Gara-Gara Covid-19, 1,5 Juta Anak Jadi Yatim Piatu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menyisakan luka mendalam bagi anak-anak. Virus SARS-CoV2 sebagai biang keladi pandemi tak hanya memberi ketakutan dapat menyerang anak, tetapi anak-anak ini mesti menelan pahitnya kehidupan karena ditinggal selamanya oleh orang tua.
Baca juga: Wirda Mansur Dampingi sang Ayah yang Dirawat di RS
Ya, dalam studi terbaru yang diterbitkan di Lancet, salah satu bahaya yang paling dirasakan langsung anak-anak adalah ditinggal orang tua maupun kakek-neneknya meninggal dunia akibat Covid-19. Konsekuensi menjadi anak yatim piatu dialami banyak anak di seluruh dunia.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 4 juta kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia dan secara spesifik, setidaknya 2 juta anak mesti kehilangan orang tua maupun kakek-neneknya.
Fenomena anak-anak kehilangan orangtua serentak secara global pernah juga terjadi saat serangan Ebola dan HIV. Namun, pandemi Covid-19 benar-benar memberi duka mendalam bagi anak di seluruh dunia karena angka kematiannya cukup tinggi.
Studi yang dilaporkan di laman Scientific American itu menunjukkan bahwa setidaknya 1 dari 100 anak di Peru, 4 dari 1.000 anak di Afrika Selatan, dan 1 dari 1.000 anak di Amerika Serikat kehilangan kedua orang tuanya selama pandemi Covid-19 berlangsung sejak 2020 awal.
"Jumlah keseluruhannya cukup mengejutkan, hingga awal Juli 2021, setidaknya 1,5 juta anak kehilangan orang tua. Angkanya menjadi 2 juta jika ditambah dengan data anak-anak yang kehilangan orangtua ditambah kehilangan kakek-nenek ataupun pengasuh mereka yang tinggal bersama dalam satu rumah," terang laporan tersebut, dikutip pada Kamis (22/7).
Seiring dengan terus gugurnya orang tua di tengah pandemi Covid-19, panti asuhan di beberapa negara melaporkan kenaikan jumlah penghuni. "Angkanya meningkat 2 kali lipat secara global pada paruh pertama 2021 dibandingkan total keseluruhan 2020," tambah laporannya.
Bagaimana data studi dikumpulkan?
"Kami mengumpulkan data kematian yang dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin di 21 negara yang mencakup hampir 80 persen kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia. Kami lalu gabungkan datanya dengan data kesuburan untuk menghitung jumlah anak yang ditinggalkan," terang peneliti.
Baca juga: Ternyata Tidur Bisa Turunkan Berat Badan, Bagaimana Caranya?
"Nah, untuk menghitung berapa anak yatim piatu, kami fokus pada orang dewasa yang mungkin adalah orangtua dengan menggunakan jumlah rata-rata anak yang dimiliki seorang pria atau wanita dari berbagai usia di setiap negara. Dari data tersebut, kami coba menarik benang merah; Jika orang dewasa pada usia tertentu meninggal di negara tertentu, berapa banyak anak rata-rata tanpa orangtua?" tambahnya.
Baca juga: Wirda Mansur Dampingi sang Ayah yang Dirawat di RS
Ya, dalam studi terbaru yang diterbitkan di Lancet, salah satu bahaya yang paling dirasakan langsung anak-anak adalah ditinggal orang tua maupun kakek-neneknya meninggal dunia akibat Covid-19. Konsekuensi menjadi anak yatim piatu dialami banyak anak di seluruh dunia.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 4 juta kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia dan secara spesifik, setidaknya 2 juta anak mesti kehilangan orang tua maupun kakek-neneknya.
Fenomena anak-anak kehilangan orangtua serentak secara global pernah juga terjadi saat serangan Ebola dan HIV. Namun, pandemi Covid-19 benar-benar memberi duka mendalam bagi anak di seluruh dunia karena angka kematiannya cukup tinggi.
Studi yang dilaporkan di laman Scientific American itu menunjukkan bahwa setidaknya 1 dari 100 anak di Peru, 4 dari 1.000 anak di Afrika Selatan, dan 1 dari 1.000 anak di Amerika Serikat kehilangan kedua orang tuanya selama pandemi Covid-19 berlangsung sejak 2020 awal.
"Jumlah keseluruhannya cukup mengejutkan, hingga awal Juli 2021, setidaknya 1,5 juta anak kehilangan orang tua. Angkanya menjadi 2 juta jika ditambah dengan data anak-anak yang kehilangan orangtua ditambah kehilangan kakek-nenek ataupun pengasuh mereka yang tinggal bersama dalam satu rumah," terang laporan tersebut, dikutip pada Kamis (22/7).
Seiring dengan terus gugurnya orang tua di tengah pandemi Covid-19, panti asuhan di beberapa negara melaporkan kenaikan jumlah penghuni. "Angkanya meningkat 2 kali lipat secara global pada paruh pertama 2021 dibandingkan total keseluruhan 2020," tambah laporannya.
Bagaimana data studi dikumpulkan?
"Kami mengumpulkan data kematian yang dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin di 21 negara yang mencakup hampir 80 persen kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia. Kami lalu gabungkan datanya dengan data kesuburan untuk menghitung jumlah anak yang ditinggalkan," terang peneliti.
Baca juga: Ternyata Tidur Bisa Turunkan Berat Badan, Bagaimana Caranya?
"Nah, untuk menghitung berapa anak yatim piatu, kami fokus pada orang dewasa yang mungkin adalah orangtua dengan menggunakan jumlah rata-rata anak yang dimiliki seorang pria atau wanita dari berbagai usia di setiap negara. Dari data tersebut, kami coba menarik benang merah; Jika orang dewasa pada usia tertentu meninggal di negara tertentu, berapa banyak anak rata-rata tanpa orangtua?" tambahnya.
(nug)