Perokok Pasif Berisiko Tinggi Alami PPOK, Ini Kata Ahli Paru

Selasa, 23 November 2021 - 13:15 WIB
loading...
Perokok Pasif Berisiko Tinggi Alami PPOK, Ini Kata Ahli Paru
Perokok pasif sebagai orang yang tak mengisap rokok memiliki risiko tinggi terkena penyakit obstruktif kronik (PPOK). Foto/Ilustrasi/Dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Perokok pasif adalah korban dari perokok aktif. Ia tak mengisap rokok, namun ikut menghirup asap rokok, bahkan lebih berisiko terserang penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof. dr. Faisal Yunus, menjelaskan, pada beberapa literatur terungkap bahwa perokok pasif malah berisiko tinggi alami PPOK.

"Itu karena dia tidak tahu kalau asap yang dihirup akibat perokok aktif menyebabkan masalah. Tidak sadarnya perokok pasif menimbun penyakit yang membuat dia tidak aware akan penyakit tersebut dan itu yang meningkatkan risiko," terang Prof Faisal dalam webinar yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Selasa (23/11/2021).

Faktor lain yang membuat perokok pasif berisiko tinggi alami PPOK adalah berkaitan dengan sidestream. Artinya, asap rokok yang diembuskan perokok aktif masuk ke dalam tubuh orang di sekitarnya.



"Dan setelah diselidiki, asap rokok yang dikeluarkan perokok aktif lalu terhirup orang di sekitarnya, mengandung zat berbahaya lebih banyak. Jadi, itu kenapa perokok pasif punya peluang alami PPOK," terangnya.

Asap rokok yang dihirup perokok aktif dinamakan mainstream dan itu ternyata tidak jauh lebih berbahaya dari asap sidestream. Itu kenapa, mungkin Anda sering mendengar, perokok aktif namun tidak alami penyakit-penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan.

Menurut Prof Faisal, hal ini berkaitan juga dengan faktor lain, salah satunya kekebalan tubuh seseorang. Semakin lemah sistem imunitasnya, maka racun yang masuk ke tubuh dan menginfeksi dengan mudah.

"Pada beberapa orang yang aktif merokok mungkin imunnya kuat sehingga tubuhnya tidak begitu merasakan dampak buruk asap rokok. Tapi, jika merokok sudah jadi rutinitas, akan ada batas toleransi yang tidak dapat ditanggulangi tubuh dan akhirnya menyebabkan masalah kesehatan, termasuk PPOK," tambahnya.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1684 seconds (0.1#10.140)