Cari Orang yang Kebal Covid-19, Begini Alasan Para Peneliti
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebesar 99,9 persen genetik manusia identik satu sama lainnya. Namun, perlu diingat 0,1 persen atau lebih gen tersebut memiliki perbedaan dengan individu yang lainnya.
Perbedaan tersebut dapat berpengaruh ke banyak hal, salah satunya resistensi atau kerentanan terhadap penyakit seperti HIV.
Perubahan kecil tertentu dalam kode genetik dapat sangat memengaruhi hal ini. Semakin banyak yang kita ketahui tentang gen khusus ini tentunya akan semakin baik. Kondisi ini memungkinkan untuk membuat obat yang dapat meniru perbedaan genetik.
Baca juga: Rindu Jajanan Jepang? Yuk, Berburu di Kawasan Melawai
Dengan pemikiran itu, Ahli Imunologi dari Akademi Athena, Evangelos Andreakos mengatakan bahwa para peneliti mencari orang-orang di seluruh dunia yang mungkin kebal terhadap virus SARS-CoV-2. Nantinya, gen tersebut dapat memegang kunci untuk berpotensi mengobati Covid-19.
"Diperkenalkannya SARS-CoV-2 ke populasi, dalam skala global, telah memberikan demonstrasi lain tentang variabilitas klinis yang luar biasa antara individu dalam perjalanan infeksi. Mulai dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit yang mengancam jiwa," kata Evangelos, merangkum dari Science Alert, Rabu (20/10/2021).
Pemahaman tentang patofisiologi Covid-19 yang mengancam jiwa telah berkembang pesat sejak penyakit ini kali pertama ditemukan pada Desember 2019. Tapi para peneliti masih sedikit mengetahui tentang dasar genetik dan imunologis manusia dari resistensi bawaan terhadap SARS-CoV-2.
Meskipun saat ini mungkin tidak banyak informasi tentang resistensi bawaan ini, tapi bukan berarti hal itu tidak ada. Para peneliti mencatat ada beberapa kasus tentang salah satu anggota rumah yang terhindar dari Covid-19. Ada pula seseorang yang kebal meski berada di lingkungan yang berisiko tinggi.
Ada juga beberapa penelitian serius terkait dengan hal tersebut, tetapi sejauh ini hasilnya hanya mengungkapkan perbedaan kecil. Contohnya adalah penelitian tahun lalu yang menyatakan bahwa golongan darah O tampaknya menunjukkan sedikit resistensi terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Selain itu, ada pula penelitian lain yang mengamati protein seperti reseptor ACE2 atau TMEM41B. Protein ini tampaknya dibutuhkan virus untuk masuk atau bereplikasi di dalam sel. Para peneliti mengungkap beberapa rahasia dalam populasi yang mungkin secara genetik resisten terhadap SARS-CoV-2.
Perbedaan tersebut dapat berpengaruh ke banyak hal, salah satunya resistensi atau kerentanan terhadap penyakit seperti HIV.
Perubahan kecil tertentu dalam kode genetik dapat sangat memengaruhi hal ini. Semakin banyak yang kita ketahui tentang gen khusus ini tentunya akan semakin baik. Kondisi ini memungkinkan untuk membuat obat yang dapat meniru perbedaan genetik.
Baca juga: Rindu Jajanan Jepang? Yuk, Berburu di Kawasan Melawai
Dengan pemikiran itu, Ahli Imunologi dari Akademi Athena, Evangelos Andreakos mengatakan bahwa para peneliti mencari orang-orang di seluruh dunia yang mungkin kebal terhadap virus SARS-CoV-2. Nantinya, gen tersebut dapat memegang kunci untuk berpotensi mengobati Covid-19.
"Diperkenalkannya SARS-CoV-2 ke populasi, dalam skala global, telah memberikan demonstrasi lain tentang variabilitas klinis yang luar biasa antara individu dalam perjalanan infeksi. Mulai dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit yang mengancam jiwa," kata Evangelos, merangkum dari Science Alert, Rabu (20/10/2021).
Pemahaman tentang patofisiologi Covid-19 yang mengancam jiwa telah berkembang pesat sejak penyakit ini kali pertama ditemukan pada Desember 2019. Tapi para peneliti masih sedikit mengetahui tentang dasar genetik dan imunologis manusia dari resistensi bawaan terhadap SARS-CoV-2.
Meskipun saat ini mungkin tidak banyak informasi tentang resistensi bawaan ini, tapi bukan berarti hal itu tidak ada. Para peneliti mencatat ada beberapa kasus tentang salah satu anggota rumah yang terhindar dari Covid-19. Ada pula seseorang yang kebal meski berada di lingkungan yang berisiko tinggi.
Ada juga beberapa penelitian serius terkait dengan hal tersebut, tetapi sejauh ini hasilnya hanya mengungkapkan perbedaan kecil. Contohnya adalah penelitian tahun lalu yang menyatakan bahwa golongan darah O tampaknya menunjukkan sedikit resistensi terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Selain itu, ada pula penelitian lain yang mengamati protein seperti reseptor ACE2 atau TMEM41B. Protein ini tampaknya dibutuhkan virus untuk masuk atau bereplikasi di dalam sel. Para peneliti mengungkap beberapa rahasia dalam populasi yang mungkin secara genetik resisten terhadap SARS-CoV-2.