Aspirin Berpotensi Jadi Obat Kanker Payudara, Peneliti Lakukan Uji Coba
loading...
A
A
A
JAKARTA - Obat aspirin berpotensi menjadi obat penyakit kanker payudara . Saat ini parapenelititengah melakukan uji coba obat generik penghilang rasa sakit tersebut.
Dilansir dari Daily Mail, Sabtu (21/8) saat ini diketahui para ilmuwan sudah memulai uji coba klinis untuk melihat apakah aspirin bisa digunakan sebagai salah satu pengobatan untuk meningkatkan peluang hidup para wanita yang terkena penyakit agresif seperti kanker payudara triple negative.
Kanker payudara triple negative adalah bentuk penyakit yang tidak memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron, atau protein HER2. Membuat jenis penyakit yang cenderung menyerang perempuan berusia di bawah 40 tahun dan perempuan berkulit hitam ini, jadi lebih sulit untuk diobati karena tumor tidak merespons terapi hormonal atau protein HER2 tersebut.
Tak hanya itu, kanker payudara triple negative membentuk sekitar 10 hingga 20% dari semua bentuk penyakit dan cenderung lebih agresif daripada tumor payudara lainnya, pada pasien memiliki prognosis yang lebih buruk.
Uji coba klinis ini diketahui sebagai uji coba yang pertama untuk menguji apakah obat dapat membuat tumor sensitif terhadap imunoterapi. Hasil yang sukses nantinya, bisa mengarah pada uji klinis lebih lanjut dari obat aspirin dan avelumab. Para peneliti berharap obat penghilang rasa sakit yang murah dan tersedia secara luas akan menyelamatkan nyawa bila dikombinasikan dengan pengobatan standar.
Dalam peninjauan sebelumnya terhadap 118 penelitian yang mencakup 18 jenis kanker berbeda, didapati bahwa pasien yang mengonsumsi aspirin karena alasan kesehatan lainnya memiliki kemungkinan 20% lebih besar untuk bertahan hidup.
Selain itu, eksperimen laboratorium juga menemukan bahwa dengan memasangkan imunoterapi dengan aspirin membantu mengendalikan pertumbuhan tumor pada tikus jadi lebih berhasil daripada hanya menggunakan imunoterapi.
Dokter Anne Armstrong, dari Christie NHS Foundation Trust akan menguji coba obat imunoterapi avelumab dengan dan tanpa aspirin sebelum pasien menjalani operasi dan kemoterapi.
Jika hasilnya positif, dari sini dapat mengarah pada uji coba lebih lanjut pada wanita dengan kanker payudara triple negative sekunder yang tidak dapat disembuhkan, yang berarti sel kanker yang dimulai di payudara telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Dokter Anne menyebutkan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya, memperlihatkan bahwa aspirin bisa membuat beberapa jenis imunoterapi lebih efektif dengan mencegah kanker membuat zat yang melemahkan respon imun.
“Obat anti-inflamasi seperti aspirin dapat memegang kunci untuk meningkatkan efektivitas imunoterapi bila digunakan pada waktu yang sama. Menguji coba penggunaan obat seperti aspirin sangat menarik karena tersedia secara luas dan murah untuk diproduksi,” jelas Dr. Anne.
Ia berharap uji coba ini bisa menunjukkan hasil yang baik dan bermanfaat bagi penanganan pasien pengidap kanker payudara triple negative.
“Kami berharap percobaan kami akan menunjukkan bahwa, ketika dikombinasikan dengan imunoterapi, aspirin bisa meningkatkan efeknya. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan cara baru yang aman untuk mengobati kanker payudara,” kata Dr. Anne.
Dilansir dari Daily Mail, Sabtu (21/8) saat ini diketahui para ilmuwan sudah memulai uji coba klinis untuk melihat apakah aspirin bisa digunakan sebagai salah satu pengobatan untuk meningkatkan peluang hidup para wanita yang terkena penyakit agresif seperti kanker payudara triple negative.
Kanker payudara triple negative adalah bentuk penyakit yang tidak memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron, atau protein HER2. Membuat jenis penyakit yang cenderung menyerang perempuan berusia di bawah 40 tahun dan perempuan berkulit hitam ini, jadi lebih sulit untuk diobati karena tumor tidak merespons terapi hormonal atau protein HER2 tersebut.
Tak hanya itu, kanker payudara triple negative membentuk sekitar 10 hingga 20% dari semua bentuk penyakit dan cenderung lebih agresif daripada tumor payudara lainnya, pada pasien memiliki prognosis yang lebih buruk.
Uji coba klinis ini diketahui sebagai uji coba yang pertama untuk menguji apakah obat dapat membuat tumor sensitif terhadap imunoterapi. Hasil yang sukses nantinya, bisa mengarah pada uji klinis lebih lanjut dari obat aspirin dan avelumab. Para peneliti berharap obat penghilang rasa sakit yang murah dan tersedia secara luas akan menyelamatkan nyawa bila dikombinasikan dengan pengobatan standar.
Dalam peninjauan sebelumnya terhadap 118 penelitian yang mencakup 18 jenis kanker berbeda, didapati bahwa pasien yang mengonsumsi aspirin karena alasan kesehatan lainnya memiliki kemungkinan 20% lebih besar untuk bertahan hidup.
Selain itu, eksperimen laboratorium juga menemukan bahwa dengan memasangkan imunoterapi dengan aspirin membantu mengendalikan pertumbuhan tumor pada tikus jadi lebih berhasil daripada hanya menggunakan imunoterapi.
Dokter Anne Armstrong, dari Christie NHS Foundation Trust akan menguji coba obat imunoterapi avelumab dengan dan tanpa aspirin sebelum pasien menjalani operasi dan kemoterapi.
Jika hasilnya positif, dari sini dapat mengarah pada uji coba lebih lanjut pada wanita dengan kanker payudara triple negative sekunder yang tidak dapat disembuhkan, yang berarti sel kanker yang dimulai di payudara telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Dokter Anne menyebutkan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya, memperlihatkan bahwa aspirin bisa membuat beberapa jenis imunoterapi lebih efektif dengan mencegah kanker membuat zat yang melemahkan respon imun.
“Obat anti-inflamasi seperti aspirin dapat memegang kunci untuk meningkatkan efektivitas imunoterapi bila digunakan pada waktu yang sama. Menguji coba penggunaan obat seperti aspirin sangat menarik karena tersedia secara luas dan murah untuk diproduksi,” jelas Dr. Anne.
Ia berharap uji coba ini bisa menunjukkan hasil yang baik dan bermanfaat bagi penanganan pasien pengidap kanker payudara triple negative.
“Kami berharap percobaan kami akan menunjukkan bahwa, ketika dikombinasikan dengan imunoterapi, aspirin bisa meningkatkan efeknya. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan cara baru yang aman untuk mengobati kanker payudara,” kata Dr. Anne.
(dra)