Kopi Robusta Pangandaran Makin Dicari, Ini Rahasia Kenikmatannya
loading...
A
A
A
PANGANDARAN - Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Jawa Barat. Selain pesona alamnya, kopi adalah potensi besar yang dimiliki Hawai van Jabar ini.
Kenikmatan kopi robusta yang dihasilkan Pangandaran sudah dikenal luas. Para petani memilih robusta karena perawatannya yang relatif mudah dan lebih tahan serangan hama. Pun, rasa kopinya sangat kuat dengan kandungan kafein yang kebih banyak ketimbang jenis kopi lain.
Lalu apa yang membuat kopi Pangandaran punya rasa istimewa? Ternyata, para petani di Pangandaran punya rahasia untuk mempertahankan cita rasa kopi khasnya, yaitu proses penjemuran.
(Baca: Pebisnis Kopi Mulai Lirik Jualan Online di Tengah Pandemi Covid-19)
Tempat penjemuran kopi green house. Foto: SINDOnews/Syamsul Ma'arif
Agar kopi cita rasa yang maksimal pengolahan kopi tidak asal-asalan. Untuk penjemuran, para petani di Pangandaran menggunakan metode green house. Selain lebih higienis, penjemuran green house lebih optimal menghasilkan rasa yang kopi kuat.
Pada prinsipnya, green house adalah cara”menjebak” sinar matahari dengan dinding-dinding kaca atau bahan transparan agar panas lebih merata dan optimal mengurangi kadar air.
Gugi Samugya, salah satu petani kopi Pangandaran mengungkapkan, semula dia menjemur kopi dengan cara tradisional lama, yaitu meletakkan kopi yang telah dipanen di atas tanah. Alasnya tikar atau terpal.
"Namun cara penjemuran di atas tanah atau terpal menghasilkan rasa kopi yang kurang maksimal saat diseduh," kata Gugi.
Menurut dia, ada bau tanah atau terpal yang tertinggal pada biji kopi yang dijemur. Alhasil, aroma kopi yang diseduh bercampur bau plastik atau apek.
"Karena rasanya kurang nikmat akhirnya kami beralih ke cara penjemuran menggunakan green house atau rumah jemur berbahan plastik," tambahnya.
(Baca: Teh dan Kopi Indonesia Makin Diminati Pasar Thailand)
Penjemuran menggunakan green house memerlukan waktu selama 14 hari dengan penyusutan dari 1 kilogram kopi basah menjadi 3 ons kopi kering. "Ukuran green house 6 meter x 12 meter, mampu menampung 5 kuintal biji kopi," terang Gugi.
Gugi memiliki lahan seluas 35 hektare kebun kopi robusta dengan lokasi tanam di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Sekali panen, lahan seluas itu menghasilkan 60 ton kopi. Hasil panennya telah menembus sejumlah kedai kopi di Pangandaran.
Begitulah, Pangandaran telah berkontribusi meramaikan bisnis kopi . Harga kopi robusta jenis asalan yang diproduksi Gugi mencapai Rp18 ribu per kilogram. Sementara kopi super harganya di kisaran Rp45 ribu per kilogram. Menurut Gugi harga kopi relatif stabil di masa pandemi.
"Sejak cara jemur kopi dengan cara green house rasa kopi kami memiliki nilai tambah dari konsumen," kata Gugi.
Lihat Juga: Mandiri Presents Jakarta Coffee Week 2024, Semangat Selebrasi Kemajuan Kultur Kopi Indonesia
Kenikmatan kopi robusta yang dihasilkan Pangandaran sudah dikenal luas. Para petani memilih robusta karena perawatannya yang relatif mudah dan lebih tahan serangan hama. Pun, rasa kopinya sangat kuat dengan kandungan kafein yang kebih banyak ketimbang jenis kopi lain.
Lalu apa yang membuat kopi Pangandaran punya rasa istimewa? Ternyata, para petani di Pangandaran punya rahasia untuk mempertahankan cita rasa kopi khasnya, yaitu proses penjemuran.
(Baca: Pebisnis Kopi Mulai Lirik Jualan Online di Tengah Pandemi Covid-19)
Tempat penjemuran kopi green house. Foto: SINDOnews/Syamsul Ma'arif
Agar kopi cita rasa yang maksimal pengolahan kopi tidak asal-asalan. Untuk penjemuran, para petani di Pangandaran menggunakan metode green house. Selain lebih higienis, penjemuran green house lebih optimal menghasilkan rasa yang kopi kuat.
Pada prinsipnya, green house adalah cara”menjebak” sinar matahari dengan dinding-dinding kaca atau bahan transparan agar panas lebih merata dan optimal mengurangi kadar air.
Gugi Samugya, salah satu petani kopi Pangandaran mengungkapkan, semula dia menjemur kopi dengan cara tradisional lama, yaitu meletakkan kopi yang telah dipanen di atas tanah. Alasnya tikar atau terpal.
"Namun cara penjemuran di atas tanah atau terpal menghasilkan rasa kopi yang kurang maksimal saat diseduh," kata Gugi.
Menurut dia, ada bau tanah atau terpal yang tertinggal pada biji kopi yang dijemur. Alhasil, aroma kopi yang diseduh bercampur bau plastik atau apek.
"Karena rasanya kurang nikmat akhirnya kami beralih ke cara penjemuran menggunakan green house atau rumah jemur berbahan plastik," tambahnya.
(Baca: Teh dan Kopi Indonesia Makin Diminati Pasar Thailand)
Penjemuran menggunakan green house memerlukan waktu selama 14 hari dengan penyusutan dari 1 kilogram kopi basah menjadi 3 ons kopi kering. "Ukuran green house 6 meter x 12 meter, mampu menampung 5 kuintal biji kopi," terang Gugi.
Gugi memiliki lahan seluas 35 hektare kebun kopi robusta dengan lokasi tanam di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Sekali panen, lahan seluas itu menghasilkan 60 ton kopi. Hasil panennya telah menembus sejumlah kedai kopi di Pangandaran.
Begitulah, Pangandaran telah berkontribusi meramaikan bisnis kopi . Harga kopi robusta jenis asalan yang diproduksi Gugi mencapai Rp18 ribu per kilogram. Sementara kopi super harganya di kisaran Rp45 ribu per kilogram. Menurut Gugi harga kopi relatif stabil di masa pandemi.
"Sejak cara jemur kopi dengan cara green house rasa kopi kami memiliki nilai tambah dari konsumen," kata Gugi.
Lihat Juga: Mandiri Presents Jakarta Coffee Week 2024, Semangat Selebrasi Kemajuan Kultur Kopi Indonesia
(muh)