Kunker ke Toraja Utara, Pesan Menparekraf Sandiaga Uno ke Desa Wisata: Inovasi, Adaptasi, Kolaborasi
loading...
A
A
A
TORAJA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno melakukan visitasi ke Desa Wisata Lembang Nonongan di Toraja Utara Sulawesi Selatan.
Desa wisata yang berada di sekitar kaki Gunung Sopai ini masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 untuk kategori desa wisata rintisan.
Menparekraf Sandiaga Uno berharap ke depannya Desa Wisata Lembang Nonongan terus berkembang sebagai destinasi unggulan di Toraja Utara mengingat berbagai potensi kearifan lokal yang dimiliki.
Ia mendorong agar Lembang Nonongan juga meningkat statusnya dari desa wisata rintisan menjadi desa wisata mandiri berkelanjutan.
"Desa Wisata Lembang Nonongan terpilih menjadi 50 desa wisata terbaik. Ini adalah kesempatan kita untuk membangkitkan ekonomi, kembali menjadikan Toraja dan Toraja Utara sebagai destinasi unggulan," kata Sandiaga Uno, Senin (22/11/2021).
Baca Juga : Sandiaga Uno Pantau Vaksinasi Covid-19 di Lokasi Wisata Religi Tana Toraja
Terkait potensi, Desa Wisata Lembang Nonongan dikenal sebagai desa agraris. Kehidupan masyarakatnya begitu bersahaja, bagaimana manusia menjaga hubungan manusia dengan alam lingkungan sebagai sumber sekaligus pendukung kehidupan. Masyarakat masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan leluhur mereka.
Karenanya Desa Wisata Lembang Nonongan menawarkan beberapa atraksi kehidupan masyarakat untuk dinikmati wisatawan. Seperti To Mangrengnge’ Pare yang merupakan kegiatan masyarakat memanen padi; To Ma’lambuk sebagai kegiatan tumbuk padi; To Mangrengnge’ Utan, kegiatan masyarakat memanen hasil hutan; serta To Mewai, kegiatan masyarakat mengambil air di sungai.
Desa Wisata Lembang Nonongan juga dikenal akan ragam seni dan budaya. Seperti Pa’ Gellu’, yang merupakan tarian sukacita yang biasa dipentaskan pada upacara adat. Kemudian Pa’randing, merupakan tarian adat yang dimainkan pada saat upacara adat kematian. Tarian Pa’randing mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju Rante, tempat upacara pemakaman.
Selanjutnya, Pa’dena’-dena’, tarian yang memiliki makna hidup dalam kebersamaan berdampingan antar manusia, alam, dan hewan.
Desa wisata yang berada di sekitar kaki Gunung Sopai ini masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 untuk kategori desa wisata rintisan.
Menparekraf Sandiaga Uno berharap ke depannya Desa Wisata Lembang Nonongan terus berkembang sebagai destinasi unggulan di Toraja Utara mengingat berbagai potensi kearifan lokal yang dimiliki.
Ia mendorong agar Lembang Nonongan juga meningkat statusnya dari desa wisata rintisan menjadi desa wisata mandiri berkelanjutan.
"Desa Wisata Lembang Nonongan terpilih menjadi 50 desa wisata terbaik. Ini adalah kesempatan kita untuk membangkitkan ekonomi, kembali menjadikan Toraja dan Toraja Utara sebagai destinasi unggulan," kata Sandiaga Uno, Senin (22/11/2021).
Baca Juga : Sandiaga Uno Pantau Vaksinasi Covid-19 di Lokasi Wisata Religi Tana Toraja
Terkait potensi, Desa Wisata Lembang Nonongan dikenal sebagai desa agraris. Kehidupan masyarakatnya begitu bersahaja, bagaimana manusia menjaga hubungan manusia dengan alam lingkungan sebagai sumber sekaligus pendukung kehidupan. Masyarakat masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan leluhur mereka.
Karenanya Desa Wisata Lembang Nonongan menawarkan beberapa atraksi kehidupan masyarakat untuk dinikmati wisatawan. Seperti To Mangrengnge’ Pare yang merupakan kegiatan masyarakat memanen padi; To Ma’lambuk sebagai kegiatan tumbuk padi; To Mangrengnge’ Utan, kegiatan masyarakat memanen hasil hutan; serta To Mewai, kegiatan masyarakat mengambil air di sungai.
Desa Wisata Lembang Nonongan juga dikenal akan ragam seni dan budaya. Seperti Pa’ Gellu’, yang merupakan tarian sukacita yang biasa dipentaskan pada upacara adat. Kemudian Pa’randing, merupakan tarian adat yang dimainkan pada saat upacara adat kematian. Tarian Pa’randing mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju Rante, tempat upacara pemakaman.
Selanjutnya, Pa’dena’-dena’, tarian yang memiliki makna hidup dalam kebersamaan berdampingan antar manusia, alam, dan hewan.