Kampanye Kita Manusia, Seruan Peduli pada ODGJ
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan pada 2018 mencatat, 9,8% dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12.382 orang dengan gangguan jiwa (ODJG) hidup dalam pemasungan dan hanya 38,14% yang sudah menerima perawatan.
ODJG adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia.
Maka, penanganan ODGJ tak boleh dikesampingkan dan harus menjadi perhatian kita bersama. Melalui kampanye Kita Manusia, platform sosial Menjadi Manusia bersama Kita Bisa, Karin Novilda, Ariel Tatum, dr. Jiemi Ardian, Avianti Armand, Ubah Stigma, TeamUp, Infia, dan Marsan Susanto mengajak masyarakat untuk bergandengan tangan menyediakan fasilitas kesehatan memadai bagi para penderita gangguan jiwa akut di Indonesia.
Kita Manusia adalah kampanye dengan misi mengedukasi masyarakat soal minimnya penanganan ODGJ di Indonesia sekaligus untuk menggalang donasi dalam rangka membangun infrastruktur kesehatan yang lebih layak buat mereka.
“Kami percaya, semua ODGJ berhak pulih. ODGJ yang tidak tertangani sekarang juga manusia seperti kita. Namun sayang, karena stigma yang kuat dan minimnya infrastruktur kesehatan, banyak dari mereka tidak mendapatkan treatment yang tepat," kata Pendiri Menjadi Manusia Rhaka Ghanisatria dalam konferensi pers virtual, Jumat (10/9/2021).
Keluarga yang punya anggota dengan gangguan jiwa, banyak yang tidak memiliki pengetahuan memadai terkait cara penanganan dan perawatan mereka, terlebih yang tinggal di pedesaan. Selain itu, biaya penanganan ODGJ akut tidak kecil jumlahnya. ODGJ akut ini membutuhkan supervisi dari tenaga kesehatan.
Minimnya jumlah rumah sakit di Indonesia membuat banyak ODGJ akut tidak tertolong. Mereka tak mendapatkan hak sebagai warga negara, sulit memperoleh akses kesehatan, serta tidak diterima masyarakat walaupun sudah kembali produktif. Pada kebanyakan kasus, mereka berakhir dengan pemasungan.
Penyediaan infrastruktur kesehatan yang layak bagi ODGJ dinilai sangat perlu. Maka itu, Kita Manusia ingin merenovasi panti rehabilitasi yang sudah kelebihan kapasitas.
"Sebagai sesama, Menjadi Manusia merasa terpanggil untuk bahu-membahu menolong ODGJ yang terlantar dan membutuhkan bantuan. Salah satu ikhtiar kita merangkul mereka adalah melalui kegiatan Kita Manusia ini,” ujar Rhaka yang bersama rekannya, Adam Alfares Abednego dan Levina Purnamadewi, menggagas pendirian Menjadi Manusia.
ODJG adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia.
Maka, penanganan ODGJ tak boleh dikesampingkan dan harus menjadi perhatian kita bersama. Melalui kampanye Kita Manusia, platform sosial Menjadi Manusia bersama Kita Bisa, Karin Novilda, Ariel Tatum, dr. Jiemi Ardian, Avianti Armand, Ubah Stigma, TeamUp, Infia, dan Marsan Susanto mengajak masyarakat untuk bergandengan tangan menyediakan fasilitas kesehatan memadai bagi para penderita gangguan jiwa akut di Indonesia.
Kita Manusia adalah kampanye dengan misi mengedukasi masyarakat soal minimnya penanganan ODGJ di Indonesia sekaligus untuk menggalang donasi dalam rangka membangun infrastruktur kesehatan yang lebih layak buat mereka.
“Kami percaya, semua ODGJ berhak pulih. ODGJ yang tidak tertangani sekarang juga manusia seperti kita. Namun sayang, karena stigma yang kuat dan minimnya infrastruktur kesehatan, banyak dari mereka tidak mendapatkan treatment yang tepat," kata Pendiri Menjadi Manusia Rhaka Ghanisatria dalam konferensi pers virtual, Jumat (10/9/2021).
Keluarga yang punya anggota dengan gangguan jiwa, banyak yang tidak memiliki pengetahuan memadai terkait cara penanganan dan perawatan mereka, terlebih yang tinggal di pedesaan. Selain itu, biaya penanganan ODGJ akut tidak kecil jumlahnya. ODGJ akut ini membutuhkan supervisi dari tenaga kesehatan.
Minimnya jumlah rumah sakit di Indonesia membuat banyak ODGJ akut tidak tertolong. Mereka tak mendapatkan hak sebagai warga negara, sulit memperoleh akses kesehatan, serta tidak diterima masyarakat walaupun sudah kembali produktif. Pada kebanyakan kasus, mereka berakhir dengan pemasungan.
Penyediaan infrastruktur kesehatan yang layak bagi ODGJ dinilai sangat perlu. Maka itu, Kita Manusia ingin merenovasi panti rehabilitasi yang sudah kelebihan kapasitas.
"Sebagai sesama, Menjadi Manusia merasa terpanggil untuk bahu-membahu menolong ODGJ yang terlantar dan membutuhkan bantuan. Salah satu ikhtiar kita merangkul mereka adalah melalui kegiatan Kita Manusia ini,” ujar Rhaka yang bersama rekannya, Adam Alfares Abednego dan Levina Purnamadewi, menggagas pendirian Menjadi Manusia.