Atasi Tantangan Disrupsi Media, Prabu Revolusi Tawarkan Rumus Pentahelix
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kehidupan manusia di era serba digital seperti saat ini banyak bergantung pada dua hal, yakni internet dan teknologi .
Dalam rangka pemenuhan informasi, peran media terlebih media digital tentu sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karenanya, sudah selayaknya negara hadir untuk menjamin optimalisasi fungsi penyiaran pada media digital .
Demikian sebagaimana diungkapkan Prabu Revolusi, seorang praktisi sekaligus akademisi dunia penyiaran yang kini menjabat sebagai News Director Deputy MNC Media.
"Harus ada keberpihakan dari negara agar kualitas informasi yang diberikan media semakin baik," ungkapnya saat memberikan pemaparan materi dalam acara Konferensi Penyiaran Indonesia 2021, Rabu, 15 September 2021.
Baca juga: Kocak, Pemeran Karakter Amanah Wali 5 Selalu Mengocok Perut
Dia kemudian memberikan contoh dari pemerintah di 2 negara yang membuat suatu kebijakan yang mendukung para pelaku usaha dan lembaga penyiaran serta media digital untuk semakin berkembang yakni Australia dan China.
Pemerintah Australia misalnya, yang mendorong para perusahaan raksasa dibidang teknologi digital seperti Google, Facebook dan sebagainya agar memberikan 'upah' yang sangat layak kepada portal berita online atas kegiatan jurnalistik yang dilakukan. Hal ini karena pemangku kebijakan di Negeri Kanguru tersebut menyadari betul bahwa media adalah pilar penting dalam kehidupan demokrasi.
Contoh lain adalah China. Walaupun kebebasan berekspresi adalah hal yang tabu di Negara Komunis tersebut, namun pemerintah China justru membuat aplikasi digital bernama 'Toutiao' yang menjadi wadah khusus bagi orang-orang di Negeri Tirai Bambu tersebut dalam mengakses berita.
Baca juga: Gunung Singgalang, Favorit Pendaki yang Melegenda karena Ilmu Silat Harimau
Toutiao lantas menjadi sebuah bisnis media digital yang menghasilkan dengan 240 juta pengguna yang mengakses aplikasi tersebut setiap bulannya. Itu berarti rata-rata setiap user menghabiskan waktu selama 76 menit untuk berselancar di aplikasi tersebut.
Ungkap Rumus Pentahelix
Sebagai praktisi kawakan yang juga sekaligus akademisi dari dunia penyiaran khususnya media digital, Prabu Revolusi lantas mengemukakan masalah yang dihadapi oleh lembaga penyiaran saat ini yakni adanya disrupsi media.
"Disrupsi media adalah perubahan radikal pada bagaimana khalayak mengakses informasi yang diakibatkan adanya inovasi teknologi, kehendak politik, situasi ekonomi dan perubahan pola perilaku masyarakat," ucapnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut sekaligus sebagai upaya untuk mencapai optimalisasi fungsi penyiaran media digital, suami artis Zee Zee Shahab tersebut mengungkapkan rumus Pentahelix.
Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Lansia di Indonesia Masih Rendah
Pentahelix yang dimaksud adalah pentingnya sinergi dan kolaborasi antara lima pihak yang saling berkaitan untuk mencapai cita-cita tersebut.
Selain peran penting negara, dalam hal ini adalah pemerintah seperti yang telah dipaparkan di atas, pihak-pihak lain seperti masyarakat, media itu sendiri, pelaku usaha, hingga akademisi harus saling bersinergi untuk menciptakan iklim penyiaran yang sehat.
Dalam rangka pemenuhan informasi, peran media terlebih media digital tentu sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karenanya, sudah selayaknya negara hadir untuk menjamin optimalisasi fungsi penyiaran pada media digital .
Demikian sebagaimana diungkapkan Prabu Revolusi, seorang praktisi sekaligus akademisi dunia penyiaran yang kini menjabat sebagai News Director Deputy MNC Media.
"Harus ada keberpihakan dari negara agar kualitas informasi yang diberikan media semakin baik," ungkapnya saat memberikan pemaparan materi dalam acara Konferensi Penyiaran Indonesia 2021, Rabu, 15 September 2021.
Baca juga: Kocak, Pemeran Karakter Amanah Wali 5 Selalu Mengocok Perut
Dia kemudian memberikan contoh dari pemerintah di 2 negara yang membuat suatu kebijakan yang mendukung para pelaku usaha dan lembaga penyiaran serta media digital untuk semakin berkembang yakni Australia dan China.
Pemerintah Australia misalnya, yang mendorong para perusahaan raksasa dibidang teknologi digital seperti Google, Facebook dan sebagainya agar memberikan 'upah' yang sangat layak kepada portal berita online atas kegiatan jurnalistik yang dilakukan. Hal ini karena pemangku kebijakan di Negeri Kanguru tersebut menyadari betul bahwa media adalah pilar penting dalam kehidupan demokrasi.
Contoh lain adalah China. Walaupun kebebasan berekspresi adalah hal yang tabu di Negara Komunis tersebut, namun pemerintah China justru membuat aplikasi digital bernama 'Toutiao' yang menjadi wadah khusus bagi orang-orang di Negeri Tirai Bambu tersebut dalam mengakses berita.
Baca juga: Gunung Singgalang, Favorit Pendaki yang Melegenda karena Ilmu Silat Harimau
Toutiao lantas menjadi sebuah bisnis media digital yang menghasilkan dengan 240 juta pengguna yang mengakses aplikasi tersebut setiap bulannya. Itu berarti rata-rata setiap user menghabiskan waktu selama 76 menit untuk berselancar di aplikasi tersebut.
Ungkap Rumus Pentahelix
Sebagai praktisi kawakan yang juga sekaligus akademisi dari dunia penyiaran khususnya media digital, Prabu Revolusi lantas mengemukakan masalah yang dihadapi oleh lembaga penyiaran saat ini yakni adanya disrupsi media.
"Disrupsi media adalah perubahan radikal pada bagaimana khalayak mengakses informasi yang diakibatkan adanya inovasi teknologi, kehendak politik, situasi ekonomi dan perubahan pola perilaku masyarakat," ucapnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut sekaligus sebagai upaya untuk mencapai optimalisasi fungsi penyiaran media digital, suami artis Zee Zee Shahab tersebut mengungkapkan rumus Pentahelix.
Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Lansia di Indonesia Masih Rendah
Pentahelix yang dimaksud adalah pentingnya sinergi dan kolaborasi antara lima pihak yang saling berkaitan untuk mencapai cita-cita tersebut.
Selain peran penting negara, dalam hal ini adalah pemerintah seperti yang telah dipaparkan di atas, pihak-pihak lain seperti masyarakat, media itu sendiri, pelaku usaha, hingga akademisi harus saling bersinergi untuk menciptakan iklim penyiaran yang sehat.
(nug)