Kena Diabetes Setelah Sembuh Covid-19, Ini Penjelasan Dokter
loading...
![Kena Diabetes Setelah...](https://pict.sindonews.net/dyn/732/pena/news/2021/08/12/155/508784/kena-diabetes-setelah-sembuh-covid19-ini-penjelasan-dokter-bro.jpeg)
Kena Diabetes Setelah Sembuh dari Covid-19, Ini Penjelasan Dokter. foto/Ali Masduki
A
A
A
JAKARTA - India melaporkan ada peningkatan kasus Diabetes di negaranya pada kelompok pasien Covid-19 yang berhasil sembuh. Salah satu dugaan penyebabnya ialah penggunaan obat steroid yang diberikan saat pengobatan Covid-19.
Informasi ini menjadi kekhawatiran beberapa orang, terlebih pasien Covid-19 yang mendapat resep dokter obat steroid dalam proses penyembuhan penyakitnya. Tapi, apakah dugaan itu benar?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi, Metabolisme, dan Diabetes, Dr. dr. Wismandari Wisnu, SpPD-KEMD, menerangkan bahwa itu sesuatu yang keliru.
"Penggunaan steroid pada proses penyembuhan pasien Covid-19 memang meningkatkan kadar gula, tapi ketika obat steroid disetop karena Covid-19 sudah sembuh, ya, gulanya normal lagi," terangnya dalam webinar kesehatan, Kamis (12/8/2021).
"Jadi, jangan kemudian beranggapan bahwa sakit Covid-19 akan membuat seseorang mengalami Diabetes, itu tidak benar," tambahnya.
Dokter Wisma yang merupakan Ketua Jakarta Diabetes Meeting 2021 itu pun menerangkan bahwa pada kebanyakan kasus pasien Covid-19 itu tidak mengetahui kalau dirinya memiliki masalah Diabetes atau setidaknya dia memiliki pre-Diabetes. "Baru ketahuan setelah pemeriksaan lengkap saat dirawat di rumah sakit misalnya," katanya.
Hal ini sesuai dengan tren yang ada di masyarakat Indonesia bahwa 2 per 3 hingga 3 per 4 orang Indonesia itu ternyata tidak tahu kalau dirinya berisiko Diabetes atau bahkan memiliki masalah Diabetes. Karena ketidaktahuan tersebut, membuat anggapan orang yang Covid-19 bakal alami Diabetes.
"Padahal, Diabetes sudah ada sebelum terinfeksi Covid-19, tapi baru terdeteksi saat si pasien terinfeksi Covid-19," ujarnya.
Selain karena masalah itu, secara medis, sambung dr Wisma, saat seseorang mengalami masalah infeksi kesehatan yang serius, seperti Covid-19, tubuh secara otomatis mengaktifkan beberapa hormon yang mana hormon tersebut meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.
"Covid-19 itu membuat stress pada badan dan sebagai kompensasi, tubuh menaikkan hormon seperti kortisol, dan ini bikin gula darah naik," katanya.
Jadi, secara alamiah, saat tubuh mengalami infeksi parah, hormon-hormon yang meningkat itu menaikkan juga kadar gula dalam darah. Sebagai bentuk pertahanan tubuh agar badan tidak semakin rusak.
Lebih lanjut, Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD-KEMD, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang juga ketua divisi Endokrin, Metabolik, dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM, menambahkan bahwa beberapa data di UK dan Prancis menunjukkan reseptor ACE 2 Covid-19 itu ditemukan tak hanya di paru-paru tetapi di pankreas.
"Jadi ada dugaan, perlu pembuktian dengan autopsi jenazah pasien Covid-19, bahwa pankreasnya juga rusak setelah seseorang menderita Covid-19," katanya.
"Ini dibuktikan juga bahwa pasien Covid-19 membutuhkan insulin yang jauh lebih tinggi misal 25 unit per jam bahkan 50 unit per jam. Jadi, para peneliti ini menduga bahwa Covid-19 bisa merusak pankreasnya," tambah dr TJ, sapaan akrabnya.
Informasi ini menjadi kekhawatiran beberapa orang, terlebih pasien Covid-19 yang mendapat resep dokter obat steroid dalam proses penyembuhan penyakitnya. Tapi, apakah dugaan itu benar?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi, Metabolisme, dan Diabetes, Dr. dr. Wismandari Wisnu, SpPD-KEMD, menerangkan bahwa itu sesuatu yang keliru.
"Penggunaan steroid pada proses penyembuhan pasien Covid-19 memang meningkatkan kadar gula, tapi ketika obat steroid disetop karena Covid-19 sudah sembuh, ya, gulanya normal lagi," terangnya dalam webinar kesehatan, Kamis (12/8/2021).
"Jadi, jangan kemudian beranggapan bahwa sakit Covid-19 akan membuat seseorang mengalami Diabetes, itu tidak benar," tambahnya.
Dokter Wisma yang merupakan Ketua Jakarta Diabetes Meeting 2021 itu pun menerangkan bahwa pada kebanyakan kasus pasien Covid-19 itu tidak mengetahui kalau dirinya memiliki masalah Diabetes atau setidaknya dia memiliki pre-Diabetes. "Baru ketahuan setelah pemeriksaan lengkap saat dirawat di rumah sakit misalnya," katanya.
Hal ini sesuai dengan tren yang ada di masyarakat Indonesia bahwa 2 per 3 hingga 3 per 4 orang Indonesia itu ternyata tidak tahu kalau dirinya berisiko Diabetes atau bahkan memiliki masalah Diabetes. Karena ketidaktahuan tersebut, membuat anggapan orang yang Covid-19 bakal alami Diabetes.
"Padahal, Diabetes sudah ada sebelum terinfeksi Covid-19, tapi baru terdeteksi saat si pasien terinfeksi Covid-19," ujarnya.
Selain karena masalah itu, secara medis, sambung dr Wisma, saat seseorang mengalami masalah infeksi kesehatan yang serius, seperti Covid-19, tubuh secara otomatis mengaktifkan beberapa hormon yang mana hormon tersebut meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.
"Covid-19 itu membuat stress pada badan dan sebagai kompensasi, tubuh menaikkan hormon seperti kortisol, dan ini bikin gula darah naik," katanya.
Jadi, secara alamiah, saat tubuh mengalami infeksi parah, hormon-hormon yang meningkat itu menaikkan juga kadar gula dalam darah. Sebagai bentuk pertahanan tubuh agar badan tidak semakin rusak.
Lebih lanjut, Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD-KEMD, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang juga ketua divisi Endokrin, Metabolik, dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM, menambahkan bahwa beberapa data di UK dan Prancis menunjukkan reseptor ACE 2 Covid-19 itu ditemukan tak hanya di paru-paru tetapi di pankreas.
"Jadi ada dugaan, perlu pembuktian dengan autopsi jenazah pasien Covid-19, bahwa pankreasnya juga rusak setelah seseorang menderita Covid-19," katanya.
"Ini dibuktikan juga bahwa pasien Covid-19 membutuhkan insulin yang jauh lebih tinggi misal 25 unit per jam bahkan 50 unit per jam. Jadi, para peneliti ini menduga bahwa Covid-19 bisa merusak pankreasnya," tambah dr TJ, sapaan akrabnya.
(hri)