Sandiaga Uno Dukung Industri Perfilman Nasional Bangkit dan Ciptakan Lapangan Kerja

Minggu, 30 Mei 2021 - 18:32 WIB
loading...
Sandiaga Uno Dukung Industri Perfilman Nasional Bangkit dan Ciptakan Lapangan Kerja
Menparekraf Sandiaga Uno. Foto/Dok Kemenparekraf
A A A
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno menyebutkan pemerintah mendorong pemulihan industri perfilman nasional dan berencana akan memberikan stimulus bagi penciptaan film yang mengangkat nilai keberagaman dan persatuan Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Sandiaga Uno saat menghadiri gerakan 'Ayo Kembali Ke Bioskop' di Plaza Senayan Jakarta, Minggu (30/5/2021) yang turut dihadiri berbagai stakeholders industri perfilman termasuk aktris senior Christine Hakim dan Sutradara Eros Djarot. Seperti biasanya Sandiaga Uno membuka dengan pantun terlebih dahulu.

'Sarapan pagi menunya ketupat laksa Biar lengkap kue rangi yang jadi kudapan nya.
Mari kita sukseskan film nasional Indonesia
Agar industri kreatif makin berjaya

Pergi ke Plaza Senayan membeli makan
Makanannya enak sayang kalau dilewatkan
Industri perfilman nasional waktunya kita majukan. Tapi Protokol Kesehatan harus diutamakan'

Sandiaga Uno melihat film nasional besutan Eros Djarot dan Christine Hakim berjudul Cut Nyak Dien amat penting untuk dunia perfilman Indonesia.

"Film nasional ini berhasil menghadirkan film yang epik dengan 8 piala citra dengan segala keterbatasannya. Hari ini kita merayakan Kembali achievement dari film terbaik karya anak bangsa yang sudah di restorasi bekerja sama dengan pihak internasional dalam hal ini Belanda," ujar Sandiaga Uno.

Baca Juga : Sosialisasikan Program Kembali ke Bioskop, Sandiaga Uno dan Istri Nonton Film Tjoet Nja' Dhien

Ia menyebutkan hal tersebut merupakan bagian dari gerakan ayo kembali ke bioskop untuk mendukung film nasional.
Menurutnya, sebentar lagi akan difinalkan program pemulihan ekonomi nasional khusus dunia perfilman.

Sandiaga Uno mengungkapkan ratusan, ribuan, puluhan ribu masyarakat hidupnya bergantung industri perfilman, sehingga pihaknya harus hadir dengan kebijakan berpihak secara bersama-sama seperti value yang diperlihatkan Cut Nyak Dien yang pantang menyerah sampai titik darah penghabisan.

"Karena sekarang di masa pandemi Covid-19, yang bisa menyelamatkan kita adalah diri kita sendiri dengan disiplin protokol kesehatan Covid-19. Perjuangan dan keteguhan hati Cut Nyak Dien memperlihatkan banyak pembelajaran, nilai-nilai perjuangan, Kesetaraan gender, dan nilai-nilai luhur dari Aceh yang perlu kita berikan penghormatan," tambah Sandiaga Uno.

Lebih lanjut ia menjelaskan keberpihakan pada arah film nasional baik yang akan di produksi maupun yang sudah di produksi.

"Kita ingin mengangkat keberpihakan pada film nasional. Satu film nasional bisa 400 orang yang terlibat. Bahkan film Cut Nyak Dien saja 1.500 orang yang terlibat," ungkap Sandiaga Uno.

Ia menyebutkan 2019 merupakan masa keemasan film nasional Indonesia, lebih dari 50 juta orang memenuhi bioskop. Tapi pandemi memukul di 2020. Untuk memulihkan, ada tiga program yang dilakukan pemerintah.

"Dukungan PEN untuk industri film yakni kampanye promosi film, meningkatkan jumlah penonton dengan buy one get one. Stimulus produksi film dengan seleksi dari dewan film dan kurator. Sehingga supplai nya bisa bersaing dengan film luar negeri," kata Sandiaga Uno.

Baca Juga : Andien Gandeng Tompi Garap Film Pendek Selamat Jalan Kekasihku

"Agar disituasi berat seperti ini dapat memproduksi film berkualitas yang mengangkat value keindonesiaan. Memiliki nilai-nilai persatuan dan keberagaman. Dengan kekuatan kita bersama kita akan pulih," tandas Sandiaga Uno.

Sementara itu, Eros Djarot sutradara yang memproduksi film Cut Nyak Dien menyebutkan film tersebut merupakan produksi tim bersama Masyarakat Aceh.

"Karena tanpa dukungan mereka tidak akan ada film Cut Nyak Dien Bahkan sampai 9 yang sudah almarhum. Kita panjatkan doa untuk Ibrahim Kadir penyair, Rosian Anwar, Rudi Wowor dan yang lainnya," kata Eros Djarot.

Ia mengungkapkan selama 18 bulan riset film Cut Nyak Dien ada sebanyak 120an buku yang menjadi sumber, esensi ada 7 buku, dan ada 3 buku yang wajib dibaca.

"Research paling penting dalam memproduksi film. Saya saat melempar skenario dibaca terlebih dahulu oleh 25 tokoh. Kami harap Intelektual diskursus dihidupkan kembali dalam memproduksi film sejarah dengan melibatkan masyarakat. Kami juga berharap pihak bioskop dapat memberikan porsi layarnya untuk perfilman nasional," tambah Eros Djarot.
(wur)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1940 seconds (0.1#10.140)