Seni Partisipatoris Merajut Kebersamaan di Masa Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB), Tisna Sanjaya membuat gebrakan dengan mengajak para seniman dan masyarakat agar terus berkarya di masa pandemi. Upaya ini dilakukan melalui kegiatan workshop dan melukis bersama yang berlangsung selama dua hari di Imah Budaya Cigondewah, Bandung, dan menghasilkan puluhan lukisan.
Baca juga: Tak Lagi Aktif di Layar Kaca, Ini Kesibukan Nadya Hutagalung Sekarang
"Ini merupakan seni partisipatoris dengan melibatkan masyarakat dan seniman untuk berkarya bersama. Selain membangun optimisme, juga untuk merajut ikatan sosial dan kebersamaan dengan lingkungan sekitar kita di masa yang sulit ini," kata Tisna Sanjaya, dalam keterangan resminya di Jakarta, baru-baru ini.
Dijelaskannya, dari puluhan karya yang tercipta ide besarnya bersumber dari suasana ruh, jiwa dan kondisi sosial masyarakat di masa pandemi yang sudah menerpa selama setahun lebih ini. Selain itu juga suasana Cigondewah di tengah-tengah tantangan perubahan global.
"Alhamdulillah, antusias masyarakat dan seniman sangat besar, bahkan anak-anak kita di usia dini tertarik mengikuti. Namun, jumlah peserta kami batasi agar tidak terjadi kerumunan," kata seniman yang menerima Anugerah Kebudayaan Indonesia tahun 2020 dari Kemendikbud ini.
Kegiatan yang berlangsung selama 11-12 Juni itu menghasilkan puluhan karya seni. Yakni, beberapa lukisan berukuran 50 x 60 cm yang merupakan kolaborasi anak-anak, orang tua dan tutor. Kemudian dua karya lukisan berukuran jumbo yakni 140 x 180 cm, dan juga tujuh lukisan karya dari seniman Sanggar Olah Seni.
"Total ada 25 lukisan kolaborasi. Nantinya akan kita pamerkan di Imah Budaya, juga rumah-rumah warga agar cinta dunia seni dan menggerakkan ekonomi," katanya.
Ditambahkannya, seni partisipatoris disambut antusias oleh masyarakat karena bisa berkolaborasi dengan seniman dan pegiat seni lainnya. Selain itu dengan workshop, mereka bisa belajar karena disediakan tutor, juga dapat menuangkan ide-idenya yang bermanfaat dalam bentuk karya seni yang bisa dinikmati orang lain.
"Satu kanvas dilukis dua hingga tiga anak, ada kebersamaan dan ikatan batin yang dibangun disitu. Ini penting di masa-masa seperti ini," jelasnya.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Bandung yang hadir dalam kegiatan itu turut memberikan sambutan positif. Dia berharap kegiatan semacam ini mampu membangkitkan ide-ide kreatif sehingga berdampak pada perekonomian warga sekitar.
Baca juga: Tak Lagi Aktif di Layar Kaca, Ini Kesibukan Nadya Hutagalung Sekarang
"Ini merupakan seni partisipatoris dengan melibatkan masyarakat dan seniman untuk berkarya bersama. Selain membangun optimisme, juga untuk merajut ikatan sosial dan kebersamaan dengan lingkungan sekitar kita di masa yang sulit ini," kata Tisna Sanjaya, dalam keterangan resminya di Jakarta, baru-baru ini.
Dijelaskannya, dari puluhan karya yang tercipta ide besarnya bersumber dari suasana ruh, jiwa dan kondisi sosial masyarakat di masa pandemi yang sudah menerpa selama setahun lebih ini. Selain itu juga suasana Cigondewah di tengah-tengah tantangan perubahan global.
"Alhamdulillah, antusias masyarakat dan seniman sangat besar, bahkan anak-anak kita di usia dini tertarik mengikuti. Namun, jumlah peserta kami batasi agar tidak terjadi kerumunan," kata seniman yang menerima Anugerah Kebudayaan Indonesia tahun 2020 dari Kemendikbud ini.
Kegiatan yang berlangsung selama 11-12 Juni itu menghasilkan puluhan karya seni. Yakni, beberapa lukisan berukuran 50 x 60 cm yang merupakan kolaborasi anak-anak, orang tua dan tutor. Kemudian dua karya lukisan berukuran jumbo yakni 140 x 180 cm, dan juga tujuh lukisan karya dari seniman Sanggar Olah Seni.
"Total ada 25 lukisan kolaborasi. Nantinya akan kita pamerkan di Imah Budaya, juga rumah-rumah warga agar cinta dunia seni dan menggerakkan ekonomi," katanya.
Ditambahkannya, seni partisipatoris disambut antusias oleh masyarakat karena bisa berkolaborasi dengan seniman dan pegiat seni lainnya. Selain itu dengan workshop, mereka bisa belajar karena disediakan tutor, juga dapat menuangkan ide-idenya yang bermanfaat dalam bentuk karya seni yang bisa dinikmati orang lain.
"Satu kanvas dilukis dua hingga tiga anak, ada kebersamaan dan ikatan batin yang dibangun disitu. Ini penting di masa-masa seperti ini," jelasnya.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Bandung yang hadir dalam kegiatan itu turut memberikan sambutan positif. Dia berharap kegiatan semacam ini mampu membangkitkan ide-ide kreatif sehingga berdampak pada perekonomian warga sekitar.