Viral! Kisah Bule Inggris Jadi Mualaf Usai Dibesarkan Tanpa Agama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kisah bule berkewarganegaraan Inggris menjadi mualaf viral di media sosial. Wanita ini terlahir dan dibesarkan oleh orang tua yang tanpa agama, namun akhirnya memutuskan masuk Islam hingga mantap menjadi seorang muslimah.
Dikutip dari kanal YouTube Barat Bersyahadat, Selasa (5/10/2021), wanita tersebut menceritakan bagaimana perjalanan hidup menuntunnya kepada agama Islam.
“Aku dibesarkan tanpa agama dan orang tuaku bercerai saat aku kecil dan ibuku tak percaya Tuhan sama sekali," kata wanita itu.
Ia lantas diasuh oleh orang tua angkat yang menjadi pemeluk saksi Yehuwa, salah satu aliran dalam ajaran Kristen. Saat berusia 10 tahun, ia pun mempelajari ajaran agama tersebut.
“Ia mengajariku saat aku 10 tahun. Kami biasanya duduk dan membaca bibel ayat per ayat dan aku dimintai pendapat soal ayatnya," jelasnya.
Diakuinya bahwa kedua orang tua angkatnya itu kerap membawa dirinya mengikuti semacam kajian. Di tempat yang disebut King Dome itu, ia pun mendengarkan pembacaan Bible serta mendengarkan ceramah terkait bagaimana praktek ayatnya di keseharian. Tak jarang, sesi kajian tersebut diakhiri dengan diskusi.
Selain itu, wanita itu mengaku mendapatkan pembelajaran terkait ajaran Kristen saat berada di sekolah. Namun itu tidak lantas membuatnya memeluk agama tersebut. Ia tetap tidak beragama, meski ajaran tersebut sangat membekas baginya.
“Aku suka sekali kerangka penyampaiannya dan cara mereka melibatkan kaum muda. Tapi aku tak begitu serius mengikutinya sebab aku masih belia dan aku tak serumah dengan ayah," ujarnya.
“Jadi saat aku pulang ke rumah, di sana ada ibu kandungku dan tak ada bimbingan kepadaku. Tapi ajaran orang tua angkatku sangat membekas sekali karena aku sudah percaya Tuhan di usia 10 tahun, hanya saja belum yakin agama apa yang cocok bagiku," ungkapnya.
Perjalanan hidup lantas membawa wanita tersebut mengenal agama Islam. Saat beranjak dewasa, ia sering berbicara dengan teman-temannya yang merupakan seorang muslimah.
“Sebelum masuk kuliah aku ikut kegiatan bersama teman dan semua anggotanya muslim. Kami pun berteman dengan mereka dan hal itu memicu obrolan soal agama dan Islam," ucapnya.
Ia mengaku bahwa teman-temannya yang beragama Islam tersebut merupakan sosok orang yang luar biasa dan sangat ramah. Ini membuatnya tertarik untuk mempelajari agama Islam secara mandiri.
“Mereka adalah teman terbaik aku dan merupakan orang orang hebat dan akibat dari seringnya berdiskusi dengan mereka dan melihat kepribadiannya, hal itu memicu ketertarikanku yang buat aku bertanya kenapa ada bagian dari Islam ini di mana aku dicekoki bahwa agama ini Menindas dan menghapus hak wanita dan agama bengis," paparnya.
Namun saat proses pencariannya secara mandiri, ia menemukan banyak informasi tidak benar soal Islam yang beredar di Internet. Pencariannya berakhir saat ia memutuskan untuk menelaah informasi yang didapat lantas mencocokkannya dengan ajaran Kristen aliran Yehuwa yang sangat membekas di benaknya.
Hal ini membawanya kepada satu keyakinan bahwa Islam dan Alquran adalah agama yang sempurna serta memiliki keterkaitan dengan ajaran agama lainnya, seperti dijelaskan bahwa Bibel atau Injil adalah kitab yang turun terlebih dahulu sebelum Alquran.
“Aku pun menemukan bahwa Alquran dan Islam juga mengakui Kristen dan Yahudi. Bagiku ini sangat masuk akal karena selama ini aku melihat kaitan antara ucapan temanku soal Islam dan ucapan orang tua soal Kristen di Bible tentu saja jadi sangat masuk akal bahwa Tuhan yang sama pastinya juga agama sama," imbuhnya.
Saat itulah, ia memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat sebagai syarat mualaf hingga kini ia merasa mantap menjadi seorang muslimah. “Aku berdoa dengan sungguh-sungguh lalu aku bersujud di atas sajadah, dan aku ikrarkan syahadat dengan sepenuh hati," tandasnya.
Dikutip dari kanal YouTube Barat Bersyahadat, Selasa (5/10/2021), wanita tersebut menceritakan bagaimana perjalanan hidup menuntunnya kepada agama Islam.
“Aku dibesarkan tanpa agama dan orang tuaku bercerai saat aku kecil dan ibuku tak percaya Tuhan sama sekali," kata wanita itu.
Ia lantas diasuh oleh orang tua angkat yang menjadi pemeluk saksi Yehuwa, salah satu aliran dalam ajaran Kristen. Saat berusia 10 tahun, ia pun mempelajari ajaran agama tersebut.
“Ia mengajariku saat aku 10 tahun. Kami biasanya duduk dan membaca bibel ayat per ayat dan aku dimintai pendapat soal ayatnya," jelasnya.
Diakuinya bahwa kedua orang tua angkatnya itu kerap membawa dirinya mengikuti semacam kajian. Di tempat yang disebut King Dome itu, ia pun mendengarkan pembacaan Bible serta mendengarkan ceramah terkait bagaimana praktek ayatnya di keseharian. Tak jarang, sesi kajian tersebut diakhiri dengan diskusi.
Selain itu, wanita itu mengaku mendapatkan pembelajaran terkait ajaran Kristen saat berada di sekolah. Namun itu tidak lantas membuatnya memeluk agama tersebut. Ia tetap tidak beragama, meski ajaran tersebut sangat membekas baginya.
“Aku suka sekali kerangka penyampaiannya dan cara mereka melibatkan kaum muda. Tapi aku tak begitu serius mengikutinya sebab aku masih belia dan aku tak serumah dengan ayah," ujarnya.
“Jadi saat aku pulang ke rumah, di sana ada ibu kandungku dan tak ada bimbingan kepadaku. Tapi ajaran orang tua angkatku sangat membekas sekali karena aku sudah percaya Tuhan di usia 10 tahun, hanya saja belum yakin agama apa yang cocok bagiku," ungkapnya.
Perjalanan hidup lantas membawa wanita tersebut mengenal agama Islam. Saat beranjak dewasa, ia sering berbicara dengan teman-temannya yang merupakan seorang muslimah.
“Sebelum masuk kuliah aku ikut kegiatan bersama teman dan semua anggotanya muslim. Kami pun berteman dengan mereka dan hal itu memicu obrolan soal agama dan Islam," ucapnya.
Ia mengaku bahwa teman-temannya yang beragama Islam tersebut merupakan sosok orang yang luar biasa dan sangat ramah. Ini membuatnya tertarik untuk mempelajari agama Islam secara mandiri.
“Mereka adalah teman terbaik aku dan merupakan orang orang hebat dan akibat dari seringnya berdiskusi dengan mereka dan melihat kepribadiannya, hal itu memicu ketertarikanku yang buat aku bertanya kenapa ada bagian dari Islam ini di mana aku dicekoki bahwa agama ini Menindas dan menghapus hak wanita dan agama bengis," paparnya.
Namun saat proses pencariannya secara mandiri, ia menemukan banyak informasi tidak benar soal Islam yang beredar di Internet. Pencariannya berakhir saat ia memutuskan untuk menelaah informasi yang didapat lantas mencocokkannya dengan ajaran Kristen aliran Yehuwa yang sangat membekas di benaknya.
Hal ini membawanya kepada satu keyakinan bahwa Islam dan Alquran adalah agama yang sempurna serta memiliki keterkaitan dengan ajaran agama lainnya, seperti dijelaskan bahwa Bibel atau Injil adalah kitab yang turun terlebih dahulu sebelum Alquran.
“Aku pun menemukan bahwa Alquran dan Islam juga mengakui Kristen dan Yahudi. Bagiku ini sangat masuk akal karena selama ini aku melihat kaitan antara ucapan temanku soal Islam dan ucapan orang tua soal Kristen di Bible tentu saja jadi sangat masuk akal bahwa Tuhan yang sama pastinya juga agama sama," imbuhnya.
Saat itulah, ia memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat sebagai syarat mualaf hingga kini ia merasa mantap menjadi seorang muslimah. “Aku berdoa dengan sungguh-sungguh lalu aku bersujud di atas sajadah, dan aku ikrarkan syahadat dengan sepenuh hati," tandasnya.
(dra)