Dorong Industri Fashion Muslim Nasional Jadi Destinasi Busana Muslim Dunia Lewat MOFP 2021
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktorat Jenderal IKMA Kementerian Perindustrian ( Kemenperin ) terus mendorong industri fashion muslim nasional jadi destinasi busana muslim dunia. Salah satunya yaitu lewat kompetisi Modest Fashion Project (MOFP) 2021 yang berakhir Sabtu 25 September 2021 lalu di Gedung Putih Bintaro, Tangerang, Banten.
Dalam kesempatan itu ada empat finalis terbaik yang terpilih menjadi juara di ajang tahunan yang digelar Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin itu yaitu Auke Kurnia (Juara 1), Ida Fahmi (Juara 2), Indra Syahri (Juara 3) dan Salsabilla Izzatin (Juara Favourite).
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan bahwa MOFP ini sebagai cara menumbuhkan anak anak muda kita untuk terus berkreasi terutama di modest fashion karena kita tau namanya fashion muslim ada peluang besar yang harus diciptakan dan adanya kegiatan ini kita terus lakukan pendampingan sampai 2 tahun kedepan sehingga siap untuk menggeluti bisnisnya.
“Saya harap finalis MOFP bisa menjadi desainer fashion yang juga dapat berkarya di kancah dunia mempromosikan dan memajukan potensi industri fashion muslim nasional yang kelak akan jadi destinasi industri fashion muslim dunia,” ujar Reni Yanita kepada SINDOnews.com seusai penyelenggaraan MOFP 2021 di Gedung Putih,kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, kemarin.
Reni mengungkapkan kompetisi MOFP bertujuan untuk memberikan wadah dan panggung kepada desainer muda agar mampu menjadi wirausaha fashion muslim yang berdaya saing. Menurut Reni, peran desainer sangat penting dalam menentukan arah trend serta pengembangan inovasi baru dalam pengembangan produk fashion muslim di Indonesia.
“Sudah banyak nama desainer fashion maupun brand fashion Indonesia yang mendunia, dan saya harap finalis MOFP bisa menjadi desainer fashion yang juga dapat berkarya di kancah dunia mempromosikan dan memajukan potensi industri fashion muslim nasional,” ucap Reni.
Modest Fashion Project (MOFP) merupakan salah satu kompetisi yang dihadirkan pemerintah untuk merangsang para designer muda melahirkan karya dan bisa bersaing dengan desainer dunia. Tentunya, kehadiran MOFP menjadi peluang bagi para designer untuk memberikan karya terbaiknya. “Karena sudah banyak nama desainer fashion maupun brand fashion Indonesia yang mendunia,” katanya.
Melalui kompetisi ini, pemerintah ingin menumbuhkan anak muda terus berkreasi di tengah pandemi khususnya industri fashion muslimah. Mengingat, kata Reni, jumlah penduduk muslim Indonesia dan dunia cukup besar “Kita tahu fashion muslim terus berkembang,” sambungnya.
Dalam mengembangkan industri fashion, khususnya busana muslim di Indonesia. Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin, Lanjut Reni, tetap mengacu pada strategi dasar, yakni peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku. Dimana, untuk mengembangkan industri fashion, sinergitas semua pihak menjadi pertimbangan penting.” Ada beberapa faktor, mulai pembekalan, peran kedepan seperti apa, dan pendampingan,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, E. Ratna Utarianingrum selaku Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia Sandang dan Kerajinan mengatakan dalam MFOP ini pihaknya ingin memberikan tantangan kepada desainer.
"Bagaimana dalam era pandemi ini orang pengen tampil formal tetapi mereka gak harus keluar rumah hanya melalui zoom tetapi paling tidak nyaman zoomnya baju seperti apa tantangan karena pasarnya ada, orang tidak keluar rumah tapi tampil bagus," katanya.
Sehingga, lanjut dia hal ini akan jadikan tantangan buat mereka dan yang paling penting menggunakan wastra (kain) khas Indonesia. Sebab, sentuhan wastra ini tentunya akan mempercantik tampilan.
“Bagaimana dengan memasukan wastra (kain) tradisional khas Indonesia ikut mencitrakan Indonesia sebagai kiblatnya karena kita pengen jadi pusat muslim fashion di dunia inilah salah satu gerakan kita mau lihat dunia banyak desainer fashion muslim muda di Indonesia," katanya.
Ratna menambahkan industri kreatif cukup memberikan sumbangan yang tinggi dari 16 subsektor pada pendapatan nasional dan pihaknya di Kemenperin concern pada 3 subsektor, pertama fashion kriya dan animasi.
"Walaupun sebetulnya industri kreatif itu makanan minuman penyumbang besar nomor satu dan kedua fashion serta ketiga kriya nah inilah yang menjadikan spirit bahwa ini kontribusi sangat besar," ungkapnya.
Selain itu, hal ini juga kata dia masih punya pasar yang besar. kemudian dari industri pengolahan juga ada tekstil dan produk ini neracanya positif.
“Banyak lahirnya desainer muda berbakat yang mempunyai jiwa kewirausahaan ini kedepannya goal karena kita punya tanggung jawab menumbuhkan wirausaha baru dan tumbuhnya dengan cara anak-anak muda berbakat," katanya.
Menurutnya ini di desain tidak karena orangtuanya dia lahir sebagai desainer tetapi anak-anak yang memang ternyata punya passion dan mereka dibekali dengan ilmu marketing keuangan.
Adapun kontribusi industri tekstil dan pakaian jadi terhadap PDB industri pengolahan non migas tahun 2020, yaitu sebesar 6,76%. Pada Triwulan II 2021, sektor ini kembali menunjukkan kontribusi positif sebesar 6,03%.
“Berdasarkan data Pusdatin Kemenperin, nilai ekspor industri tekstil dan pakaian jadi sepanjang tahun 2020 mencapai US$ 10,62 miliar, dan pada periode Januari-Juli tahun 2021 ekspor sektor ini mencapai US$ 6,93 miliar,” terang Reni.
Pada akhir acara Inagurasi MOFP 2021, Reni juga mengumumkan tiga juara dan satu juara favorit yang berhak mendapatkan hadiah total Rp 75 juta rupiah berhasil diraih oleh Auke Kurnia (Juara 1) disusul oleh Ida Fahmi (Juara 2), Indra Syahri (Juara 3) dan Salsabilla Izzatin (Juara Favourite).
Dalam kesempatan itu ada empat finalis terbaik yang terpilih menjadi juara di ajang tahunan yang digelar Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin itu yaitu Auke Kurnia (Juara 1), Ida Fahmi (Juara 2), Indra Syahri (Juara 3) dan Salsabilla Izzatin (Juara Favourite).
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan bahwa MOFP ini sebagai cara menumbuhkan anak anak muda kita untuk terus berkreasi terutama di modest fashion karena kita tau namanya fashion muslim ada peluang besar yang harus diciptakan dan adanya kegiatan ini kita terus lakukan pendampingan sampai 2 tahun kedepan sehingga siap untuk menggeluti bisnisnya.
“Saya harap finalis MOFP bisa menjadi desainer fashion yang juga dapat berkarya di kancah dunia mempromosikan dan memajukan potensi industri fashion muslim nasional yang kelak akan jadi destinasi industri fashion muslim dunia,” ujar Reni Yanita kepada SINDOnews.com seusai penyelenggaraan MOFP 2021 di Gedung Putih,kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, kemarin.
Reni mengungkapkan kompetisi MOFP bertujuan untuk memberikan wadah dan panggung kepada desainer muda agar mampu menjadi wirausaha fashion muslim yang berdaya saing. Menurut Reni, peran desainer sangat penting dalam menentukan arah trend serta pengembangan inovasi baru dalam pengembangan produk fashion muslim di Indonesia.
“Sudah banyak nama desainer fashion maupun brand fashion Indonesia yang mendunia, dan saya harap finalis MOFP bisa menjadi desainer fashion yang juga dapat berkarya di kancah dunia mempromosikan dan memajukan potensi industri fashion muslim nasional,” ucap Reni.
Modest Fashion Project (MOFP) merupakan salah satu kompetisi yang dihadirkan pemerintah untuk merangsang para designer muda melahirkan karya dan bisa bersaing dengan desainer dunia. Tentunya, kehadiran MOFP menjadi peluang bagi para designer untuk memberikan karya terbaiknya. “Karena sudah banyak nama desainer fashion maupun brand fashion Indonesia yang mendunia,” katanya.
Melalui kompetisi ini, pemerintah ingin menumbuhkan anak muda terus berkreasi di tengah pandemi khususnya industri fashion muslimah. Mengingat, kata Reni, jumlah penduduk muslim Indonesia dan dunia cukup besar “Kita tahu fashion muslim terus berkembang,” sambungnya.
Dalam mengembangkan industri fashion, khususnya busana muslim di Indonesia. Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin, Lanjut Reni, tetap mengacu pada strategi dasar, yakni peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku. Dimana, untuk mengembangkan industri fashion, sinergitas semua pihak menjadi pertimbangan penting.” Ada beberapa faktor, mulai pembekalan, peran kedepan seperti apa, dan pendampingan,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, E. Ratna Utarianingrum selaku Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia Sandang dan Kerajinan mengatakan dalam MFOP ini pihaknya ingin memberikan tantangan kepada desainer.
"Bagaimana dalam era pandemi ini orang pengen tampil formal tetapi mereka gak harus keluar rumah hanya melalui zoom tetapi paling tidak nyaman zoomnya baju seperti apa tantangan karena pasarnya ada, orang tidak keluar rumah tapi tampil bagus," katanya.
Sehingga, lanjut dia hal ini akan jadikan tantangan buat mereka dan yang paling penting menggunakan wastra (kain) khas Indonesia. Sebab, sentuhan wastra ini tentunya akan mempercantik tampilan.
“Bagaimana dengan memasukan wastra (kain) tradisional khas Indonesia ikut mencitrakan Indonesia sebagai kiblatnya karena kita pengen jadi pusat muslim fashion di dunia inilah salah satu gerakan kita mau lihat dunia banyak desainer fashion muslim muda di Indonesia," katanya.
Ratna menambahkan industri kreatif cukup memberikan sumbangan yang tinggi dari 16 subsektor pada pendapatan nasional dan pihaknya di Kemenperin concern pada 3 subsektor, pertama fashion kriya dan animasi.
"Walaupun sebetulnya industri kreatif itu makanan minuman penyumbang besar nomor satu dan kedua fashion serta ketiga kriya nah inilah yang menjadikan spirit bahwa ini kontribusi sangat besar," ungkapnya.
Selain itu, hal ini juga kata dia masih punya pasar yang besar. kemudian dari industri pengolahan juga ada tekstil dan produk ini neracanya positif.
“Banyak lahirnya desainer muda berbakat yang mempunyai jiwa kewirausahaan ini kedepannya goal karena kita punya tanggung jawab menumbuhkan wirausaha baru dan tumbuhnya dengan cara anak-anak muda berbakat," katanya.
Menurutnya ini di desain tidak karena orangtuanya dia lahir sebagai desainer tetapi anak-anak yang memang ternyata punya passion dan mereka dibekali dengan ilmu marketing keuangan.
Adapun kontribusi industri tekstil dan pakaian jadi terhadap PDB industri pengolahan non migas tahun 2020, yaitu sebesar 6,76%. Pada Triwulan II 2021, sektor ini kembali menunjukkan kontribusi positif sebesar 6,03%.
“Berdasarkan data Pusdatin Kemenperin, nilai ekspor industri tekstil dan pakaian jadi sepanjang tahun 2020 mencapai US$ 10,62 miliar, dan pada periode Januari-Juli tahun 2021 ekspor sektor ini mencapai US$ 6,93 miliar,” terang Reni.
Pada akhir acara Inagurasi MOFP 2021, Reni juga mengumumkan tiga juara dan satu juara favorit yang berhak mendapatkan hadiah total Rp 75 juta rupiah berhasil diraih oleh Auke Kurnia (Juara 1) disusul oleh Ida Fahmi (Juara 2), Indra Syahri (Juara 3) dan Salsabilla Izzatin (Juara Favourite).
(hri)