Yayasan Erick Thohir Sulap Tanah Kosong Jadi Taman Bermain Anak
loading...
A
A
A
BANDAR LAMPUNG - Balai warga induk Teluk Ratal, Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung mendadak ramai. Fasilitas umum (Fasum) yang menerima bantuan program social healing dari Yayasan Erick Thohir dipenuhi orang tua dan anak-anak yang ingin melihat pertunjukan sulap.
Ketua RT, Lukman Hakim (68) mengaku senang dengan suasana sore hari yang terjadi di balai warga Induk di wilayahnya tersebut. Apalagi, ketika bangunan berukuran 4 meter x 6 meter itu kini dalam kondisi layak dan nyaman, khususnya untuk anak-anak bermain.
"Senang kalau melihat keramaian, balai warga ini menjadi pusat bermain bagi anak-anak kami di sini, bahkan bisa dikatakan sebagai pos serba guna,"kata Lukman.
Dikatakan dia, balai warga induk menjadi ajang pertemuan bukan hanya bagi warga wilayah RT 02 saja. Melainkan, warga dari RT yang masih dalam satu kelurahan pun berkumpulnya di sini.
Kenang Lukman, tanah yang sekarang ini berdiri balai warga induk, dahulunya merupakan hamparan tanah ditumbuhi alang-alang yang cukup tinggi. Bahkan, kata dia, kondisi tersebut membuat pemukiman Teluk Ratal yang dihuni 100 kepala keluarga menjadi sangat kumuh dan menyeramkan.
"Sebelum dialih fungsikan sebagai balai warga induk, tanah diisi (tumbuhi) dengan alang-alang tinggi, jangan kan orang liat, lewat aja ga mau," sebut dia bahwa kondisi itu berlangsung puluhan tahun sejak 1996 lalu.
Di tahun 2017, lanjut Lukman, secara swadaya, warga membersihkan dan memindahkan balai warga yang ada sebelumnya, ke tempat sekarang ini. Ia beralasan, dipindahkannya tempat itu untuk mencari titik tengah sehingga warga mempunyai rasa untuk saling memiliki.
"Kita pindahkan balai warga di lokasi 'netral', atau di titik tengah agar warga merasa memiliki dan menjaganya, baik warga yang muncul dari gang kanan, kiri maupun gang tengah, sehingga diberi nama balai warga induk," papar ketua RT yang telah menjabat selama 25 tahun ini.
Dia juga mengatakan, balai warga induk yang dibangun secara swadaya warga telah mengalami 3 kali perubahan dan perbaikan. Pada awal pembangunannya, balai warga merupakan hasil tumpukan sampah yang kemudian ditimbun tanah, sebagai pondasi dasarnya.
"Ketika pondasi dasar sudah terbentuk, dan awalnya balai warga ini terbuat dari kayu, lalu bawahnya kita cor (semen), tapi atasnya masih kayu, dan yang terkahir, yang sekarang ini bantuan dari Yayasan Erick Thohir. Jadi total ada tiga kali perubahan,"paparnya.
Ketua RT, Lukman Hakim (68) mengaku senang dengan suasana sore hari yang terjadi di balai warga Induk di wilayahnya tersebut. Apalagi, ketika bangunan berukuran 4 meter x 6 meter itu kini dalam kondisi layak dan nyaman, khususnya untuk anak-anak bermain.
"Senang kalau melihat keramaian, balai warga ini menjadi pusat bermain bagi anak-anak kami di sini, bahkan bisa dikatakan sebagai pos serba guna,"kata Lukman.
Dikatakan dia, balai warga induk menjadi ajang pertemuan bukan hanya bagi warga wilayah RT 02 saja. Melainkan, warga dari RT yang masih dalam satu kelurahan pun berkumpulnya di sini.
Kenang Lukman, tanah yang sekarang ini berdiri balai warga induk, dahulunya merupakan hamparan tanah ditumbuhi alang-alang yang cukup tinggi. Bahkan, kata dia, kondisi tersebut membuat pemukiman Teluk Ratal yang dihuni 100 kepala keluarga menjadi sangat kumuh dan menyeramkan.
"Sebelum dialih fungsikan sebagai balai warga induk, tanah diisi (tumbuhi) dengan alang-alang tinggi, jangan kan orang liat, lewat aja ga mau," sebut dia bahwa kondisi itu berlangsung puluhan tahun sejak 1996 lalu.
Di tahun 2017, lanjut Lukman, secara swadaya, warga membersihkan dan memindahkan balai warga yang ada sebelumnya, ke tempat sekarang ini. Ia beralasan, dipindahkannya tempat itu untuk mencari titik tengah sehingga warga mempunyai rasa untuk saling memiliki.
"Kita pindahkan balai warga di lokasi 'netral', atau di titik tengah agar warga merasa memiliki dan menjaganya, baik warga yang muncul dari gang kanan, kiri maupun gang tengah, sehingga diberi nama balai warga induk," papar ketua RT yang telah menjabat selama 25 tahun ini.
Dia juga mengatakan, balai warga induk yang dibangun secara swadaya warga telah mengalami 3 kali perubahan dan perbaikan. Pada awal pembangunannya, balai warga merupakan hasil tumpukan sampah yang kemudian ditimbun tanah, sebagai pondasi dasarnya.
"Ketika pondasi dasar sudah terbentuk, dan awalnya balai warga ini terbuat dari kayu, lalu bawahnya kita cor (semen), tapi atasnya masih kayu, dan yang terkahir, yang sekarang ini bantuan dari Yayasan Erick Thohir. Jadi total ada tiga kali perubahan,"paparnya.