Ini Bahaya Mutasi Baru Covid-19, Yuk Jangan Abai Protokol Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 sekaligus Duta Perubahan Perilaku, dr. Reisa Broto Asmoro memaparkan tentang bahaya mutasi virus Corona yang saat ini sedang terjadi di dunia.
Menurutnya, mutasi yang membuat varian lebih cepat menular dapat menambah beban pada rumah sakit dan juga tenaga kesehatan.
Kondisi itu juga akan membuat pasien rawat inap menjadi melonjak tinggi. Ruang gawat darurat menjadi penuh dan angka kematian meningkat karena tidak mendapatkan perawatan dengan optimal. Terganggunya sistem kesehatan juga akan mengganggu pasien penyakit lain selain Covid-19.
Baca juga: Ini Awal Mula Munculnya Varian Omicron yang Menghebohkan Dunia
"Maka itulah mencegah dan menekan mutasi wajib dilakukan bersama-sama. Caranya dengan tetap lanjutkan ketaatan melakukan protokol kesehatan serta promosikan vaksinasi Covid-19," terang dr. Reisa dalam siaran pers PPKM yang ditayangkan kanal YouTube Sekertariat Presiden, Rabu (1/12/2021).
Selain itu, para ahli percaya telah mengidentifikasi banyak mutasi pada varian baru ini terutama pada bagian dari virus yang memasuki manusia yang disebut dengan spike protein.
Para ilmuwan pun mengatakan, mutasi serupa juga ditemukan pada varian lain seperti Delta yang membuat penularan menjadi semakin cepat.
Saat ini varian Delta yang kali pertama didokumentasikan di India pada 2020 adalah jenis yang paling dominan. Lebih dari 90 persen data sekuens genetik virus global diidentifikasi sebagai varian Delta. Di situs data sekuens GISAID sudah lebih dari 5,6 juta genom sekuens yang sudah masuk sampai hari ini.
Selain Omicron, WHO juga telah mengidentifikasi varian yang wajib diperhatikan lainnya seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta serta delapan varian yang telah diteliti terus termasuk Varian of Interest (VOI) sejak Mei 2021, salah satunya adalah Lambda dan MU.
Baca juga: Waspada! Satu Orang Meninggal Tiap Detik karena Diabetes
"Nama-nama yang diberikan ini memang sesuai dengan alphabet Yunani jadi sebaiknya kita bertekat Omicron menjadi alphabet terakhir dalam abjad Yunani yang menjadi perhatian serius," tuntasnya.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
Menurutnya, mutasi yang membuat varian lebih cepat menular dapat menambah beban pada rumah sakit dan juga tenaga kesehatan.
Kondisi itu juga akan membuat pasien rawat inap menjadi melonjak tinggi. Ruang gawat darurat menjadi penuh dan angka kematian meningkat karena tidak mendapatkan perawatan dengan optimal. Terganggunya sistem kesehatan juga akan mengganggu pasien penyakit lain selain Covid-19.
Baca juga: Ini Awal Mula Munculnya Varian Omicron yang Menghebohkan Dunia
"Maka itulah mencegah dan menekan mutasi wajib dilakukan bersama-sama. Caranya dengan tetap lanjutkan ketaatan melakukan protokol kesehatan serta promosikan vaksinasi Covid-19," terang dr. Reisa dalam siaran pers PPKM yang ditayangkan kanal YouTube Sekertariat Presiden, Rabu (1/12/2021).
Selain itu, para ahli percaya telah mengidentifikasi banyak mutasi pada varian baru ini terutama pada bagian dari virus yang memasuki manusia yang disebut dengan spike protein.
Para ilmuwan pun mengatakan, mutasi serupa juga ditemukan pada varian lain seperti Delta yang membuat penularan menjadi semakin cepat.
Saat ini varian Delta yang kali pertama didokumentasikan di India pada 2020 adalah jenis yang paling dominan. Lebih dari 90 persen data sekuens genetik virus global diidentifikasi sebagai varian Delta. Di situs data sekuens GISAID sudah lebih dari 5,6 juta genom sekuens yang sudah masuk sampai hari ini.
Selain Omicron, WHO juga telah mengidentifikasi varian yang wajib diperhatikan lainnya seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta serta delapan varian yang telah diteliti terus termasuk Varian of Interest (VOI) sejak Mei 2021, salah satunya adalah Lambda dan MU.
Baca juga: Waspada! Satu Orang Meninggal Tiap Detik karena Diabetes
"Nama-nama yang diberikan ini memang sesuai dengan alphabet Yunani jadi sebaiknya kita bertekat Omicron menjadi alphabet terakhir dalam abjad Yunani yang menjadi perhatian serius," tuntasnya.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
(nug)