Serangan Jantung Banyak Dialami Anak Muda, Ini Penyebabnya

Rabu, 08 September 2021 - 16:59 WIB
loading...
Serangan Jantung Banyak Dialami Anak Muda, Ini Penyebabnya
Serangan jantung yang kerap dikaitkan dengan masalah orangtua kini menyerang anak muda juga. Foto Ilustrasi/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Serangan jantung yang kerap dikaitkan dengan masalah orangtua kini tak pandang bulu menyerang anak muda juga. Ya, masalah kardiovaskular mulai menjadi masalah serius bagi kaum muda.

"Serangan jantung atau infark miokard mengacu pada penyumbatan atau gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri. Karena adanya sumbatan, aliran darah jadi terhalang dan jantung pun tak mendapatkan suplai darah yang cukup," kata dr Sudhir Pillai, Konsultan Kardiologi RS Hinduja, Mahim, Mumbai, India, dikutip Rabu (8/9/2021).



Ia melanjutkan, jika aliran darah ke jantung tersumbat secara tiba-tiba akibat pembentukan plak, hasil dari timbunan lemak, termasuk kolesterol , arteri koroner dapat menyempit yang pada akhirnya menyebabkan serangan jantung.

"Serangan jantung dapat sangat berakibat fatal, oleh karena itu jika terjadi diperlukan perawatan medis yang tepat dan sesegera mungkin," tambahnya.

Lantas, mengapa anak muda sekarang banyak yang mengalami serangan jantung? Benarkah faktor utamanya adalah gaya hidup?

Perlu diketahui sebelumnya bahwa penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit yang terjadi di jantung, sudah ada sejak dulu kala. Ini bukan sesuatu yang baru, namun terus berevolusi dan salah satu perubahan yang terjadi adalah sasaran penyakit.

Dulu penyakit ini menyasar lansia, tetap kini anak muda. Meskipun tidak ada usia pasti berapa rentang umur kelompok berisiko tinggi serangan jantung.

Soal penyebab, beberapa ahli mengatakan serangan jantung di usia muda berkaitan dengan multifaktor, mulai gaya hidup, apa yang dikonsumsi setiap hari, rutinitas olahraga, dan bagaimana Anda mengelola stres menjadi pemantik dari serangan jantung tersebut.

Alasan utama, menurut dr Vanita Arora, Konsultan Senior sekaligus Ahli Elektrofisiologi Jantung dan Ahli Jantung Intervensi dari RS Apollo New Delhi, ialah anak muda saat ini tidak secara rutin memeriksakan jantungnya.

"Jadi, orang-orang mulai rajin berolahraga tapi mereka tidak melakukan pre-cardiac untuk menentukan olahraga yang pas dengan kondisi tubuh seperti apa. Alhasil, mereka berolahraga di gym, angkat beban, tapi tidak memerhatikan bagaimana kesehatan jantungnya," terang Arora.



Buruknya lagi, sudah mereka olahraga tanpa ada ahli kesehatan yang mendampingi, tak sedikit yang menambahkan suplemen yang tidak baik dan dipergunakan dengan tidak bijak. Kesemuanya itu menyebabkan jantung jadi tidak sehat. "Salah satu dampaknya bisa aritmia," tambah Arora.

Pillai menambahkan, "Ketika seseorang berusia 20 tahunan katakan begitu, mereka latihan ekstra keras, mereka perlahan-lahan mengembangkan penyumbatan yang dapat diabaikan karena peningkatan kolesterol atau faktor genetik lain."

Namun, sambungnya, ketika orang tersebut menghadapi stres akut, mengalami aktivitas fisik yang signifikan tanpa persiapan atau stres biologis seperti infeksi, pengerahan tenaga yang ekstra pada jantung menyebabkan gumpalan terbentuk di dekat penyumbatan yang sudah ada, dan akhirnya bisa serangan jantung.

Upaya Memperbaiki Kualitas Hidup

Menjadi pertanyaan sekarang, apakah konsumsi makanan yang sehat dan olahraga yang benar akan menurunkan risiko serangan jantung di atas?

Dikatakan pada laman Times of India bahwa tidak ada keraguan bahwa gaya hidup yang sehat dapat menurunkan risiko seseorang mengalami penyakit kardiovaskular. Bahkan, menurunkan risiko penyakit kronis lain seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan hiperglikemia.



Olahraga rutin dan diet yang bergizi seimbang tentu memainkan peran yang penting dalam mencegah penyakit. Namun, jika Anda sudah memiliki faktor genetik, bawaan penyakit yang lebih sering diturunkan dari pihak ayah, maka perlu ekstra pencegahan dan intervensi.

"Ketika faktor genetik bermain, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit kardiovaskular sepenuhnya, tetapi faktor risiko dari penyakit ini dapat dikurangi," tambah Pillai.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2478 seconds (0.1#10.140)