat value keindonesiaan. Memiliki nilai-nilai persatuan dan keberagaman. Dengan kekuatan kita bersama kita akan pulih," tandas Sandiaga Uno.
Sementara itu, Eros Djarot sutradara yang memproduksi film Cut Nyak Dien menyebutkan film tersebut merupakan produksi tim bersama Masyarakat Aceh.
"Karena tanpa dukungan mereka tidak akan ada film Cut Nyak Dien Bahkan sampai 9 yang sudah almarhum. Kita panjatkan doa untuk Ibrahim Kadir penyair, Rosian Anwar, Rudi Wowor dan yang lainnya," kata Eros Djarot.
Ia mengungkapkan selama 18 bulan riset film Cut Nyak Dien ada sebanyak 120an buku yang menjadi sumber, esensi ada 7 buku, dan ada 3 buku yang wajib dibaca.
"Research paling penting dalam memproduksi film. Saya saat melempar skenario dibaca terlebih dahulu oleh 25 tokoh. Kami harap Intelektual diskursus dihidupkan kembali dalam memproduksi film sejarah dengan melibatkan masyarakat. Kami juga berharap pihak bioskop dapat memberikan porsi layarnya untuk perfilman nasional," tambah Eros Djarot.
"Kita ingin mengangkat keberpihakan pada film nasional. Satu film nasional bisa 400 orang yang terlibat. Bahkan film Cut Nyak Dien saja 1.500 orang yang terlibat," ungkap Sandiaga Uno.
Ia menyebutkan 2019 merupakan masa keemasan film nasional Indonesia, lebih dari 50 juta orang memenuhi bioskop. Tapi pandemi memukul di 2020. Untuk memulihkan, ada tiga program yang dilakukan pemerintah.
"Dukungan PEN untuk industri film yakni kampanye promosi film, meningkatkan jumlah penonton dengan buy one get one. Stimulus produksi film dengan seleksi dari dewan film dan kurator. Sehingga supplai nya bisa bersaing dengan film luar negeri," kata Sandiaga Uno.
Baca Juga : Andien Gandeng Tompi Garap Film Pendek Selamat Jalan Kekasihku
"Agar disituasi berat seperti ini dapat memproduksi film berkualitas yang mengangkat value keindonesiaan. Memiliki nilai-nilai persatuan dan keberagaman. Dengan kekuatan kita bersama kita akan pulih," tandas Sandiaga Uno.
Sementara itu, Eros Djarot sutradara yang memproduksi film Cut Nyak Dien menyebutkan film tersebut merupakan produksi tim bersama Masyarakat Aceh.
"Karena tanpa dukungan mereka tidak akan ada film Cut Nyak Dien Bahkan sampai 9 yang sudah almarhum. Kita panjatkan doa untuk Ibrahim Kadir penyair, Rosian Anwar, Rudi Wowor dan yang lainnya," kata Eros Djarot.
Ia mengungkapkan selama 18 bulan riset film Cut Nyak Dien ada sebanyak 120an buku yang menjadi sumber, esensi ada 7 buku, dan ada 3 buku yang wajib dibaca.
"Research paling penting dalam memproduksi film. Saya saat melempar skenario dibaca terlebih dahulu oleh 25 tokoh. Kami harap Intelektual diskursus dihidupkan kembali dalam memproduksi film sejarah dengan melibatkan masyarakat. Kami juga berharap pihak bioskop dapat memberikan porsi layarnya untuk perfilman nasional," tambah Eros Djarot.