WHO Desak Indonesia Tangguhkan Penggunaan Klorokuin untuk Covid-19

Kamis, 28 Mei 2020 - 14:00 WIB
loading...
WHO Desak Indonesia...
WHO mendesak Indonesia menangguhkan pengobatan terhadap Covid-19 dengan klorokuin karena masalah keamanan. / Foto: ilustrasi/TCTMD
A A A
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak Indonesia untuk menangguhkan pengobatan terhadap Covid-19 dengan klorokuin karena masalah keamanan. Indonesia merupakan salah satu penganjur terbesar dua obat malaria di dunia untuk mengobati virus corona baru penyebab pandemi Covid-19.

Setiap keputusan oleh Indonesia untuk menghentikan penggunaan obat-obatan, klorokuin dan hidroksi klorokuin, pada pasien Covid-19 akan menandai perubahan global besar dari pengobatan yang telah disebut-sebut selama berbulan-bulan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, dinilai menggunakan obat ini untuk mengobati semua pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga berat. Indonesia telah meningkatkan produksinya sejak Maret dengan memberikan dua lusin lisensi kepada produsen lokal yang telah menghasilkan jutaan dosis.

Seperti dilaporkan Reuters, sumber anonim mengatakan bahwa WHO telah mengirim pemberitahuan kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menyarankan agar penggunaan obat-obatan tersebut harus ditangguhkan.

Erlina Burhan, seorang dokter yang membantu menyusun pedoman pengobatan virus corona baru sekaligus anggota dari Asosiasi Pulmonolog Indonesia, mengonfirmasi bahwa asosiasi tersebut juga telah menerima saran baru dari WHO untuk menangguhkan penggunaan obat-obatan.

"Kami membahas masalah itu dan masih ada beberapa perselisihan. Kami belum memiliki kesimpulan," kata Erlina kepada Reuters.

Sementara itu, juru bicara untuk misi WHO di Indonesia belum memberikan pernyataan resminya. Sedangkan, Kemenkes RI, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan juru bicara gugus tugas Covid-19 Indonesia belum dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Pekan lalu, jurnal medis Lancet menerbitkan studi paling komprehensif mengenai obat-obatan. Di mana disebutkan bahwa pasien virus corona baru yang meresepkan obat ini lebih cenderung mengalami gangguan irama jantung dan lebih mungkin untuk meninggal.

Pada hari Senin, WHO mengumumkan penangguhan penggunaan hydroxychloroquine untuk pasien Covid-19 dalam uji klinis global. Organisasi tersebut menyarankan agar tidak menggunakan obat malaria untuk virus corona baru di luar uji coba tersebut.

Menurut sebuah laporan dari Kemenkes yang disiapkan untuk parlemen, perusahaan-perusahaan Indonesia sedang dalam proses untuk menghasilkan 15,4 juta dosis dari dua obat antara April dan Mei.

Lembaga makanan dan obat-obatan Indonesia sendiri menerbitkan Covid-19 informatorium yang mencakup pedoman dosis terperinci untuk penggunaan obat untuk pasien virus corona baru remaja dan dewasa yang menderita gejala sedang hingga berat.

Pedoman yang mencakup peringatan tentang potensi komplikasi jantung, merekomendasikan obat digunakan bersama dengan azitromisin antibiotik, kombinasi beberapa studi menunjukkan meningkatkan risiko gangguan irama jantung.

Di sisi lain, Erlina mengatakan, klorokuin dan azitromisin telah digunakan secara rutin. Awal bulan ini, dia mengatakan kepada Reuters bahwa sulit untuk mengatakan jika klorokuin meningkatkan tingkat kematian pasien virus corona baru, karena tautan apa pun belum diteliti.

Stephen Nissen, seorang ahli jantung dan kepala akademik dari Miller Family Heart, Vascular & Thoracic Institute di Klinik Cleveland mengaku terkejut pihak berwenang Indonesia pernah merekomendasikan penggunaan obat-obatan ini secara luas.

"Kita tahu obat-obat ini menghasilkan efek samping kardiovaskular yang jarang, tetapi sangat serius dan berpotensi mematikan, yang merupakan gangguan irama jantung yang sangat sulit diobati. Jadi ide memberi mereka secara rutin berdasarkan bukti manfaat terkecil tidak masuk akal sama sekali," ujar Nissen.

Jane Quinn, seorang peneliti farmakologi di Universitas Charles Sturt Australia, menjelaskan bahwa obat anti-malaria bisa lebih berbahaya bagi orang Indonesia daripada kelompok lain. Hal ini dikarenakan profil enzim dari populasi Indonesia.

"Bukti dari melihat enzim-enzim tersebut secara global adalah bahwa populasi di Indonesia sebenarnya jauh kurang efektif dalam memecah klorokuin dan hidroksi klorokuin. Ini dapat membuat obat-obatan tersebut kurang efektif dan lebih beracun," ungkap Quinn.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1698 seconds (0.1#10.140)