Benarkah Air Ajaib di Banyuwangi Bisa Sembuhkan Covid-19? Ini Faktanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Belum lama ini beredar informasi di media sosial terkait dengan adanya air ajaib yang muncul di Banyuwangi. Air tersebut konon bisa menyembuhkan seseorang dari Covid-19 , sehingga membuat warga ramai-ramai meminumnya.
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i, menjelaskan melalui akun Instagram pribadinya @dr.fajriaddai bahwa tidak ada air ajaib yang dapat menyembuhkan orang dari Covid-19.
"Suatu obat harus terbukti efektif dan aman untuk manusia dan melalui serangkaian penelitian, bukan sebatas dari testimoni semata," terang dr. Fajri dalam unggahannya.
Lantas benarkah air putih diolah khusus untuk menyembuhkan batuk, sesak nafas akibat Covid-19, dan membuat hasil PCR cepat negatif?
Menurut dr. Fajri, sesuatu baru dinyatakan sebagai obat dari suatu penyakit apabila telah lolos dari serangkaian tahapan penelitian dan uji coba. Suatu obat harus terbukti efektif dan aman untuk manusia dan bukan sebatas dari testimoni semata.
"Testimoni sifatnya sangat subjektif karena kesembuhan atau perbaikan klinisnya tidak diukur secara objektif dan banyak faktor bias," tuntasnya.
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i, menjelaskan melalui akun Instagram pribadinya @dr.fajriaddai bahwa tidak ada air ajaib yang dapat menyembuhkan orang dari Covid-19.
"Suatu obat harus terbukti efektif dan aman untuk manusia dan melalui serangkaian penelitian, bukan sebatas dari testimoni semata," terang dr. Fajri dalam unggahannya.
Lantas benarkah air putih diolah khusus untuk menyembuhkan batuk, sesak nafas akibat Covid-19, dan membuat hasil PCR cepat negatif?
Menurut dr. Fajri, sesuatu baru dinyatakan sebagai obat dari suatu penyakit apabila telah lolos dari serangkaian tahapan penelitian dan uji coba. Suatu obat harus terbukti efektif dan aman untuk manusia dan bukan sebatas dari testimoni semata.
"Testimoni sifatnya sangat subjektif karena kesembuhan atau perbaikan klinisnya tidak diukur secara objektif dan banyak faktor bias," tuntasnya.
(hri)